Makalah Kaidah Keshahihan Hadits
Cara Mengetahui Keshahihan Hadits | Makalah Kaidah Keshahihan Hadits
PROPOSAL SKRIPSI
KESHAHIHAN
HADITS- HADITS ASBA<B AL-NUZU<L
[Telaah
kitab Asba>b al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi>]
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an
tidak diturunkan dalam sebuah realitas yang hampa, tetapi justru sebaliknya, ia
diturunkan dalam sebuah realitas kesejarahan yang konkret. Selama kurang lebih
duapuluh dua tahun, al-Qur'an telah merespon dan membina umat yang minoritas
menjadi sebuah kekuatan perubahan sosial yang luar biasa, bahkan masih terasa
hingga sekarang.
Respon
al-Qur'an terhadap realitas konkret tersebut, membuktikan adanya hubungan
dialogis-dialektis antara wahyu dan setting sosio-historis dimana wahyu
tersebut terbentuk. Namun meskipun begitu, karena al-Qur'an adalah petunjuk
Allah SWT kepada umat manusia, maka ia mampu melampaui batas-batas
historis-kultural yang ada.[1] Jadi segala upaya untuk
memahami realitas dimana wahyu diturunkan bukanlah untuk membatasi terhadap
pemahaman wahyu, akan tetapi, pemahaman yang baik atas realitas tersebut akan
membawa kepada pemahaman yang benar atas wahyu itu sendiri (baca:
kontekstualisasi).[2]
Dalam
diskursus ‘Ulu>m al-Qur'an terdapat sebuah wacana yang memiliki pembahasan
secara khusus tentang situasi konkret yang menjadi sebab turunnya al-Qur'an,
wacana tersebut adalah Asba>b al-Nuzu>l. Adapun ayat-ayat
al-Qur'an jika dipandang dari segi sebab diturunkannya, maka akan terdapat dua
kelompok ayat. Yang pertama adalah ayat al-Qur'an yang diturunkan tanpa
dihubungkan dengan suatu sebab-sebab secara khusus, sedang yang kedua adalah
kelompok ayat al-Qur'an yang diturunkan atau dikaitkan karena suatu sebab
khusus. Untuk kelompok yang kedua jumlahnya hanyalah sedikit, jika dibandingkan
dengan kelompok yang pertama. Namun meskipun begitu, tidak mengurangi sedikit
pun urgensi pembahasan yang ada.[3]
Pembahasan
Asba>b al-Nuzu>l menjadi sangat penting dalam ‘Ulu>m al-Qur'an,
dikarenakan seseorang tidak akan mampu mencapai sebuah pengertian yang baik,
tanpa memahami riwayat Asba>b al-Nuzu>l suatu ayat yang akan ditafsirkan.
Pemahaman atas Asba>b al-Nuzu>l suatu ayat akan sangat membantu memahami
konteks dimana ayat tersebut diturunkan. Dengan begitu, peluang terjadinya
kesalahan penafsiran menjadi lebih kecil. Karena faktanya banyak ayat yang bisa
ditafsirkan secara salah, jika tidak disertai pemahaman tentang Asba>b
al-Nuzu>l.[4]
Tidak
bisa dipungkiri, bahwa riwayat-riwayat asba>b al-nuzu>l merupakan bagian dari
hadis yang telah diriwayatkan dari generasi ke generasi, hingga akhirnya
dikodifikasikan dalam sebuah karya standar. Karena pengetahuan Asba>b
al-Nuzu>l hanya bisa diperoleh melalui periwayatan yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Bila berbicara tentang hadis, maka tidak akan terlepas dari
studi kritik, baik dari segi sanad (al-Naqd
al-Khariji>) maupun matan (al-Naqd al-Dahili>) sehingga bisa
ditentukan apakah sebuah periwayatan hadis tersebut diterima atau ditolak.[5]
Salah
satu karya awal yang mengumpulkan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l secara
komprehensif adalah kitab Asba>b al-Nuzu>l karya Abu> al-Hasan
‘Ali bin Ahmad al-Wa>hidi> al-Naisaburi> [w. 468 H].[6] Sebagai salah satu karya klasik
termasyhur yang masih ada, meskipun sebelumnya telah ada karya tentang
asba>b al-nuzu>l, namun tidak sampai ketangan kita, sedangkan karya asba>b
al-nuzu>l sesudahnya lebih banyak merujuk kepada karya ini.[7]
Disisi
lain, jika dilihat masa kehidupan dari al-Wa>hidi> yang memasuki masa
setelah kodifikasi hadis-hadis dalam kitab-kitab hadis standar (baca: al-Kutub
al-Tis’ah), maka karya al-Wa>hidi> tentu tidak lepas dari merujuk
kepada kitab hadis standar sebelumnya. Dilihat dari sudut pandang tersebut maka
perlu dilakukan sebuah penelitian, sejauhmana keshahihan hadis-hadis asba>b
al-nuzu>l dalam karya al-Wa>hidi> jika dilakukan studi komparasi
dengan kitab hadis standar.[8]
B. Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang masalah diatas dan agar permasalahan yang dibahas tidak
meluas, maka perlu dirumuskan sejauhmana keshahihan hadis-hadis asba>b
al-nuzu>l yang diajukan oleh al-Wahidi> dalam kitab Asba>b
al-Nuzu>l. Oleh karena itu masalah-masalah yang ada dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.
Bagaimana klasifikasi hadis-hadis asba>b
al-nuzu>l karya al-Wahidi>?
2.
Bagaimana keshahihan hadis-hadis asba>b
al-nuzu>l karya al-Wahidi>?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah
yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pemikiran al-Wahidi> tentang klasifikasi hadis-hadis
asba>b al-nuzu>l yang dituangkan dalam karyanya asba>b al-nuzu>l.
b. Mengetahui keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l
karya al-Wahidi>.
c. Secara tidak langsung mencoba Melakukan pemetaan posisi kitab
Asba>b al-Nuzu>l diantara jajaran kitab ‘Ulu>m al-Qur'an.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan sebuah kontribusi dalam kajian Ilmu al-Qur'an dan
Ilmu Hadis pada umumnya, pada khususnya Ilmu asba>b al-nuzu>l.
b. Memberikan informasi seputar keshahihan hadis-hadis
asba>b al-nuzu>l
dalam diskursus ilmu al-Qur'an dan tafsir al-Qur'an.
D. Telaah
Pustaka
Secara umum, literature yang membahas asba>b
al-nuzu>l telah banyak ditulis oleh para ulama klasik dan pemikir
kontemporer. Kajian asba>b al-nuzu>l merupakan sebuah wacana yang sudah “baku ” dalam ‘Ulum
al-Qur'an. Semua karya tentang ‘Ulum al-Qur'an bisa dipastikan tidak akan melupakan
kajian asba>b al-nuzu>l.[9]
Dari
berbagai karya Ulu>m al-Qur'an, bisa ditarik kesimpulan bahwa kajian asba>b
al-nuzu>l merupakan sebuah keniscayaan. al-Suyut}i dalam karyanya al-Itqan
fi> ‘Ulu>m al-Qur'an mengulas dalam sebuah bab tersendiri beberapa
riwayat asba>b al-nuzu>l dengan memberikan beberapa kritikan atas
berbagai perbedaan riwayat dan melakukan tarjih disertai dengan analitis secara
singkat.[10] Ia memberikan komentar kepada
kitab Asbab al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi> sebagai kitab yang
miskin.[11]
Nasr
Hamid Abu Zaid dalam karyanya Mafhu>m al-Nas} juga memberikan kajian
asba>b al-nuzu>l. kajiannya berisi kritikan atas pandangan ulama-ulama
klasik seperti al-Zarkasi>, al-Suyut}i>, al-Ghazali> dan lainnya dalam
wacana ilmu-ilmu al-Qur'an. Secara kritis ia mengungkapkan metode dan pandangan-pandangan
ulama klasik dalam memahami ilmu-ilmu al-Qur'an berangkat dari sejumlah fakta
yang dibentuk oleh peradaban Arab diseputar teks al-Qur'an disatu sisi, dan
berangkat dari konsep-konsep yang diajukan oleh teks itu sendiri mengenai
dirinya di sisi yang lain. Pemisahan keduanya merupakan sesuatu yang arbiter.[12] Hipotesis adanya banyak teks
sebagai jawaban atas satu peristiwa membawa pada pemisahan antara teks dan dala>lah-nya,
oleh karena itu membawa pada penghancuran terhadap konsep teks itu sendiri.[13]
Hassan
Hanafi mempunyai konsep asbab al-nuzu>l yang berbeda dengan yang dikenal
selama ini. Menurutnya asbab al-nuzu>l menunjukkan bahwa wahyu tidaklah
menentukan realitas, tetapi justru diundang oleh realitas aktual itu sendiri.
Berkaitan dengan asbab al-nuzu>l ini, realitas dapat diketahui dengan fitrah
dan memungkinkan bagi orang lain untuk bersepakat dan membenarkannya
(inter-subyektif). Hal ini terjadi pada kasus ‘Umar bin al-Khat}t}ab dimana ia
mengetahui realitas kaum muslimin dan kebutuhan mereka dengan menggunakan
fitrahnya. Sehingga wahyu yang turun justru membenarkannya.[14]
Subhi
Shalih memberikan sebuah analisis kekeliruan riwayat asba>b al-nuzu>l
dengan memberikan contoh tafsir dari al-Wa>hidi> yang memiliki kekeliruan
jika dijadikan riwayat asba>b al-nuzu>l ayat al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 114. kelemahannya
terletak pada periwayatan al-Wahidi dari pendapat Qatadah yang mengatakan bahwa
riwayat orang-orang Yahudi yang menghancurkan kota Yerussalem dengan dibantu oleh tersebut
merupakan asba>b al-nuzu>l dari ayat diatas, namun kenyataannya riwayat
tersebut menyalahi fakta sejarah yang ada jika dijadikan sandaran asba>b
al-nuzu>l.[15]
Ibnu
Muhdir mengajukan penelitiannya yang berjudul “Nilai-nilai Hadis Asbab
al-Nuzu>l dalam Sunan al-Da>rimi>”. Penelitian ini berkaitan
dengan nilai sanad, bukan matan hadis-haids asbab al-nuzu>l yang terdapat
dalam kitab Sunan al-Da>rimi>, yakni bagaimana nilai kesahihan
sanad-sanad hadis asbab al-nuzu>l tersebut.[16]
Menurut
penelitian Endang Liz; Fazlur Rahman dan Bintu Syathi’ menganggap signifikansi
dari persoalan asbab al-nuzu>l. Bagi keduanya asbab al-nuzul dapat membantu
mengetahui konteks ayat sehingga mempermudah dalam memahami maknanya, walaupun menurut
keduanya dalam periwayatan terkadang mengandung kelemahan.[17]
Taufik
Adnan Amal menyebut karya al-Wa>hidi> sebagai sebuah karya standar dalam
kajian asbab al-nuzu>l. tetapi, lebih lanjut ia menyatakan bahwa
riwayat-riwayat asba>b al-nuzu>l memiliki sejumlah cacat mendasar,
diantaranya tidak lengkap dan relatif sedikitnya bagian al-Qur'an yang memiliki
asba>b al-nuzu>l. Kedua; bahan yang sedikit tersebut sangat rentan
terhadap kritik, bahkan pada tingkatan kritik sanad dan kebanyakan asba>b
al-nuzu>l tersebut merupakan hal-hal yang tidak penting dan tidak diketahui
kapan terjadinya. Ketiga; banyak terjadi inkonsistensi di dalam riwayat asba>b
al-nuzu>l.[18]
Dari beberapa literatur yang dikaji belum ada yang secara
khusus, mendalam dan komprehensif mengungkapkan bagaimana keshahihan riwayat
asba>b al-nuzu>l dari karya al-Wa>hidi>.
E. Metodologi
Penelitian
1. Sumber
Data
Model
penelitian ini secara sepenuhnya adalah penelitian kepustakaan atau literatur
(library research),[19]
dalam arti data-data yang diteliti berupa bahan-bahan kepustakaan, khususnya
yang terkait dengan asba>b al-nuzu>l, maka dari itu penelitian akan
menggunakan dua jenis sumber kepustakaan: primer dan sekunder. Akan tetapi agar pembahasan atas asba>b
al-nuzu>l
tidak terlalu meluas maka pembahasan akan dikerucutkan kepada keshahihan hadis-hadis
asba>b al-nuzu>l dalam kitab Asba>b al-Nuzu>l
karya al-Wahidi>,
maka dari itu karya tersebut dijadikan sebagai data primer dalam penelitian ini.
Adapun
sebagai bahan pengayaan dan penunjang pembahasan maka digunakan rujukan
sekunder berupa
semua karya dibidang asba>b al-nuzu>l dan ‘Ulu>m al-Qur'an, baik yang
berupa kitab, buku, ensikolpedi, booklet maupun artikel diberbagai jurnal dan
website di internet yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan
penelitian ini. Tidak lupa juga beberapa referensi yang
ditulis oleh para Ulama dan intelektual, baik berupa kritik, komentar, analisa
maupun karya-karya akademik yang terkait dengan
kajian asba>b al-nuzu>l maupun ‘Ulu>m al-Qur'an.
2. Metode
Analisis
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.[20] Oleh Karena itu proses analisis
yang ditempuh merupakan langkah-langkah tertentu menurut norma-norma ilmu
sejarah.[21] Data ilmu sejarah selalu
dikaitkan dengan pelaku, waktu dan tempat yang mempunyai nilai tersendiri,
karena pada hakekatnya sejarah itu tidak dapat terulang. Maka dari itu data
yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis historis.[22]
Pendekatan
Analisis Historis ini diwujudkan dalam bentuk studi komparatif hadis-hadis
asba>b al-nuzu>l dalam karya al-Wahidi> dengan kitab-kitab hadis
standar, semisal sembilan kitab standar (al-Kutub al-Tis’ah). Sehingga
nantinya keshahihan hadis-hadis asba>b al-nuzu>l dalam karya
al-Wa>hidi> akan diuji dengan menggunakan tolok ukur dalam kajian ‘Ulu>m
al-Hadi>ts.
Data-data
yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, diseleksi dan dirangkaikan ke
dalam hubungan-hubungan fakta, sehingga membentuk pengertian-pengertian yang
kemudian dituangkan dalam bentuk deskriptis analitis.
F.
Sistematika
Pembahasan
Supaya diperoleh pemahaman yang
runtut, terarah dan benar, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai
pengantar dan pengarah kajian dalam bab-bab selanjutnya. Disini dijelaskan
latar belakang masalah, untuk memberikan uraian mengapa penelitian ini perlu
dilakukan. Rumusan masalah untuk memfokuskan inti masalah yang akan diteliti.
Tujuan dan manfaat penelitian berguna untuk membidik tujuan dan manfaat dari
penelitian ini. Telaah pustaka berguna untuk mengkaji penelitian yang sudah
ada, dan posisi penulis dalam penelitian ini. Metode penelitian yang dimaksud
untuk menjelaskan metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sedangkan
yang terakhir adalah sistematika pembahasan yang secara singkat menerangkan
sistematika dalam penelitian.
Bab kedua, akan mendeskripsikan sekilas biografi al-Wa>hidi yang meliputi Pertama; Nama,
Lahir dan Wafat, Kedua; Guru-guru, Murid-murid, aktivitas keilmuan, Ketiga;
Setting Sosial Masa al-Wa>hidi>, keempat; Hasil karya al-Wa>hidi.
Sehingga dari sini kita bisa membaca pola pemikiran al-Wa>hidi kaitannya
dengan kajian Asba>b al-Nuzu>l dan ‘Ulu>m al-Qur'an.
Bab ketiga, mencoba melakukan eksplorasi Kajian wacana
Asba>b al-Nuzu>l, yang meliputi Definisi
Asba>b al-Nuzu>l, Fungsi
Asba>b al-Nuzu>l, Cara mengetahui Asba>b
al-Nuzu>l, Macam-macam riwayat Asba>b al-Nuzu>l dan Pandangan Ulama
tentang Asba>b al-Nuzu>l.
Bab keempat,
merupakan telaah atas kesahihan hadits Asba>b al-Nuzu>l dengan terlebih
dahulu diklasifikasikan berdasarkan sanad terakhir dari riwayat tersebut.
Sehingga nantinya bisa diketahui klasifikasi marfu’, mauquf dan maqtu’.
Kesahihan ditentukan dengan berdasarkan pada kuantitas maupun kualitas
sebagaimana dalam wacana ilmu hadits.
Bab lima adalah bab penutup yang berisi
kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban
dari rumusan masalah yang dirumuskan pada bab-bab sebelumnya kemudian ditutup
dengan saran-saran yang dapat disumbangkan sebagai rekomendasi untuk kajian
lebih lanjut.
G.
Penutup
Demikian proposal skripsi ini
diajukan. Saran dan sumbangan pemikiran yang ditujukan untuk membenahi proposal
skripsi ini sangat diharapkan untuk mencapai hasil telaah dan kajian yang
maksimal. Dari interaksi pemikiran yang inklusif, dialogis dan dinamis semoga
memberi wacana keilmuan yang baru dan konstruktif bagi penulis. Amin.
KESHAHIHAN
HADITS ASBA<B AL-NUZU<L
[Telaah
kitab Asba>b al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi>]
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan
D. Telaah Pustaka
E. Metodologi Penelitian
F. Sistematika Pembahasan
BAB II Biografi al-Wa>hidi>
A. Nama, Lahir dan Wafat
B. Guru-guru, Murid-murid dan aktivitas keilmuan
C. Setting Sosial Masa al-Wa>hidi>
D. Hasil karya al-Wa>hidi>
BAB
III Kajian Asba>b
al-Nuzu>l
A. Definisi Asba>b al-Nuzu>l
B. Fungsi Asba>b al-Nuzu>l
C. Cara
mengetahui Asba>b al-Nuzu>l
D. Macam-macam
riwayat Asba>b al-Nuzu>l
E. Pandangan
Ulama tentang Asba>b al-Nuzu>l
BAB
IV Klasifikasi dan Keshahihan
Hadits Asba>b al-Nuzu>l
A. Klasifikasi Hadits Asba>b al-Nuzu>l ditinjau
dari yang menyampaikan kabar
1) Hadits Marfu’
2) Hadits Mauqu>f
3) Hadits Maqtu’
B. Keshahihan Hadits Asba>b al-Nuzu>l
1.
Ditinjau
dari kuantitas
a. Hadis Mutawatir
b. Hadis Masyhur
c. Hadis Ahad
2.
Ditinjau
dari kualitas
a. Hadis S{ahi>h
b. Hadis Hasan
c. Hadis D{a’i>f
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
Referensi
[2] Lihat hubungan triadik antara teks, konteks dan kontekstualisasi,
Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur'an; Teks, Konteks dan Kontekstualisasi,
(Yogyakarta : al-Qalam, 2002)
[4] Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Terj. Tim
Pustaka Firdaus, (Jakarta :
Pustaka Firdaus, 2001)hlm. 157-159.
[6] Abu>
al-Hasan ‘Ali bin Ahmad al-Wa>hidi> al-Naisaburi>, Asba>b
al-Nuzu>l, (Beirut: Dar al-Fikr, 1414H/1994M)
[7] Sebelum
al-Wa>hidi>, ada beberapa ulama yang telah melakukan kajian Asba>b
al-Nuzu>l,
diantaranya, ‘Ali> al-Madini> guru al-Bukhari>, sedangkan ulama
sesudahnya adalah Jalaluddin al-Suyut}i>, al-Itqan fi ‘Ulu>m al-Qur'an,
(Beirut : Dar
al-Fikr, t.th)hlm. 28.
[8] Yang dimaksud dengan kitab hadis standar disini adalah al-Kutu>b
al-Tis’ah.
(S}ahih al-Bukhari>, S}ahih Muslim, Su>nan al-Tirmiz}i>, Su>nan
al-Nasai>, Su>nan Ibn Majah, Su>nan Abu Dawud, Musnad Ahmad, Muwat}t}a
Ma>lik, Su>nan al-Darimi>)
[9] Manna’
al-Qat}t}an, Maba>hits fi> ‘Ulu>m al-Qur'an, (Tkp: Mansyurat al-‘Aasr
al-Hadits, tt.), h. 75-98. Muhammad ‘Ali> al-S{abuni>, al-Tibyan fi>
‘Ulu>m al-Qur'an, (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985/1405), hlm. 19-30.
[12] Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur'an; Kritik terhadap
Ulumul Qur'an, Terj. Khoiron Nahdliyin, (Yogyakarta :
LkiS, 2002), hlm. 19-25.
[14] Moch. Nur Ichwan, Hermeneutika al-Qur'an; Analisis Peta
Perkembangan Metodologi Tafsir al-Qur'an Kontemporer, (Skripsi Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 1995) tidak diterbitkan.
[15] Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur'an, Terj. Tim Pustaka
Firdaus, (Jakarta :
Pustaka Firdaus, 2001)hlm. 166-169.
[16] Ibnu Muhdir, Nilai-nilai
Hadis Asbab al-Nuzu>l dalam Sunan al-Da>rimi>, (Proyek Perguruan
Tinggi Agama IAIN Sunan Kalijaga, 1900/2000) tidak diterbitkan.
[17] Endang
Liz, Signifikansi Asbab al-Nuzu>l dalam Diskursus Tafsir Modern (Studi
Pemikiran Fazlur Rahman dan Bintu Syathi’), Skripsi Fakultas Ushuluddin tahun
2001. tidak diterbitkan.
[18] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur'an, (Yogyakarta : Fkba, 2001), hlm. 82.
[19] Penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian yang
cara kerja penelitiannya menggunakan data dan informasi dari berbagai macam
materi dan literatur, baik berupa buku, majalah, surat kabar, naskah, catatan, dokumen. Lihat
Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Cet. 7 (Bandung: Bandar
Maju, 1996)hlm. 33.
[20] Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Ilmu Sejarah
(Jakarta: Gramedia, 1993)hlm. 20.
[21] Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. (Jakarta: Yayasan
Penerbit Universitas Indonesia, 1973).
[22] Pendekatan Analisis Historis merupakan penelaahan dokumen serta
sumber-sumber lain yang berisi informasi masa lampau dan dilaksanakan secara
sistematis. Dalam langkahnya penelitian historis bertugas mendeskripsikan
gejala, tetapi bukan terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Prosedur yang
dilalui penelitian historis antara lain; pertama menelaah problematika
atau pertanyaan sejarah, kedua menelaah sumber yang mengandung
fakta-fakta sejarah, ketiga mengambil kesimpulan dan menghubungkan, keempat
merangkum serta menafsirkan fakta-fakta sejarah. Suharsimi Arikunto, Metode
Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998)hlm. 331-341.
0 Response to "Makalah Kaidah Keshahihan Hadits"
Post a Comment