Image1

Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di indonesia

Problematika pengajaran bahasa arab dan alternatif pemecahannya | problematika pembelajaran bahasa arab dan solusinya| problematika pembelajaran bahasa arab di indonesia |masalah pengajaran bahasa arab|

Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di indonesia

Secara garis besarnya problematika pengajaran bahasa Arab bagi siswa di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu : pertama, problematika linguistik seperti mengenai tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, dan tulisan; dan kedua, problematika  non linguistik, yaitu  yang menyangkut segi sosio kultural atau sosio budaya, dan psikologis.[1]
1.      Linguistic (ilmu bahasa)
Berbagai problema yang dialami oleh siswa Indonesia yaitu adanya perbedaan-perbedaan yang menimbulkan kesulitan dalam belajar bahasa Arab. Perbedaan itu antara lain mengenai:
a.       Sistem tata bunyi (phonologi)
b.      Tata bahasa (nahwu dan sharaf)
c.       Perbedaan kata (mufradat/vocabulary)
d.      Uslub (susunan kata)
e.       Tulisan (imla’)
Pada sistem tata bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid Al–Qur’an, yaitu dengan mempelajari “makharij al huruf“. Pada tingkatan ini hendaknya guru bahasa Arab bersabar untuk melatih siswanya agar berkali-kali mengucapkan huruf-huruf Arab. Karena pada umumnya letak kesulitannya ada pada tahap awal ini. Selain itu ada beberapa huruf Arab yang bunyi (suara)nya jarang dijumpai pada huruf lain atau dalam bahasa ibu ataupun bahasa nasional, misalnya :
ثلث, مثيل, نقل : Ø«/ - tsa’
حكم, حور, حين Ø­ - ha’/
Ø° Ù‚, Ø° ئب, Ø° نب : Ø°  - dzal/   
Jika seseorang bertujuan ingin memperlancar pembicaraan (muhadatsah), maka harus sering latihan dalam hal-hal ini secara berimbang, yaitu:
a.      Hearing     : simaa’iyah
b.      Speaking   : muhaadatsah
c.       Writing      : kitabah
d.      Reading     : qiraa’ah
Adapun problema lainnya yaitu dari segi tulisan bahasa Arab (graphics), yang berkaitan dengan imla’ dan khath. Kalau bahasa Indonesia hurufnya ditulis dari kiri ke kanan, maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri. Hal ini juga memerlukan waktu latihan yang cukup menyita waktu bagi siswa pemula.[2]  
Pemilihan kata yang sesuai dalam kalimat (uslub) juga merupakan hal penting untuk menyesuaikan pemakaian kata dalam kalimat.

2.      NonLinguistic
Faktor non–linguistic terbagi menjadi dua yaitu: ekologi sosial dan psikologis. Phenomena sosial (termasuk bahasa) adalah mempengaruhi terhadap pembinaan pengajaran bahasa Arab. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, maka pemahaman bahasa Arab penting sebagai bahasa agama. Maka kontak bahasa dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain:
a.       Kontak Bahasa
Sekelompok manusia akan terbiasa menggunakan suatu bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus menerus untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ada dalam hati. Kontak sosial itu diantaranya :
1)      Rumah
2)      Masyarakat
3)      Tempat kerja
4)      Sekolah
5)      Pertemuan dan kelompok sosial
6)      Kelompok masjid
7)      Kelompok bermain
8)      Media (radio, TV, kaset, buku pelajaran)

Dalam skripsi ini kami hanya akan membahas problematika non linguistik yaitu kontak bahasa di rumah, sekolah, media (radio, kaset, TV, buku pelajaran).

1)      Rumah
Pada umumnya bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi di dalam rumah tangganya (kaum Muslimin) tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa sehari–hari, maka hal ini merupakan kendala dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari bahasa  Arab.
2)      Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan awal siswa untuk dapat menerima bahasa Arab dengan lengkap. Oleh karena itu, hendaknya dapat direncanakan kurikulum yang “penyampaiannya dengan bahasa Arab“. Menurut sepengetahuan kami, guru sangat mempengaruhi proses penyampaian materi buku Fasih dengan bahasa Arab agar siswa dapat memahami secara jelas kata-kata yang diucapkan gurunya.
3)      Media (radio, kaset, TV, buku pelajaran)
Radio adalah alat komunikasi yang tidak asing lagi. Dengan radio kita dapat meningkatkan pendengaran, pemahaman dalam kecepatan menangkap maksud.[3] Begitu juga dengan kaset, kita dapat mendengar dan menyimak percakapan dengan bahasa Arab.
Televisi merupakan media komunikasi yang lebih canggih lagi, karena kita dapat melihat penampilan, mimik, pemahaman dan sebagainya, namun masih disayangkan siaran bahasa Arab melalui TV masih terbatas.
Buku pelajaran adalah sumber materi pelajaran yang utama dalam pengajaran bahasa Arab. Oleh karena itu, kesesuaian antara materi buku tersebut dengan potensi dan kemampuan siswa sangat mempengaruhi proses belajar mengajar bahasa Arab.
Dari permasalahan yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang problematika pengajaran dengan buku Fasih ini, karena tidak ada yang bisa berjalan dengan sempurna tanpa mengalami problem-problem sebelum mencapai keberhasilan dalam suatu tujuan.

1.      Dasar-dasar Teoritis Pengajaran Bahasa
Pengembangan metode pengajaran dibangun diatas landasan teori-teori ilmu jiwa (psikologi), dan ilmu bahasa (linguistik). Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu. Linguistik memberikan informasi tentang seluk beluk bahasa. Informasi dari keduanya, diramu menjadi suatu cara atau metode yang memudahkan proses belajar-mengajar, untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat teori–teori dalam kedua bidang ilmu tersebut dalam hubungannya dengan belajar dan mengajar bahasa.
a.       Teori-teori Ilmu Jiwa (‘ ilm al-nafs/psychology)
Para ahli psikologi pembelajaran sepakat bahwa dalam proses belajar-mengajar terdapat unsur-unsur (1) internal, yaitu bakat, minat, kemauan, dan pengalaman terdahulu dalam diri pembelajar; dan (2) eksternal, yaitu lingkungan, guru, book teks, dan sebagainya.
Ada dua mazhab psikologi, yakni mazhab behaviorisme (al-sulu : kiyan)[4]dan mazhab kognitive (al-ma’rifiya).[5] Mazhab pertama memberikan perhatian lebih besar kepada faktor-faktor eksternal, sedangkan mazhab kedua lebih memfokuskan perhatiannya kepada faktor internal.[6]
b.      Teori-teori Ilmu Bahasa (‘Ilm al-Lughah /Linguistic) 
Perbedaan dalam cara atau metode mengajarkan bahasa dipengaruhi pula oleh perbedaan pandangan terhadap hakekat bahasa dan perbedaan dalam cara menganalisis dan mendeskripsikan bahasa. Ada dua aliran paling penting saat ini dalam ilmu bahasa, yang pertama yaitu aliran struktural[7] yang memiliki beberapa prinsip pengajaran bahasa antara lain:
1)     Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan maka latihan menghafalkan dan menirukan berulang–ulang harus diintensifkan.
2)     Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus memulai pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara.
3)     Hasil analisis kontrastif (perbandingan antara bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari).
4)     Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa yaitu: pengucapan yang  fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar, dan sebagainya.
5)     Teori-teori linguistik struktural ini seiring dengan teori-teori psikologi behaviorisme menjadi landasan bagi metode audiolingual dalam pengajaran bahasa.[8]
Berdasarkan teori diatas penulis menyimpulkan bahwa pada pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih ini juga bisa dikategorikan menggunakan teori-teori linguistik aliran struktural yang diiringi dengan mazhab behaviorisme, karena teori-teorinya sesuai dengan cara pengajaran buku Fasih ini.
Yang kedua yaitu aliran generatif–transformasi.[9]
Adapun kerangka teoritiknya, penulis menggunakan salah satu teori belajar[10] yang dikemukakan oleh Tokoh Gagne, sebagai tolok ukur dalam penulisan skripsi ini, yaitu teori belajar asosiasi verbal (verbal assosiative learning), yakni proses mengasosiasi atau menghubungkan antara obyek–obyek dengan namanya. Misalnya pada anak kecil yang melihat bola lalu berusaha menyebut perkataan “bola“. Kegiatan mental untuk memberikan nama merupakan contoh belajar asosiasi verbal. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada anak pertama kali melihat bola, dia mengobservasi bola tersebut. Bersamaan itu berkata “ini bola“ dan anak  tadi lalu mengasosiasikan bendanya (bola) dengan nama (verbal) ialah “bola“. Proses belajar ini biasa disebut belajar asosiasi berpasangan. Jika kita mempelajari bahasa asing, maka asosiasi berpasangan itu nampak jelas, yakni “kata asing“… “arti dalam bahasa Indonesia“. Bila disajikan dalam diagram simbol sebagai berikut:[11]
S ® R
Obyek mengobservasikan
Anak melihat
S ® R
Bola “bola”
Anak berkata
(mengerti)=”bola”
2.      Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Arab
Ada beberapa prinsip–prinsip pengajaran bahasa Arab antara lain:
a.       Prinsip ujaran sebelum tulisan
b.      Prinsip kalimat–kalimat dasar
c.       Prinsip pola sebagai kebiasaan
d.      Prinsip sistem bunyi untuk digunakan
e.       Prinsip-prinsip kontrol vokabulari
f.       Prinsip tulisan sebagai pencatat ujaran
g.      Prinsip pola–pola bertahap
h.      Prinsip praktek
i.        Prinsip imbalan segera.

Pada bab ini penulis hanya akan menjelaskan satu prinsip pengajaran bahasa Arab saja, yaitu:
Prinsip ujaran sebelum tulisan
Pengajaran bahasa hendaknya dimulai dengan melatih pendengaran, percakapan, bacaan dan tulisan. Prinsip ini adalah dasar metode audio-lingual.[12] Dalam metode ini bahasa ibu bisa dipakai hanya untuk menerangkan hal-hal yang sukar saja.
Ilmu bahasa mengatakan bahwa bahasa itu lebih sempurna dinyatakan dalam bentuk percakapan atau ucapan. Tulisan tidak bisa mewakili intonasi, irama, jungture (juncture). Sehubungan dengan ini William Moulton dari Universitas Princeton membimbing guru dan merapikan hasil riset linguistik sebagai persiapan materi pelajaran dan teknik dalam kelas, semboyan beliau ialah:
Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan
Suatu bahasa adalah seperangkat kebiasaan
Ajarkanlah bahasa, bukan sesuatu mengenai bahasa
Bahasa ialah apa yang dikatakan oleh penutur asli, bukan apa yang dipikirkan oleh seseorang sesuatu yang harus diketahui
Bahasa-bahasa itu berbeda-beda. [13]

Kesimpulan: Ujaran tidak bisa diciptakan oleh murid melainkan harus ditiru, supaya mendapatkan ucapan asli dan respon yang baik.





[1]) A. Akrom Malibary, Op. Cit., hal. 79.
[2]) Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab (Surabaya: Al–Ikhlas, 1992), hal. 36–46.
[3]) Ibid. 88.
[4]) Mazhab behaviorisme dipelopori oleh Pavlov (1849–1939) yang termasyhur dengan teorinya yang menghubungkan stimulus primer (makanan) dan stimulus sekunder (nyala lampu dan bunyi lonceng) dengan respon (keluarnya air liur) anjing yang dijadikan sebagai hewan percobaannya. Berdasarkan penelitian Pavlov, air liur anjing mengalir pada saat lampu menyala meskipun tanpa ada makanan.
[5]) Mazhab kognitif berpandangan bahwa ketika seseorang menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan pengalamannya terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai. Tokohnya adalah Noam Chomsky dan James Deez, berpandangan bahwa setiap manusia memiliki kesiapan fitriah (alamiah) untuk belajar bahasa.
[6]) Ahmad Fuad Effendy, Op. Cit., hal. 9.
[7]) Aliran structural ini dipelopori oleh Linguis dari Swiss Ferdinand de Saussure (1857–1913) tapi dikembangkan lebih lanjut oleh Leonard Bloomfield.
[8]) Ahmad Fuad Effendi.,Op. Cit, hal. 14.
[9]) Tokoh aliran generatif–transformasi adalah Linguis Amerika Noam Chomsky pada tahun 1957, aliran ini membedakan dua struktur bahasa, yaitu “struktur luar“ dan “ struktur dalam“ .Bentuk ujaran yang diucapkan atau ditulis oleh penutur adalah struktur luar yang merupakan manifestasi dari struktur dalam. Mengenai beberapa prinsip pengajaran bahasa dalam aliran ini bisa dilihat pada buku Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang, Penerbit Misykat, 2004, hal. 15–16.
[10]) Lihat buku Ki RBS. Fudyartanto, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Jogjakarta: Global Pustaka Utama, 2002), hal. 164.
[11]) Ibid. hal 165–166.
[12]) Metode audio-lingual ialah suatu metode yang mengutamakan latihan pendengaran dan ucapan, kemudian baru latihan bacaan dan tulisan.
[13]) Juwairiyah Dahlan, Op. Cit., hal. 122-123.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di indonesia"

Post a Comment