Image1

Makalah Kaidah Keshahihan Hadits

Cara Mengetahui Keshahihan Hadits | Makalah Kaidah Keshahihan Hadits
PROPOSAL SKRIPSI
KESHAHIHAN HADITS- HADITS ASBA<B AL-NUZU<L
[Telaah kitab Asba>b al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi>]
A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an tidak diturunkan dalam sebuah realitas yang hampa, tetapi justru sebaliknya, ia diturunkan dalam sebuah realitas kesejarahan yang konkret. Selama kurang lebih duapuluh dua tahun, al-Qur'an telah merespon dan membina umat yang minoritas menjadi sebuah kekuatan perubahan sosial yang luar biasa, bahkan masih terasa hingga sekarang.

Respon al-Qur'an terhadap realitas konkret tersebut, membuktikan adanya hubungan dialogis-dialektis antara wahyu dan setting sosio-historis dimana wahyu tersebut terbentuk. Namun meskipun begitu, karena al-Qur'an adalah petunjuk Allah SWT kepada umat manusia, maka ia mampu melampaui batas-batas historis-kultural yang ada.[1] Jadi segala upaya untuk memahami realitas dimana wahyu diturunkan bukanlah untuk membatasi terhadap pemahaman wahyu, akan tetapi, pemahaman yang baik atas realitas tersebut akan membawa kepada pemahaman yang benar atas wahyu itu sendiri (baca: kontekstualisasi).[2]
Dalam diskursus ‘Ulu>m al-Qur'an terdapat sebuah wacana yang memiliki pembahasan secara khusus tentang situasi konkret yang menjadi sebab turunnya al-Qur'an, wacana tersebut adalah Asba>b al-Nuzu>l. Adapun ayat-ayat al-Qur'an jika dipandang dari segi sebab diturunkannya, maka akan terdapat dua kelompok ayat. Yang pertama adalah ayat al-Qur'an yang diturunkan tanpa dihubungkan dengan suatu sebab-sebab secara khusus, sedang yang kedua adalah kelompok ayat al-Qur'an yang diturunkan atau dikaitkan karena suatu sebab khusus. Untuk kelompok yang kedua jumlahnya hanyalah sedikit, jika dibandingkan dengan kelompok yang pertama. Namun meskipun begitu, tidak mengurangi sedikit pun urgensi pembahasan yang ada.[3]
Pembahasan Asba>b al-Nuzu>l menjadi sangat penting dalam ‘Ulu>m al-Qur'an, dikarenakan seseorang tidak akan mampu mencapai sebuah pengertian yang baik, tanpa memahami riwayat Asba>b al-Nuzu>l suatu ayat yang akan ditafsirkan. Pemahaman atas Asba>b al-Nuzu>l suatu ayat akan sangat membantu memahami konteks dimana ayat tersebut diturunkan. Dengan begitu, peluang terjadinya kesalahan penafsiran menjadi lebih kecil. Karena faktanya banyak ayat yang bisa ditafsirkan secara salah, jika tidak disertai pemahaman tentang Asba>b al-Nuzu>l.[4]
Tidak bisa dipungkiri, bahwa riwayat-riwayat asba>b al-nuzu>l merupakan bagian dari hadis yang telah diriwayatkan dari generasi ke generasi, hingga akhirnya dikodifikasikan dalam sebuah karya standar. Karena pengetahuan Asba>b al-Nuzu>l hanya bisa diperoleh melalui periwayatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Bila berbicara tentang hadis, maka tidak akan terlepas dari studi kritik,  baik dari segi sanad (al-Naqd al-Khariji>) maupun matan (al-Naqd al-Dahili>) sehingga bisa ditentukan apakah sebuah periwayatan hadis tersebut diterima atau ditolak.[5]
Salah satu karya awal yang mengumpulkan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l secara komprehensif adalah kitab Asba>b al-Nuzu>l karya Abu> al-Hasan ‘Ali bin Ahmad al-Wa>hidi> al-Naisaburi> [w. 468 H].[6] Sebagai salah satu karya klasik termasyhur yang masih ada, meskipun sebelumnya telah ada karya tentang asba>b al-nuzu>l, namun tidak sampai ketangan kita, sedangkan karya asba>b al-nuzu>l sesudahnya lebih banyak merujuk kepada karya ini.[7]
Disisi lain, jika dilihat masa kehidupan dari al-Wa>hidi> yang memasuki masa setelah kodifikasi hadis-hadis dalam kitab-kitab hadis standar (baca: al-Kutub al-Tis’ah), maka karya al-Wa>hidi> tentu tidak lepas dari merujuk kepada kitab hadis standar sebelumnya. Dilihat dari sudut pandang tersebut maka perlu dilakukan sebuah penelitian, sejauhmana keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l dalam karya al-Wa>hidi> jika dilakukan studi komparasi dengan kitab hadis standar.[8]

B.    Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas dan agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka perlu dirumuskan sejauhmana keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l yang diajukan oleh al-Wahidi> dalam kitab Asba>b al-Nuzu>l. Oleh karena itu masalah-masalah yang ada dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.    Bagaimana klasifikasi hadis-hadis asba>b al-nuzu>l karya al-Wahidi>?
2.    Bagaimana keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l karya al-Wahidi>?

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1.    Tujuan Penelitian
a.  Mengetahui pemikiran al-Wahidi> tentang klasifikasi hadis-hadis asba>b al-nuzu>l yang dituangkan dalam karyanya asba>b al-nuzu>l.
b.  Mengetahui keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l karya al-Wahidi>.
c.  Secara tidak langsung mencoba Melakukan pemetaan posisi kitab Asba>b al-Nuzu>l diantara jajaran kitab ‘Ulu>m al-Qur'an.

2.    Manfaat Penelitian
a.  Memberikan sebuah kontribusi dalam kajian Ilmu al-Qur'an dan Ilmu Hadis pada umumnya, pada khususnya Ilmu asba>b al-nuzu>l.
b.  Memberikan informasi seputar keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l dalam diskursus ilmu al-Qur'an dan tafsir al-Qur'an.

D.    Telaah Pustaka
Secara umum, literature yang membahas asba>b al-nuzu>l telah banyak ditulis oleh para ulama klasik dan pemikir kontemporer. Kajian asba>b al-nuzu>l merupakan sebuah wacana yang sudah “baku” dalam ‘Ulum al-Qur'an. Semua karya tentang ‘Ulum al-Qur'an bisa dipastikan tidak akan melupakan kajian asba>b al-nuzu>l.[9]
Dari berbagai karya Ulu>m al-Qur'an, bisa ditarik kesimpulan bahwa kajian asba>b al-nuzu>l merupakan sebuah keniscayaan. al-Suyut}i dalam karyanya al-Itqan fi> ‘Ulu>m al-Qur'an mengulas dalam sebuah bab tersendiri beberapa riwayat asba>b al-nuzu>l dengan memberikan beberapa kritikan atas berbagai perbedaan riwayat dan melakukan tarjih disertai dengan analitis secara singkat.[10] Ia memberikan komentar kepada kitab Asbab al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi> sebagai kitab yang miskin.[11]
Nasr Hamid Abu Zaid dalam karyanya Mafhu>m al-Nas} juga memberikan kajian asba>b al-nuzu>l. kajiannya berisi kritikan atas pandangan ulama-ulama klasik seperti al-Zarkasi>, al-Suyut}i>, al-Ghazali> dan lainnya dalam wacana ilmu-ilmu al-Qur'an. Secara kritis ia mengungkapkan metode dan pandangan-pandangan ulama klasik dalam memahami ilmu-ilmu al-Qur'an berangkat dari sejumlah fakta yang dibentuk oleh peradaban Arab diseputar teks al-Qur'an disatu sisi, dan berangkat dari konsep-konsep yang diajukan oleh teks itu sendiri mengenai dirinya di sisi yang lain. Pemisahan keduanya merupakan sesuatu yang arbiter.[12] Hipotesis adanya banyak teks sebagai jawaban atas satu peristiwa membawa pada pemisahan antara teks dan dala>lah-nya, oleh karena itu membawa pada penghancuran terhadap konsep teks itu sendiri.[13]
Hassan Hanafi mempunyai konsep asbab al-nuzu>l yang berbeda dengan yang dikenal selama ini. Menurutnya asbab al-nuzu>l menunjukkan bahwa wahyu tidaklah menentukan realitas, tetapi justru diundang oleh realitas aktual itu sendiri. Berkaitan dengan asbab al-nuzu>l ini, realitas dapat diketahui dengan fitrah dan memungkinkan bagi orang lain untuk bersepakat dan membenarkannya (inter-subyektif). Hal ini terjadi pada kasus ‘Umar bin al-Khat}t}ab dimana ia mengetahui realitas kaum muslimin dan kebutuhan mereka dengan menggunakan fitrahnya. Sehingga wahyu yang turun justru membenarkannya.[14]
Subhi Shalih memberikan sebuah analisis kekeliruan riwayat asba>b al-nuzu>l dengan memberikan contoh tafsir dari al-Wa>hidi> yang memiliki kekeliruan jika dijadikan riwayat asba>b al-nuzu>l ayat al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 114. kelemahannya terletak pada periwayatan al-Wahidi dari pendapat Qatadah yang mengatakan bahwa riwayat orang-orang Yahudi yang menghancurkan kota Yerussalem dengan dibantu oleh tersebut merupakan asba>b al-nuzu>l dari ayat diatas, namun kenyataannya riwayat tersebut menyalahi fakta sejarah yang ada jika dijadikan sandaran asba>b al-nuzu>l.[15]
Ibnu Muhdir mengajukan penelitiannya yang berjudul “Nilai-nilai Hadis Asbab al-Nuzu>l dalam Sunan al-Da>rimi>”. Penelitian ini berkaitan dengan nilai sanad, bukan matan hadis-haids asbab al-nuzu>l yang terdapat dalam kitab Sunan al-Da>rimi>, yakni bagaimana nilai kesahihan sanad-sanad hadis asbab al-nuzu>l tersebut.[16]
Menurut penelitian Endang Liz; Fazlur Rahman dan Bintu Syathi’ menganggap signifikansi dari persoalan asbab al-nuzu>l. Bagi keduanya asbab al-nuzul dapat membantu mengetahui konteks ayat sehingga mempermudah dalam memahami maknanya, walaupun menurut keduanya dalam periwayatan terkadang mengandung kelemahan.[17]
Taufik Adnan Amal menyebut karya al-Wa>hidi> sebagai sebuah karya standar dalam kajian asbab al-nuzu>l. tetapi, lebih lanjut ia menyatakan bahwa riwayat-riwayat asba>b al-nuzu>l memiliki sejumlah cacat mendasar, diantaranya tidak lengkap dan relatif sedikitnya bagian al-Qur'an yang memiliki asba>b al-nuzu>l. Kedua; bahan yang sedikit tersebut sangat rentan terhadap kritik, bahkan pada tingkatan kritik sanad dan kebanyakan asba>b al-nuzu>l tersebut merupakan hal-hal yang tidak penting dan tidak diketahui kapan terjadinya. Ketiga; banyak terjadi inkonsistensi di dalam riwayat asba>b al-nuzu>l.[18]
Dari beberapa literatur yang dikaji belum ada yang secara khusus, mendalam dan komprehensif mengungkapkan bagaimana keshahihan riwayat asba>b al-nuzu>l dari karya al-Wa>hidi>.

E.    Metodologi Penelitian
1.  Sumber Data
Model penelitian ini secara sepenuhnya adalah penelitian kepustakaan atau literatur (library research),[19] dalam arti data-data yang diteliti berupa bahan-bahan kepustakaan, khususnya yang terkait dengan asba>b al-nuzu>l, maka dari itu penelitian akan menggunakan dua jenis sumber kepustakaan: primer dan sekunder. Akan tetapi agar pembahasan atas asba>b al-nuzu>l tidak terlalu meluas maka pembahasan akan dikerucutkan kepada keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l dalam kitab Asba>b al-Nuzu>l karya al-Wahidi>, maka dari itu karya tersebut dijadikan sebagai data primer dalam penelitian ini.
Adapun sebagai bahan pengayaan dan penunjang pembahasan maka digunakan rujukan sekunder berupa semua karya dibidang asba>b al-nuzu>l dan ‘Ulu>m al-Qur'an, baik yang berupa kitab, buku, ensikolpedi, booklet maupun artikel diberbagai jurnal dan website di internet yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan penelitian ini. Tidak lupa juga beberapa referensi yang ditulis oleh para Ulama dan intelektual, baik berupa kritik, komentar, analisa maupun karya-karya akademik yang terkait dengan  kajian asba>b al-nuzu>l maupun ‘Ulu>m al-Qur'an.

2.  Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.[20] Oleh Karena itu proses analisis yang ditempuh merupakan langkah-langkah tertentu menurut norma-norma ilmu sejarah.[21] Data ilmu sejarah selalu dikaitkan dengan pelaku, waktu dan tempat yang mempunyai nilai tersendiri, karena pada hakekatnya sejarah itu tidak dapat terulang. Maka dari itu data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis historis.[22]
Pendekatan Analisis Historis ini diwujudkan dalam bentuk studi komparatif hadis-hadis asba>b al-nuzu>l dalam karya al-Wahidi> dengan kitab-kitab hadis standar, semisal sembilan kitab standar (al-Kutub al-Tis’ah). Sehingga nantinya keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l dalam karya al-Wa>hidi> akan diuji dengan menggunakan tolok ukur dalam kajian ‘Ulu>m al-Hadi>ts.
Data-data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, diseleksi dan dirangkaikan ke dalam hubungan-hubungan fakta, sehingga membentuk pengertian-pengertian yang kemudian dituangkan dalam bentuk deskriptis analitis.

F.    Sistematika Pembahasan
Supaya diperoleh pemahaman yang runtut, terarah dan benar, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar dan pengarah kajian dalam bab-bab selanjutnya. Disini dijelaskan latar belakang masalah, untuk memberikan uraian mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Rumusan masalah untuk memfokuskan inti masalah yang akan diteliti. Tujuan dan manfaat penelitian berguna untuk membidik tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Telaah pustaka berguna untuk mengkaji penelitian yang sudah ada, dan posisi penulis dalam penelitian ini. Metode penelitian yang dimaksud untuk menjelaskan metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sedangkan yang terakhir adalah sistematika pembahasan yang secara singkat menerangkan sistematika dalam penelitian.
Bab kedua, akan mendeskripsikan sekilas biografi al-Wa>hidi yang meliputi Pertama; Nama, Lahir dan Wafat, Kedua; Guru-guru, Murid-murid, aktivitas keilmuan, Ketiga; Setting Sosial Masa al-Wa>hidi>, keempat; Hasil karya al-Wa>hidi. Sehingga dari sini kita bisa membaca pola pemikiran al-Wa>hidi kaitannya dengan kajian Asba>b al-Nuzu>l dan ‘Ulu>m al-Qur'an.
Bab ketiga, mencoba melakukan eksplorasi Kajian wacana Asba>b al-Nuzu>l, yang meliputi Definisi Asba>b al-Nuzu>l, Fungsi Asba>b al-Nuzu>l, Cara mengetahui Asba>b al-Nuzu>l, Macam-macam riwayat Asba>b al-Nuzu>l dan Pandangan Ulama tentang Asba>b al-Nuzu>l.
Bab keempat, merupakan telaah atas kesahihan hadits Asba>b al-Nuzu>l dengan terlebih dahulu diklasifikasikan berdasarkan sanad terakhir dari riwayat tersebut. Sehingga nantinya bisa diketahui klasifikasi marfu’, mauquf dan maqtu’. Kesahihan ditentukan dengan berdasarkan pada kuantitas maupun kualitas sebagaimana dalam wacana ilmu hadits.
Bab lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan pada bab-bab sebelumnya kemudian ditutup dengan saran-saran yang dapat disumbangkan sebagai rekomendasi untuk kajian lebih lanjut.

G.   Penutup
Demikian proposal skripsi ini diajukan. Saran dan sumbangan pemikiran yang ditujukan untuk membenahi proposal skripsi ini sangat diharapkan untuk mencapai hasil telaah dan kajian yang maksimal. Dari interaksi pemikiran yang inklusif, dialogis dan dinamis semoga memberi wacana keilmuan yang baru dan konstruktif bagi penulis. Amin.

















KESHAHIHAN HADITS ASBA<B AL-NUZU<L
[Telaah kitab Asba>b al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi>]

BAB I                   Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah               
B.    Rumusan Masalah                        
C.    Tujuan dan Manfaat Penelitiaan                       
D.    Telaah Pustaka                   
E.    Metodologi Penelitian                  
F.     Sistematika Pembahasan

BAB II        Biografi al-Wa>hidi>
A.    Nama, Lahir dan Wafat
B.    Guru-guru, Murid-murid dan aktivitas keilmuan
C.    Setting Sosial Masa al-Wa>hidi>
D.    Hasil karya al-Wa>hidi>

BAB III       Kajian Asba>b al-Nuzu>l
A.    Definisi Asba>b al-Nuzu>l
B.    Fungsi Asba>b al-Nuzu>l
C.    Cara mengetahui Asba>b al-Nuzu>l
D.    Macam-macam riwayat Asba>b al-Nuzu>l
E.    Pandangan Ulama tentang Asba>b al-Nuzu>l

BAB IV       Klasifikasi dan Keshahihan Hadits Asba>b al-Nuzu>l
A.    Klasifikasi Hadits Asba>b al-Nuzu>l ditinjau dari yang menyampaikan kabar
1)  Hadits Marfu’
2)  Hadits Mauqu>f
3)  Hadits Maqtu’
B.    Keshahihan Hadits Asba>b al-Nuzu>l
1.   Ditinjau dari kuantitas
a.   Hadis Mutawatir
b.  Hadis Masyhur
c.   Hadis Ahad
2.   Ditinjau dari kualitas
a.   Hadis S{ahi>h
b.  Hadis Hasan
c.   Hadis D{a’i>f
BAB V        Penutup
A.    Kesimpulan
B.    Saran-saran



Referensi



[1] Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur'an, terj. Anas Wahyudin (Bandung: Pustaka, 1983), hlm. 1.
[2] Lihat hubungan triadik antara teks, konteks dan kontekstualisasi, Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur'an; Teks, Konteks dan Kontekstualisasi, (Yogyakarta: al-Qalam, 2002)
[3] Azyumardi Azra (Ed.), Sejarah dan ‘Ulum al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000)hlm. 77.
[4] Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Terj. Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001)hlm. 157-159.
[5] Mahmu>d al-T{ahhan, Taisir Must{ala>h al-Hadis', (Surabaya: Bungkul Indah, tt.)hlm. 15.
[6] Abu> al-Hasan ‘Ali bin Ahmad al-Wa>hidi> al-Naisaburi>, Asba>b al-Nuzu>l, (Beirut: Dar al-Fikr, 1414H/1994M)
[7] Sebelum al-Wa>hidi>, ada beberapa ulama yang telah melakukan kajian Asba>b al-Nuzu>l, diantaranya, ‘Ali> al-Madini> guru al-Bukhari>, sedangkan ulama sesudahnya adalah Jalaluddin al-Suyut}i>, al-Itqan fi ‘Ulu>m al-Qur'an, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th)hlm. 28.
[8] Yang dimaksud dengan kitab hadis standar disini adalah al-Kutu>b al-Tis’ah. (S}ahih al-Bukhari>, S}ahih Muslim, Su>nan al-Tirmiz}i>, Su>nan al-Nasai>, Su>nan Ibn Majah, Su>nan Abu Dawud, Musnad Ahmad, Muwat}t}a Ma>lik, Su>nan al-Darimi>)
[9] Manna’ al-Qat}t}an, Maba>hits fi> ‘Ulu>m al-Qur'an, (Tkp: Mansyurat al-‘Aasr al-Hadits, tt.), h. 75-98. Muhammad ‘Ali> al-S{abuni>, al-Tibyan fi> ‘Ulu>m al-Qur'an, (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985/1405), hlm. 19-30.
[10] Jalaluddin al-Suyut}i>, al-Itqan…  Ibid,  hlm. 31-34.
[11] Ibid, hlm. 29.
[12] Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur'an; Kritik terhadap Ulumul Qur'an, Terj. Khoiron Nahdliyin, (Yogyakarta: LkiS, 2002), hlm. 19-25.
[13] Ibid… hlm. 122-130.
[14] Moch. Nur Ichwan, Hermeneutika al-Qur'an; Analisis Peta Perkembangan Metodologi Tafsir al-Qur'an Kontemporer, (Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 1995) tidak diterbitkan.
[15] Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur'an, Terj. Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001)hlm. 166-169.
[16] Ibnu Muhdir, Nilai-nilai Hadis Asbab al-Nuzu>l dalam Sunan al-Da>rimi>, (Proyek Perguruan Tinggi Agama IAIN Sunan Kalijaga, 1900/2000) tidak diterbitkan.
[17] Endang Liz, Signifikansi Asbab al-Nuzu>l dalam Diskursus Tafsir Modern (Studi Pemikiran Fazlur Rahman dan Bintu Syathi’), Skripsi Fakultas Ushuluddin tahun 2001. tidak diterbitkan.
[18] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur'an, (Yogyakarta: Fkba, 2001), hlm. 82.
[19] Penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian yang cara kerja penelitiannya menggunakan data dan informasi dari berbagai macam materi dan literatur, baik berupa buku, majalah, surat kabar, naskah, catatan, dokumen. Lihat Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Cet. 7 (Bandung: Bandar Maju, 1996)hlm. 33.
[20] Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Ilmu Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993)hlm. 20.
[21] Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1973).
[22] Pendekatan Analisis Historis merupakan penelaahan dokumen serta sumber-sumber lain yang berisi informasi masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Dalam langkahnya penelitian historis bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Prosedur yang dilalui penelitian historis antara lain; pertama menelaah problematika atau pertanyaan sejarah, kedua menelaah sumber yang mengandung fakta-fakta sejarah, ketiga mengambil kesimpulan dan menghubungkan, keempat merangkum serta menafsirkan fakta-fakta sejarah. Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998)hlm. 331-341.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Kaidah Keshahihan Hadits"

Post a Comment