Makalah Tentang Teori Belajar Medan Kognitif Kurt Lewin
Teori Belajar Medan Kognitif Menurut Kurt Lewin | Teori Belajar Medan Kognitif dari Kurt Lewin|
TEORI BELAJAR MEDAN KOGNITIF KURT LEWIN
PENDAHULUAN
Belajar merupakan masalah pokok dari psikologi pendidikan. Bahkan
sebelum psikologi pendidikan tumbuh dan berkembang sebagai ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri, masalah belajar sudah menjadi bagian dari studi tentang
kejiwaan dan pendidikan pada umumnya. Dan dengan tumbuh-kembangnya pengetahuan
tentang belajar, maka kemudian psikologi pendidikan berkembang pesat. Bersamaan
dengan itu, muncul pula berbagai macam teori tentang belajar.
Banyak ahli merasa belum puas terhadap penemuan-penemuan para ahli
sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan ‘stimulus-respon-
reinforcement ”. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang tidák hanya
dikontrol oleh reward dan reinforcement saja, akan tetapi tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.’Di dalam situasi belajar,
seseorang terlibat langsung dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.
Mereka itu dikenal dengan para ahli ilmu jiwa aliran kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dari lahimya teori Gestalt.
Peletak dasar teori Gestalt adalah Wertheimer yang meneliti tentang pengamatan
dan problem solving. Kaum Gestalt berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur
yang berbentuk dalam suatu keseluruhan. Suatu konsep yang penting dalam
psikologi Gestalt adalah tentang insight yaitu tentang pengamatan atau
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan di dalam suatu situasi
permasalahan. Di samping teori belajar dengan insight itu, psikologi kognitif juga
telah menghasilkan teori-teori belajar kognitif lainnya, yaitu antara lain:
1. Teori cognitive field dan Lewin.
2. Teori cognitive developmental dan Piaget.
3. Teori descoveiy leaming dan Bruner.
Dari ketiga macam teori itu, teori cognitive field dan Lewinlah
yang dibahas pada pembahasan berikutnya.
PEMBAIIASAN
A. Permulaan Teori Lewin
Kurt Lwin (1890-1947) disebut sebagai bapak teori medan, Ia
dilahirkan di Prusia, dengan nama aslinya Kurt Levin Tetapi karena penindasan
tentara Nazi (Hittler) pada waktu itu, kemudian ia pindah ke Amenika dan
selanjutnya menyesuaikan namanya sesuai dengan ejaan Amerika seperti sekarang
ini.
Mula-mula ia adalah pengikut aliran psikologi Gestalt madzhab
Berlin, akan tetapi kemudian ia mengambil jalan sendirii, dan lebih tertarik
untuk mempelajari tentng motivasi dan persepsi sehingga teorinya lebih banyak
tentang motivasi. Namun demikian Lewin juga menaruh perhatian terhadap
penerapan teorinya dalam situasi belajar.
Karena teoni medan merupakan perkembangan’secara khusus dari
psikologi gestalt, maka pninsip-prinsip dari teori gestalt juga masih berlaku
di dalam teori medan, di samping adanya penambahan unsur-unsur baru.
B. Teori Belajar Medan Kognitif
1. Belajar adalah sebagai Perubahan Struktur Kognitif (Pengetahuan)
Seperti yang telah disebutkan di atas, teori Cognitive Field dan
Lewin yang sering juga dikenal sebagai “teori medan” bertolak dari penemuan
teori Gestalt.
Kurt Lewin mengembangkan teori belajar “cognitive field” atau
“medan kognitif dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi
sosial. Lewin memandang masing-masing individu sebagai berada di dalam suatu
medan kekuatan yang bersifat psikologis.
Medan kekuatan psikologis di mana individu bereaksi
disebut”life-space”. Life-space ini mencakup perwujudan lingkungan di mana
individu bereaksi, misalnya orang-orang yang ia jumpai, obyek material yang ia
hadapi, serta fungsi-fungsi kejiwan yang ia miliki.
Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi
antar kekuatan-kekuatan, baik yang dan dalam individu seperti tujuan,
kebutuhan, tekanan kejiwaan; maupun dari luar individu seperti tantangan dan
permasalahan yang dihadapi.
Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan
dalam struktur kognitif. Perubaban struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan,
yaitu dari struktur medan kognisi itu sendiri dan dari kebutuhan dan motivasi
intemal individu. Lewin lebih memberikan peranan penting pada motivasi dan pada
reward, dà lam pembentukkan tingkah laku atau belajar.
2. Peranan Hadiah dan Hukuman
Hadiah dan hukuman merupakan dua sarana motivasi yang berguna.
Tetapi dalam penggunaannya memerlukan pengawasan. Nilai yang baik bagi pelajar
(anak didik) pada umumnya sebagai sesuatu hal yang dinginkan (hadiah). Tetapi
tugas-tugas dalam belajar untuk meraih nilai-nilai tersebut pada umumnya
dianggap sebagai hal kurang menarik.
Oleh karena itu ada kecenderungan sebagian besar dari anak didik
untuk memperoleh nilai baik tetapi tidak mau melakukan tugas atau tanpa belajar,
yang kadang-kadang sampai berbuat curang. Untuk menghindari hal demikian dan
supaya anak didik masih tetap berada pada medan, maka perlu adanya pengawasan.
3. Masalah Sukses (berhasil) dan Gagal
Sebenamya Kurt Lewin lebih setuju menggunakan istilah sukses dan
gagal serta pada hadiah dan hukuman. Hal ini karena apabila tujuan yang akan
dicapai itu adalah intrinsik, maka kita akan lebih tepat berbicara tujuan itu
berhasil dan gagal untuk dicapai dan pada berbicara tujuan itu mengandung
hadiah dan hukuman.
Jadi perbedaan pendekatan psikologis dan nonpsikologis menjadi
jelas. Orang yang berpengalaman sukses, ia akan merasa bangga, senang, puas,
bergairah. Dan sebaliknya orang yang berpengalaman gagal akan merasa .malu,
sedih, tidak puas, hilang semangat, putus asa, dan sebagainya. Oleh karena itu
sebaiknya para pendidik selalu memberikan pengalaman sukses.
4. Taraf Aspirasi
Pengalaman sukses dan gagal berkaitan langsung dengan taraf
aspirasi seseorang. Oleh karena itu orang dikatakan sukses atau gagal sangat
tergantung pada taraf aspirasi seseorang. Untuk itu hendaknya setiap orang
dalam mencapai apa yang akan dicapai perlu dirumuskan tujuan yang bersifat
sementara, dimana ia merasa terlibat, sehingga daerah itulah (tujuan sementara)
seseorang akan merasa berhasil.
5. Ulangan yang Terlalu Menimbulkan Kejenuhan Psikologis
Sebagai penerus dan penyempuma aliran Gestalt, Kurt Lewin
berpendapat bahwa belajar itu pertama-tamaa adalah diperolehnya pencerahan
(insight), sedangkan ulangan memiliki kedudukan yang sekunder. Memang untuk
mencapa insight memerlukan ulangan, tetapi yang penting bukan banyaknya ulangan
yang menentukan didapatnya insight (pemecahan problem). Justru ulangan yang
terlalu banyak akan menimbulkan kejenuhan psikologis, yang mengakibatkan
terjadinya dideferensiasi (kekaburan) yang berarti menambah jauhnya pelajar
dari pemecahan problem.
6. Aplikasi Teori Medan Dalam Belajar
- Dalam belajar yang penting adalah terbentuknya pola pikir pada pelajar.
- Dalam menggunakan motivasi belajar yang berupa hadiah (berupa nilai) perlu pengawasan yang cukup, untuk menghindari adanya kecurangan.
- Ulangan dalam belajar perlu diperhatikan frekuensinya, sebab ulangan yang terlalu banyak dapat menimbulkan kejenuhan.
- Hadiah itu pénting dalam pendidikan. Oleh karena itu hendaknya guru selalu memberikan pengalamaan sukses (hadiah).
KESIMPULAN
Kurt Lewin adalah salah seorang dari banyak para ahli psikologi
yang ikut menyumbangkan pemikirannya dalam dunia psikologi khususnya. Ia
dikenal sebagai bapak teori medan. Di antara pendapat-pendapatnya antara lain:
- Masing-masing individu itu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis.
- Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan dari dalam maupun luar.
- Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
- Motivasi memberikan peranan yang lebih penting dari pada reward dalam pembentukan perilaku.
1. Drs. Tadjab, M.A., Ilmu Jiwa Pendidikan, Karya Abditania,
Surab’aya, 1994.
2. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, CV. Rajawali, Jakarta,
1984.
3. Drs. Sanapiah Faisal & Drs. Andi Mappiare, Usaha Nasional, Surabaya.
4. Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, UPP
UNY, Yogyakarta, 2000.
0 Response to "Makalah Tentang Teori Belajar Medan Kognitif Kurt Lewin"
Post a Comment