Biografi Imam Fakhrudin ar Razi Sang Pemilik Kitab Al-Kabir
BIOGRAFI IMAM FAKHRUDIN AR RAZI
DAN KITAB TAFSIRNYA
Ar-Razi
adalah nama bagi seseorang yang dinisbatkan (disandarkan) pada sebuah nama kota
yaitu Kota Ray, yang terletak di sebelah barat kota Teheran, Iran. Karena itu
perlu kiranya di sini dijelaskan nama aslinya ataupun nama laqabnya. Hal
ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam menisbatkan al-Razi> pada
orang yang tidak sedang menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini.
Dikarenakan banyak ulama yang menisbatkan namanya pada al-Razi>. Ulama yang
menisbatkan dengan menggunakan nama al-Razi> tersebut di antaranya adalah :
Abu> Bakr Muhammad Ibn Zakaria> al-Razi> at-Tabi>b[1].
Abu> Ha>tim al-Razi>[2],
dan Abu> Bakr al-Razi> al-Jassas al-H}anafi[3]>.
Dari
pembahasan mengenai nama-nama yang dinisbatkan (disandarkan) pada ar-Ra>zi>
di atas, kiranya menjadi jelas bahwa al-Razi> -dalam pembahasan skripsi ini-
adalah Fakhr al-Di>n Abu> 'Abdulla>h Muhammad Ibn 'Umar Ziya>
al-Din Ibn al-H}usain al-Ra>zi> yang selanjutnya disebutnya Fakhr al-Di>n
al-Ra>zi> yaitu pemilik kitab Tafsi>r Mafa>tih al-Gaib atau Tafsi>r
al-Kabi>r.
A. Kelahiran dan Pendidikan
Nama lengkapnya adalah Abu> 'Abdullah Muh}ammad
Ibn 'Umar Ibn H{usain Ibn H}asan Ibn 'Ali al-Tami>mi> al-Bakri
al-Tibristan al-Ra>zi>, ia mempunyai gelar Fakhr al-Di>n. Terkenal
dengan sebutan Ibn Kha>tib al-Syafi'i>.[4]
Al-Ra>zi> lahir di kota Ray,
pada tanggal 25 Ramad}an 543 H. bertepatan dengan tahun 1149 M, dan meninggal
di daerah Herat (Ray) pada malam senin, hari 'Id al-Fitr, tahun 606 H/1209
M dalam usia 63 tahun.[5]
Ia seorang ulama besar yang hidup di kawasan Persia bagian utara, yang pada
waktu itu kawasan tersebut sebagian berada di bawah kekuasaan kesultanan
Khawarizm Syahiyah dan sebagian di bawah kesultanan Guriyah. Ia pernah
melakukan diskusi atau perdebatan dengan kaum Mu'tazilah dalam rangka membela
akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah (terutama aliran Asy'ariyah) dan Maz|hab
fiqh yang ia anut.[6]
Awal
pendidikan Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> yaitu dengan belajar langsung
kepada bapaknya sendiri Ziya> al-Di>n 'Umar Ibn H}usai, salah seorang
tokoh ulama madzhab Asy'ari dalam kalam. Dan seorang tokoh madzhab Syafi'i> dalam
bidang fiqh. Berbagai ilmu ia pelajari dari bapaknya hingga akhir wafatnya
tahun 559 H. [7]
Pendidikan
yang diberikan bapaknya kepada al-Ra>zi> hasilnya tampak nyata dari
kemampuan al-Ra>zi> dalam penguasaan ilmunya sebagaimana terlihat dari
hafalannya atas kitab al-Sya>mil Us}u>l al-Di>n karangan imam
al-Haramain tentang ilmu kala>m, Al-Musytasyfa> karya Imam Abu H}ami>d
al-Gazali tentang usu>l Fiqh dan al-Mu'tamad karya abu al-Husain
al-Bishri tentang Us}u>l Fiqh juga. Pengaruh bapaknya tampak juga dari
pilihan mazhab al-Razi> yang tidak berbeda dengan bapaknya. [8]
Setelah bapaknya wafat, al-Razi> meneruskan pelajarannya dengan mendalami
berbagai pengetahuan dari sejumlah ulama terkemuka lainnya. Di antaranya ia
mendalami teologi dan filsafat pada al-Majd al-Di>n
al-Jili>, al-Simani>, al-Bagawi>, dan guru dari seseorang pemikir
besar yang lain termasuk al-Suhrawardi. [9]
Dalam
mendalami ilmu usu>l Fiqh ia berguru kepada al-Kamal al-Samani>, Abu>
al-H}usain al-Bas}ri. Selain itu juga ia berhasil menjadi ulama ensiklopedi
yang sulit ditandingi karena selain fiqh, us}u>l fiqh, dan teologi, ia juga
seorang yang menguasai ilmu-ilmu seperti sastra 'Arab, tafsir, logika,
matematika, fisika, kedokteran dan lain-lain. [10]
Aktifitas
keilmuan al-Ra>zi> sudah tampak dari sejak pertama kali meninggalkan kota kelahirannya guna
mencari ilmu di seputar Persia .
Meskipun tidak menetap lama, namun al-Ra>zi> tercatat pergi ke Khawarizm,
Bukha>ra, Samarkan, Ghazual, dan India . Pada akhirnya beliau kembali
ke tanah kelahirannya yaitu Herat
(Ray) sampai dengan akhir hayatnya. Al-Razi> dalam setiap perjalanannya
selalu melakukan diskusi-diskusi dengan kalangan mazhab, khususnya Mu'tazilah
dan Karamiyah. [11]
Kemampuan
al-Ra>zi> dalam menguasai berbagai bidang keilmuan memberikan pengaruh
yang besar dalam kehidupannya. Menurut Ibn Khili>kin. Orang-orang yang
belajar kepada al-Ra>zi> \datang dari berbagai penjuru. Bahkan dalam hal
bepergian al-Ra>zi> selalu disertai oleh murid-muridnya yang berjumlah
sangat banyak. [12]
Sehingga
di antara banyak murid al-Ra>zi> ada beberapa murid yang keilmuannya
menonjol, yaitu : Qut}b al-Di>n al-Mishry. Shiha>b al-Di>n
al-Naisabu>ry>, Muhammad Ibn Ridwa>n, Syari>f al-Di>n al-Harwy,
Asir al-Di>n al-Abhary>, Abu> Bakr Ibrahim Ibn Abi> Bakr
al-Ash-Fahahary, dan lain-lainnya. Temasuk putra beliau yaitu Abu> Bakr yang
kemudian melanjutkan pengajaran setelah wafatnya. [13]
B.
Pendekatan, Metode, dan Corak Tafsirnya
Pendekatan
penafsiran (al-Ittija>h al-Tafsi>r) di sini adalah sekumpulan prinsip dan
dasar-dasar pemikiran yang terkait oleh suatu cara pandang dan mengarah pada
suatu tujuan tertentu. [14]
Dari
pengertian ini dapat diartikan bahwa pendekatan penafsiran suatu sasaran yang
dicapai oleh mufassi>r, yang dalam pencapaiannya diperlukan
perangkat-perangkat. Tujuan ini sangat penting untuk dijadikan cerminan dan
arah penafsiran dari awal hingga akhir, sehingga tidak mungkin seseorang
mufassi>r melupakan dan meninggalkan dalam setiap penafsirannya.
Adapun
Muhammad Syari>f membagi tafsi>r ke dalam tiga pendekatan :
1. Al-Ittija>h
al-Hida>'i,
yaitu suatu penafsiran yang diupayakan dengan tujuan den pendekatan memberikan
hidayah bagi pembacanya. Kitab yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya
adalah kitab Tafsi>r al-Mana>r, karya Muhammad 'Abduh dan
Rasyi>d Ridha>.[15]
2. Al-Ittija>h
al-Adabi>,
yaitu suatu yang dalam pengungkapan dan penyampaiannya dilakukan dengan bahasa
dan ucapan yang indah. Tafsir dengan pendekatan seperti ini berharap dapat
membuktikan kemu'jizatan bala>gah al-Qur'a>n. Tafsir dalam kelompok ini
adalah kitab Tafsi>r fi Dzila>l al-Qur'a>n karya Imam Sayyi>d
Qut}b dan al-Tafsi>r al-Baya>ni li al-Qur'a>n al-Kari>m karya 'Aisyah Bintu asy-Syati'. [16]
3. Al-Ittija>h
al-'Ilm, yaitu
suatu penafsiran yang dilakukan dengan memprioritaskan kepada pendekatan
ilmiah. Tafsir yang menggunakan pendekatan ini salah satu di antaranya adalah
kitab Tafsi>r al-Jawa>hir karya Imam Tantawi al-Jauhari>.[17]
Dari
pendekatan-pendekatan penafsiran yang telah diuraikan di atas, dapat terlihat
bahwa Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> dalam tafsirnya Mafa>tih al-Gaibnya
atau al-Kabi>r penekanannya lebih dominan kepada penggunaan
pendekatan yang ketiga, yaitu pendekatan ilmiah (al-Ittija>h al-'Ilm).
Hal ini di samping terlihat dari penafsirannya, juga tampak dalam
pengelompokkan kalangan ulama terhadap tafsir ini. [18]
Tafsir
berdasarkan sumber penafsirannya, para ulama membagi ke dalam tiga bagian :
a. Tafsi>r
bi al-Riwayah (Bi al-Ma'tsu>r)
atau tafsi>r bi al-naql, yaitu keterangan-keterangan dan
penelitian-penelitian yang terdapat di dalam al-Qur'a>n, hadi>s-hadi>s
Nabi s.a.w. dan atsar sahabat (ucapan yang disandarkan kepada sahabat)
sebagai penjelasan atau tafsi>r terhadap
maksud dari firman Allah. [19]
b. Tafsi>r
Bi al-Dara>yah (Bi al-Ra'yi)
atau tafsi>r al-ma'qu>l, adalah menafsirkan ayat-ayat
al-Qur'a>n dengan cara ijtihad, yakni penjelasan al-Qur'a>n dengan didasarkan kepada kaidah-kaidah
ijtihad murni, ketentuan-ketentuan ilmu al-Qur'a>n dan kaidah-kaidah bahasa
Arab. Kitab tafsi>r yang termasuk di dalamnya antara lain : Anwa>r
al-Tanzi>l wa Asra>ru al- Ta'wi>l, terkenal dengan Tafsi>r
al-Baidhawy. [20]
c. Tafsi>r
Isya>ri atau
Tafsi>r Sufi artinya pakai isyarat atau petunjuk. Tafsi>r
Isya>ri berarti penafsiran al-Qur'a>n berdasarkan al-Qur'a>n dengan makna
yang berlainan menurut zahir ayat sesuai dengan petunjuk halus yang tampak oleh
orang-orang yang berpribadi luhur dan sufi serta mampu menggabungkan isyarat
tersebut dengan makna yang tersurat. [21]
Dari
pembagian tafsir ini, terlihat jelas bahwa Tafsi>r Mafa>tih al-Gaib
atau Tafsi>r al-Kabi>r lebih condong pada pengelompokkan kitab Tafsi>r
Bi al- Dira>yah (Bi al- Ra'y).
Mengenai
tafsir bi al-ra'yi, para ulama berbeda pendapat, ada yang mengharamkan
dan ada yang membolehkannya. Perbedaan itu karena si penafsir mendasarkan
pendapatnya (ra'yu) pada akalnya dengan bahwa memastikan yang dimaksud
Allah begini dan begitu tanpa disertai dalil dan hujjah, atau karena orang
berusaha menafsirkan al-Qur'a>n padahal ia tidak menguasai kaidah bahasa
Arab dan pokok-pokok hukum agama, atau karena terdorong oleh hawa nafsu yang
hendak memutar-balikan makna ayat-ayat al-Qur'an. Lain halnya kalau si penafsir
mempunyai persyaratan cukup yang diperlukan,
sehingga tidak ada salahnya kalau ia berusaha menafsirkan al-Qur'an atas dasar
pendapat dan akal. Al-Qur'a>n sendiri menganjurkan orang berijtihad
memikirkan ayat-ayat nya dan mendalami pengetahuan tentang ajaran-ajarannya.[22]
Tafsir
bi al-Ra'yi ini
dapat diterima sepanjang penafsirannya memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan, dan selama penafsir tersebut menjauhi lima hal berikut :
a. Menjauhi
sikap telalu berani menduga-duga kehendak Allah di dalam kalam-Nya, tanpa memiliki persyaratan sebagai
panafsir.
b. Memaksa
diri memahami sesuatu yang hanya wewenang Allah untuk mengetahuinya.
c. Menghindari
dorongan dan kepentingan hawa nafsu.
d. Menghindari
tafsir yang ditulis untuk kepentingan maz|hab tertentu, yang maz|hab tersebut
dijadikan dasar utama dan tafsir nomor dua, sehingga terjadi berbagai
kekeliruan.
e. Menghindari
penafsiran pasti (qath'i), di mana seorang penafsir, tanpa alasan,
mengklaim bahwa itulah satu-satunya maksud Allah.[23]
Al-Ra>zi>
menempuh cara para ahli filsafat ketuhanan (theology) dalam mengemukakan
dalil-dalil yang didasarkan pada ilmu kalam semantik (logika). Ia menaruh
perhatian khusus pada fenomena alam semesta dan membagi ayat atau ayat-ayat
yang sehubungan dengan itu ke dalam sejumlah masalah, kemudian meneruskan
uraian penafsirannya membela mazhab ahlus-Sunnah wa-Jama'ah.[24]
Dilihat
dari segi metodenya, 'Abd al-Hayy al-Farmawi, membagi tafsir ke dalam empat
kelompok yakni tah}lili>, ijmali>, muqaran, dan maud}u'i>.
a. Metode
Tah}lili> sering
disebut juga dengan metode analisis, yaitu metode tafsi>r yang mufassirnya
berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur'a>n dari
berbagi seginya dengan memperhatikan susunan ayat-ayat al-Qur'a>n
sebagaimana yang tercantum di dalam mushaf. [25]
b. Metode Ijmali> adalah suatu metode
tafsi>r yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur'a>n dengan cara mengemukakan
makna global, contoh kitab tafsi>r yang memakai metode ini adalah Tafsi>r
al-Qur'a>n al-Kari>m karya Muhammad Farid Wajdi. [26]
c. Metode Muqaran atau komparasi, adalah
membandingkan ayat-ayat al-Qur'a>n yang memiliki persamaan atau kemiripan
redaksi, yang berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda bagi masalah
atau kasus yang sama atau diduga sama. [27]
d. Metode Maudu'i> adalah menghimpun ayat-ayat
al-Qur'a>n yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan
satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya
ayat-ayat tersebut. [28]
Dari
pembagian-pembagian metode tafsi>r ini, tampak bahwa Tafsi>r
Mafa>tih al-Gaib atau al-Kabi>r menggunakan metode tah}lili>,
karena kitab tafsi>r ini menguraikan penafsirannya sesuai dengan urutan ayat
perayat yang terdapat dalam al-Qur'a>n, dimulai dari al-Fatiha>h sampai surat an-Na>s.
Sedangkan
corak Tafsi>r Mafa>tih} al-Gaib atau al-Kabi>r dinilai
sebagai tafsi>r yang bercorak Bi al-Ra'yu> al-Mah}mu>d. [29]
Tafsi>r ini telah populer di kalangan ulama karena pembahasannya sangat
berbeda dengan kitab tafsi>r lainnya. [30]
Sehingga menurut Ibn Hayya>n, Imam al-Ra>zi> mengumpulkan sesuatu yang
banyak di dalam tafsirnya hal-hal yang tidak diperlukan dalam ilmu tafsi>r.
Oleh karena itu, sebagian ulama menilai dalam tafsi>rnya terdapat segala
sesuatu kacuali tafsi>r. [31]
C. Karya-karyanya
Sepanjang
hidupnya, al-Razi> menulis banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu, Sayyid
H}usain Nasr mengutip al-Bagda>di membagi karya al-Ra>zi> ke dalam
beberapa disiplin : (1) tafsi>r ; (2) ilmu kalam ; (3) logika, filsafat dan etika
; (4) gabungan antara teologi dan filsafat ; (5) ilmu fiqh dan ilmu us}ul fiqh
; (6) Syarah dan riwayat hidup orang(biografi) ; (7) matematika dan astronomi ;
(8) ilmu kesehatan dan ilmu phsyognomi (al-T}ibb al-Fira>sah); (9) magis dan
astrologi ; dan (10) karya-karya umum dan ensiklopedi.
Di
antara karangannya yang paling terkenal adalah kitab Tafsir al-Kabi>r atau Mafa>ti>h} al-Gaib. Kitab
ini terdiri dari 30 jilid besar, setiap jilid berisi lebih dari 300 halaman.[32]
Tafsir
Mafatih} al-Gaib ini terdiri atas delapan jilid besar. Namun beberapa
pendapat yang ada menunjukkan bahwa al-Ra>zi> tidak sempat
menyelesaikannya. Pendapat-pendapat itu tidak sepakat mengenai sampai sejauh
mana ia menyelesaikan tafsirnya dan siapa yang menyelesaikannya.[33]
Adapun
kitab-kitab al-Ra>zi> secara terperinci adalah sebagai berikut :
1.
Tafsir
a.
Tafsi>r al-Qur’a>n
al-Kabi>r atau tafsi>r Mafa>tih} al-Gaib.
b.
Kitab Tafsi>r
al-Fatih}ah}, yang sekarang merupakan
jilid pertama dari kitab Tafsi>r Mafa>tih} al-Gaib.
c.
Kitab Tafsi>r Surat al-Baqarah,
kitab ini juga tercakup dalam satu jilid, tetapi sekarang telah berdiri
sendiri.
d.
Tafsi>r al-Qur’a>n
al-Sagir atau dikenal dengan nama Asrar
al-Ta’wil wa al-Anwa>r al-Tanzi>l, nama terakhir mirip dengan nama
tafsi>r karya al-Bayda>wi>.
e.
Kitab Tafsi>r Asma
Allah al-H}usna.
f.
Kitab al-Ayat
al-Bayyinat.
g.
Risalah fi> al-Tanbih
‘ala ba’di Asra>r al-Mau’idah fi> al-Qur’a>n kitab ini merupakan
gabungan antara tafsir kalam dengan
ide-ide sufi tentang metafisika yang didasarkan pada surat al-Ikhlas,
ramalan didasarkan pada surat al-A’la, kebangkitan yang didasarkan pada
surat al-Tin, rekaman pekerjaan manusia berdasarkan pada surat al-‘Asr.
2.
Karya Teologi
a.
Muh}assal Afka>r al-Mutaqaddimi>n
wa al-Mutaakhiri>n min al-‘Ulama> wa al-H}ukama> al-Mutakallimi>n.
b.
Al- Ma’a>lim
fi> Us}u>l al-Di>n.
c.
Tanbih
al-Isya>rat fi> Us}u>l al-Di>n.
d.
Kitab al-Arbai>n
fi> Us}u>l al-Di>n.
e.
Kitab Subdat
al-Afka>r wa Umda>t al-Nuzza>r.
f.
Kitab Asa>s
al-Taqdis.
g.
Kitab Tahdi>b
al-Dala>’il wa ‘Uyu>n al-Masa>’il.
h.
Maba>his
al-Wuju>d wa al-Adam.
i.
Kitab Jawa>b
al-Gaylani>.
j.
Lawami al-Bayyinat
fi> Sarh} Asma Alla>h wa al-Sifat.
k.
Kitab al-Qad}a>
wa al-Qada>r.
l.
Kitab al-Khalq wa
al-Ba>’as.
m.
Masa>’il Khamsun
fi> Us}u>l al-Di>n (ditulis dalam bahasa Persia ).
n.
Kitab ‘ismat
al-Anbiya>.
o.
Kitab al-Riya>d}
al-Mu’niqat fi> Mila>l wa al-Niha>l.
p.
Kitab al-Baya>n
wa al-Burha>n fi> al al-Ra>dd ‘ala Ahl al-Zaiq wa al- Tugya>n.
q.
Kitab Irsyad
al-Nuzza>r Ila lata>’if al-Asra>r.
r.
I’tiqadat Farq al-Muslim
wa al-Musyriki>n (tentang studi perbandingan agama).
s.
Risalah fi>
al-Nubuwwa>h.
t.
Kitab Sarh al-Wajiz
li al-Gazali. Al-Ra>zi> tidak menuntaskan karya ini tetapi dia menulis sampai tiga jilid yang berisi tentang ibadah dan
pernikahan.
3.
Ilmu Fiqh
a.
Kitab al-Mahsu>l
fi>’Ilm Us}u>l al-Fiqh.
b.
Kitab al-Ma’a>lim
fi> Us}u>l al-Fiqh.
c.
Al-Kitab Ihka>m
Ahka>m.
4.
Sejarah
a.
Kitab Muna>qib
al-Ima>m al-A’zam al-Syafi’i..
b.
Kitab Fad}a>’il
al-S}ah}aabah al-Ra>syidin.
5.
Ilmu Bahasa dan Retorika
a.
Kitab al-Muh}assal
fi> Syarh al-Kitab al-Mufa>ssal li al-Zamakhsyari>.
b.
Kitab Syarh} Nahj
al-Bala>ghah (dia tidak menyempurnakannya).
c.
Nihayat al-I‘jaz fi
Dariya>h al-I’jaz. (Fi ‘Ulu>m al-Bala>ghah Baya>n I’ja>z
al-Qur’a>n al-Syari>f).
6.
Ilmu Tasawuf dan Umum
a.
Kitab al-Rasa>lah
al-Kama>liyah fi> al-Haqa>iq al-Ilahiyyah.
b.
Risa>lah Naftat
al-Masa>dir.
c.
Kitab Risa>lah fi>
Gha>mm al-Dunya>.
d.
Risa>lah
al-Majdiyyah.
e.
Tahsi>l al-Haq.
f.
Maba>his ‘Imadiyyah
fi al-Mat}a>lib al-Ma’adiyyah.
g.
Kitab Lata>if
al-Giya>tiyah.
h.
Sira>j al-Qulu>b.
i.
Ajwibu>h
al-Masa>’il al-Tija>riyyah.
j.
Risa>lah al-S}uhibiyyah.
7.
Filsafat
a.
Al-Maba>his
al-Misriqiyyah.
b.
Kitab Syarh ‘Uyu>n
al-H}ikmah li> Ibn Sina>.
c.
Syarh Isya>rah wa
al-Tanbi>hah li> Ibn Sina>.
d.
Kitab Hiba>b
al-Isya>rah.
e.
Niha>yat al-‘Uqu>l
f.
Kitab
al-Mulakha>s fi> al-Hikmah.
g.
Kitab al-T}a>riqah
fi al-Jadal.
h.
Kitab al-Risa>lah
fi> al-Su’al.
i.
Kitab Muntakhab
Tanha> Lusha.
j.
Maba>his
al-Jaddal.
k.
Kitab al-Ra>riwah
al-‘Alaiyyah fi> Khila>f.
l.
Kitab fi>
Ibta>l al-Qiya>s.
m.
Kitab Risa>lah
al-Qudu>s.
n.
Kitab Tahjim Ta’jiz
al-Fala>sifah.
o.
Al-Bara>him
al-Baha>iyyah.
p.
Kitab Syifa>’
al-Iyyah min al-Khila>f.
q.
Al-Akhlak (tentang
akhlak).
r.
Al-Muna>zarah.
s.
Risa>lah
al-Jauhar al-Fard.
t.
Syarh Musa>dirah
Iqlidis.
u.
Kitab Syarh Siqt
al-Zarid li> al-Ma’ari.
8.
Ilmu-ilmu Eksak
a.
Kitab Syarh Kuliyyah
al-Qanu>n.
b.
Al-Jami’ al-Kabir
al-Ma>liki fi> al-T}i>b.
c.
Jami’ al-‘Ulu>m.
d.
Kitab Sir al-Maktum.
e.
Kitab al-Naba>d
f.
Lubub fi
al-Handasah.
g.
Kitab
al-Ikhtiya>rah al-‘Ala >iyyah
fi> al-T}atirah al-Samawiyyah (astrologi).
h.
Risa>lah fi>
al-Nafs.
i.
‘Ilm al-Fira>sah.
j.
Kitab fi>
al-Raml.
D. Kondisi
Sosio politis dan Aktifitas Keilmuannya
Al-Ra>zi>
hidup pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, zaman itu merupakan puncak
kejayaan Islam atau zaman keemasan ilmu pengetahuan. Secara politis, para
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi.[35]
Periode
pertengahan ini ditandai dengan berkembangnya berbagai diskusi di segala cabang
ilmu pengetahuan. Perhatian dan dukungan resmi dari pemerintahan dalam hal ini
menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Daulah
Abbasiyah (pemerintah yang berkuasa pada saat itu) sangat peduli dengan
perkembangan peradaban manusia, seperti adanya penerjemaham buku-buku ilmiah,
pengiriman delegasi ilmiah ke pusat-pusat dunia yang terkenal, dibukanya
forum-forum ilmiah terbuka.[36]
Tafsir
zaman pertengahan sarat dengan "kepentingan" subyektif (ideologi)
dari para penafsirnya, karena masing-masing berusaha untuk meraih dukungan masyarakat
maupun pemerintah melalui klaim kebenaran dan menunjukkan kebenaran pihaknya
dengan mencari justifikasi dari al-Qur'a>n.[37]
Pada
periode pertengahan ini muncul pula fanatisme tertentu dalam satu cabang
keilmuan. Dengan fanatisme ini lahirlah kecenderungan taqlid yang
menghapuskan toleransi dan cara berfikir generasi tertentu. Fanatisme semakin
seru ketika masuk ke dunia politik, di mana kelompok-kelompok tertentu
seringkali dimanfaatkan untuk mem-backup kekuatan atau dijadikan
kendaraan politik tertentu. Pada zaman ini politik dan agama sulit dipisahkan,
sebab semua itu dilakukan untuk mencari dukungan masyarakat.[38]
Dengan
latar belakang sosial politik seperti ini, tafsir al-Ra>zi> terpengaruh
oleh kondisi ini, ilmu-ilmu aqliah sangat mendominasi pemikiran al-Ra>zi>
di dalam tafsirnya, ia mencampuradukkan ke dalamnya berbagai kajian mengenai
kedokteran, logika, filsafat dan hikmah. Ini mengakibatkan tafsirnya keluar
dari makna-makna Qur'a>n dan jiwa ayat-ayatnya dan membawa nas-nas kitab
kepada persoalan-persoalan ilmu aqliah dan peristilahan ilmiahnya. Oleh
karena itu tafsir ini tidak memiliki rukhaniah tafsir dan hidayah Islam,
sampai-sampai sebagian ulama berkata, "di dalamnya terdapat segala sesuatu
selain tafsir itu sendiri".[39]
Pendidikan
al-Ra>zi> dimulai dengan belajar langsung kepada bapaknya sendiri
Ziya> al-Din 'Umar Ibn Husain, salah seorang tokoh ulama mazhab Asy'ari
dalam Kalam. Dan seorang tokoh mazhab Syafi'i dalam bidang fiqh.
Pendidikan
dari ayahnya tampak nyata hasilnya dari kemampuan al-Ra>zi> dalam
penguasaan ilmunya sebagaimana terlihat dari hafalannya atas kitab al-Sya>mil
Us}u>l al-Di>n karangan Imam al-Haramain tentang ilmu kalam, al-Mustasyfa
karya Imam Abi Hamid al-Gazali tentang Ushul Fiqh dan al-Mu'tamad karya
Abu H}usain al-Bas}ri tentang Us}ul Fiqh juga. Pengaruh bapaknya tampak juga
dari pilihan maz|hab al-Ra>zi> yang tidak berbeda dengan bapaknya.[40]
Sepeninggal bapaknya al-Ra>zi> meneruskan pelajarannya dengan mendalami
berbagai pengetahuan dari sejumlah ulama terkemuka lainnya. Di antaranya ia
mendalami teologi dan filsafat pada al-Majd al-Di>n al-Jili>,
al-Simani>, al-Bagawi>, dan guru dari seorang pemikir besar yang lain
termasuk al-Suhrawardi.[41]
[1]Seorang Tabib. Filsuf, dan fisikawan yang dilahirkan
pada tahun 251 H. di Ray dan wafat pada tahun 313 H. Di antara karyanya al-Jami'
al-Kabi>r, al-Tibb al-Ruh}ani>. Lebih lanjut lihat Harun Nasution
dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan , 1992), hlm.
807-809.
[2]Seorang Muh}addi>s bergelar H}afiz|.
Nama lengkap Muh}ammad Ibn Idris Ibn al-Munz|i>r Ibn Dawud Ibn Mah}ra>n
al-H}andali al-Gat}fani> al-Razi>. Lahir di Ray pada tahun 195 H. dan
wafat tahun 277 H. Selanjutnya lihat
'Umar Rid}a> Kahbalah, Mu'jam al-Mu'allifin Tara >jim
Mush}annifi> al-Kut}b al-'Arabiyah ( Damaskus : Matba'ah at-T}ariqqi,
1380 H. H ), Jilid IX: hlm. 35
[3]Seorang faqih maz|hab H}anafi,
lahir tahun 305 H. dan wafat 370 H. Lihat Muhammad H}usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r
wa al-Mufassiru>n. ( Beirut
: Da>r al-Kutub al-H}adi>sah, 1976), juz II, hlm.438
[4] Muh}ammad H}{usain al-Z|ahabi>,
Tafsir...,op. cit., Jilid I, hlm. 290.
[5]Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>,
Tafsi>r Mafa>tih al-Gaib (Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M),
dalam Muqadimah Jilid I, hlm. e. Lihat juga 'Ali H}asan al-'Aridl, Sejarah....,
op. cit., hlm. 31.
[6]Harun Nasution (dkk.), Ensiklopedi
Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm.809.
[7]Imam al-Subhi dalam kitabnya
menyebut bahwa Ziya> al-Di>n 'Umar adalah seorang Faqih, Us}uli
Mutakalim, Mutas}awwi>f , Muh}addi>s, dan sastrawan. Karyanya dalam
kajian 'aqidah adalah Gayah al-Maram fi 'Ilm Kala>m, Lebih lanjut M.
Sa>lih al-Zarkan, Fakhr al-Din al-Razi> Arauh al-Kala>miyah wa
al-Falsafiyah ( Beirut
: Da>r al-Fikr, tt), hlm.17
[8]Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>,
Mafa>tih al-Gaib... op.cit., juz XIII, hlm. 211-212, juzXVI, hlm.
247-248, Lihat juga Harun Nasution dkk. Ensiklopedi... op.cit., hlm. 810
[9]Harun Nasution (dkk.), Ensiklopedi...op.cit.,,
hlm.809. dan bandingkan dengan al-Zarka>n, Al-Rauh al-Kala>miyah...op.cit.,
hlm.18
[11]al-Zarka>n, 'Arauh
al-Kala>miyah...op.cit.,hlm. 22
[12]Ibn Khiliki>n, Wafa>yat
al-A'yan. ( al-Qahirah : al- Nahdlah al-Mishriyyah, 1948 ), juz IV, hlm.
249-250
[13]al-Zarka>n, 'Arauh
al-Kala>miyah...op.cit.,hlm. 36
[14]Muhammad Ibrahim Syari>f, Ittija>hat
al-Tajdi>d fi Tafsi>r al-Qur'a>n al-Kari>m fi Mishr, (Kairo :
Da>r al-Turas , 1982), hlm. 68
[15]Dalam kitab Tafsi>r
al-Mana>r, Muhammad 'Abduh mengatakan bahwa tujuan utma tafsi>r adalah
memahami al-Qur'a>n sebagai dasar agama yang dapat menunjukkan manusia
kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Lihat Rasyi>d Ridha>, Tafsi>r
al-Mana>r, (Beirut
: Da>r al-Fikr, tt), juz I, hlm. 17
[16]Lihat Muhammad Ibrahim
Syari>f, Ittija>hat al-Tajdi>d... op.cit., hlm. 569 dan 596
[18]Fakhr al-Di>n al-Razi>,
dalam menafsirkan ayat al-Qur'a>n sering dipenuhi dengan pembahasan ilmiah
menyangkut filsafat, teologi, ilmu kala>m, astronomi, kedokteran, dan
sebagainya sehingga banyak kalangan para ulama mengelompokkan tafsi>r Mafa>tih
al-Gaib ke dalam tafsir ilmiah. Serta dalam mengelompokkannya, tafsir ini
menempati peringkat yang paling atas. Lihat M. Qurais} S}iha>b,
Membumukan al-Qur'a>n ; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat
(Bandung : Mizan, 1994) hlm. 102
[19]Dengan demikian tafsi>r bi
al-Riwa>yah atau bi al-ma'tsu>r dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu tafsir al-Qur'a>n dengan al-Qur'a>n, al-Qur'a>n dengan
Sunah Nabi s.a.w dan tafsi>r al-Qur'a>n dengan Qau>l (ucapan)
sah}abat. Lihat Mifta>h Farid dan Agus Syihabuddi>n, Al-Qur'a>n Sumber
Hukum Islam yang Pertama. (Bandung : Pustaka, 1989), hlm. 274
[20]Lengkapnya beliau bernama Nas}iruddi>n
'Abdulla>h bin Muh}ammad 'Ali al-Baid}a>wy>, meninggal pada tahun 685
H. Lihat lebih lanjut, Ibid., hlm. 288-290
[21]Ibid
[22] Subhi al-S}alih, Membahas...,op.
cit., hlm. 386.
[23] Abd. Hay al-Farmawi, op.
cit., hlm. 15-16.
[24] Subhi al-S}alih, op. cit.,
hlm.287-288.
[25] M. Qurais} S}iha>b, Membumikan
al-Qur'a>n, ...op.cit., hlm. 86
[26]'Abdul al-Hayy al-Farmawi, Metode
Tafsi>r Maudu'i>y ; Sebuah Pengantar , terj. Suryan A. Jamrah,
(Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 1994), hlm. 29-30
[27]M. Quras} S}iha>b,
Membumikan...op. cit., hlm. 118
[28]Abdul al-Hayy al-Farmawi, Metode
Tafsir ...op. cit., hlm. 36
[29]Al-Zarqa>ni, Manah}il
al-Irfa>n fi 'Ulu>m al-Qur'a>n. (Beirut : Da>r al-Fikr, tt), juz. II, hlm. 96
[30]Muh}ammad H}usain al-Z|aha>bi,
Al-Tafsi>r... op. cit., hlm. 293
[31]Ibid., hlm. 296, Lihat pula M. Qurais}
S}iha>b, Studi Kritis Tafsi>r al-Mana>r (Bandung : Pustaka
Hidayat, 1994), hlm. 123. Demikian pula dikutip oleh Suyu>ti dalam kitabnya al-Itqa>n
fi 'Ulum al-Qur'a>n (Beirut
: Da>r al- Fikr, tt), juz. II, hlm. 191
[32] 'Ali H}asan al-'Aridl, loc.
cit.
[33]Mengenai hal ini Syaikh Muhammad
al-Zahabi memberikan catatan sebagai berikut: "Yang dapat saya katakan
sebagai pemecahan terhadap silang pendapat ini ialah, bahwa Iman Fakhruddin
telah menyelesaikan tafsirnya sampai dengan surah al-Anbiya'. Selanjutnya
Shihabuddin al-Khaubi menyempurnakan kekurangan tersebut namun ia juga tidak bisa
menyelesaikannya dengan tuntas. Dan sesudah itu tampil lagi Najmuddin al-Qamuli
menyelesaikan sisanya. Tetapi dapat juga dikatakan bahwa al-Khaubi telah
menyempurnakannya hingga selesai, sedangkan al-Qamuli menulis penyempurnaan
lain, bukan yang telah ditulis al-khaubi". Manna Khalil al-Qat}t}an, Studi...,op.
cit., hlm. 506-507.
[34] Sayyid H}ussein Nasr. The
Islamic Intelectual Tradition in Persia (New York : Harper
Collins, 1993). hlm. 108.
[35]Badri Yatim, Sejarah..., op. cit., hlm. 50.
[36]Tak jarang dalam forum dialog
antar disiplin ilmu tersebut sering berakhir dengan saling mendiskreditkan.
Contoh paling popular dari perdebatan
ini adalah antara peminat studi agama (Mutakallimin) dengan ahli
filsafat atau logika Yunani, antara ahli kalam dengan ahli hadis, juga antara
ahli kalam dengan ahli hadis dan masih banyak lagi. Lihat. Abdul Mustaqim, Maz|habut
Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran al-Qur'an Periode Klasik Hingga Kontemporer,
Cet. I. (Yogyakarta :
Nun Pustaka, 2003), hlm. 68.
[37] Ibid.
[38] Ibid., hlm. 71-72.
[39] Manna>' Khali>l al-Qat}t}a>n,
Studi..., op. cit., hlm. 529.
[40]M. S}a>lih al-Zarkan, Fakhr
al-Di>n al-Ra>zi> Ara'uh al-Kala>miyah wa al-Falsafiyah
(Beirut: Dar al-Fukr, t.t), hlm. 17.
[41]Harun Nasution (dkk.), Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 809.
0 Response to "Biografi Imam Fakhrudin ar Razi Sang Pemilik Kitab Al-Kabir"
Post a Comment