Biografi Lengkap Harun Yahya dan Corak Pemikirannya
Biografi Lengkap Harun Yahya|
Ankara sebagai ibu kota Turki juga menjadi
pusat beberapa aktifitas di negara ini. Menyangkut persoalan pendidikan, Turki
menggunakan sistem pendidikan terpusat yang berpusat di Ankara, termasuk di
dalamnya adalah pengaturan kurikulum, buku-buku, dan penempatan guru. Selain
Ankara, tempat penting lainnya di Turki adalah Istanbul . Mayoritas warga Turki adalah muslim,
namun Turki tidak memiliki agama resmi dan konstitusi menjamin kebebasan
beribadah bagi seluruh warganya. Kebebasan beragama dan beribadah tersebut
termasuk bagi mereka yang non-muslim.[9]
Dari bukti-bukti tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya pemikiran-pemikiran
tentang ideologi dan agama (Islam) masih kuat, meskipun demikian sebutan
sekuler bagi Turki modern tidak mudah hilang begitu saja.
MENGENAL PEMIKIR MUSLIM HARUN YAHYA
A. Biografi Harun
Yahya
1. Latar Belakang
Pendidikan dan Keluarga
Harun Yahya adalah pemikir muslim
abad ke-21 dengan nama pena yang tersusun atas dua nama yaitu "Harun"
dan "Yahya".[1] Nama asli Harun
Yahya adalah Adnan Oktar. Dia dilahirkan di Ankara Turki pada tahun 1956 dari
seorang ibu bernama Ny. Mediha Oktar dan berasal dari keluarga muslim.
Harun Yahya menamatkan pendidikan
dasar dan pendidikan lanjutan di Ankara Turki. Pada masa-masa pendidikan
lanjutan inilah awal komitmennya yang kuat terhadap Islam. Dia mendalami
tentang Islam secara otodidak yaitu dengan membaca buku-buku atau literatur
tentang Islam, ilmu umum, bahkan buku-buku tentang filsafat maupun teori
evolusi. Hasil dari pengetahuan dan pemahamannya yang berkaitan dengan
fakta-fakta penciptaan dia beritahukan kepada orang-orang di sekitarnya.
Setelah menamatkan pendidikan lanjutannya di Ankara , Harun Yahya melanjutkan kuliah ke
Universitas Mimar Sinan Istanbul pada tahun 1979 jurusan seni.
Menurut Harun Yahya, Universitas
Mimar Sinan adalah institusi pendidikan yang telah berada di bawah pengaruh
faham Marxis serta pemikiran kekirian. Di kampus inilah misi dakwahnya berawal.
Pada akhirnya Harun Yahya tidak banyak berkecimpung dalam bidang seni, tapi
malah cenderung fokus pada dakwah Islam.
Harun Yahya tidak menyelesaikan
kuliahnya di Universitas Mimar Sinan, karena pindah ke jurusan filsafat
Universitas Istanbul. Komitmennya pada dakwah dan keinginannya untuk mengembangkan
gagasan kreasionismenya merupakan salah satu alasan kepindajannya.
Harun Yahya dikenal sebagai seorang
da'i yang menggunakan sebagian besar waktunya untuk berdakwah tentang
keberadaan Allah dan keluhuran Al-Qur'an kepada masyarakat. Adapun yang menjadi
fokus kajian Harun Yahya dalam antara lain adalah teori evolusi. Teori ini
dianggapnya sebagai teori yang penuh dengan kebohongan dan merupakan dasar dari
faham materialistik.
Untuk mempublikasikan
karya-karyanya, dia menanggung sendiri semua biaya untuk pencetakan dan
penggandaan buku tersebut dari uang penjualan harta warisan yang dimilikinya.[2]
Dia berasal dari keluarga yang memiliki kedudukan serta status ekonomi yang
tinggi dalam masyarakat. Keluarganya menyambut baik aktifitas Harun Yahya,
antara lain diadakannya aktifitas diskusi bersama para pemuda maupun warga
sekitarnya. Selama berdiskusi dengan Harun Yahya, para pemuda ini memahami
secara menyeluruh pentingnya nilai-nilai akhlaq dan mulai merubah pola hidup
mereka. Ketaatan mereka terhadap akhlaq Islam sungguh membuat takjub masyarakat
di sekitar mereka tinggal.[3]
2. Komunitas dan
Aktifitas Harun Yahya
Pada awal aktifitasnya dalam
penulisan karya-karya tulis, pendidikan maupun dakwah, Harun Yahya adalah
aktifis seorang diri[4]
dengan dukungan dari keluarganya. Harun Yahya melanjutkan dakwahnya hingga
mendapat pendukung pertama dalam aktifitas dakwahnya.
Komunitas barunya mulai terbentuk
setelah Harun Yahya dibebaskan dari
penjara pada tahun 1988, karena tuduhan makar kokain. Pandangan atau
pemikirannya mulai diterima di lapisan masyarakat. Aktifitas diskusi dan yang
dengan tema agama, sains serta filsafat terpusat dalam suatu lembaga, yaitu
pada sebuah Lembaga Riset Sains.[5]
Harun Yahya dikenal masyarakat
dikenal sebagai sosok anti-evolusi atau anti- Darwinisme. Menurutnya ini
merupakan faham sesat dan tentang fokus yang satu
ini dia memiliki perhatian khusus dan terus berjuang melawannya meskipun harus
menghadapi tekanan-tekanan terutama dari kalangan materialis dan freemason.[6]
Pada awal 1998, Harun
Yahya dan komunitasnya melakukan kampanye intelektual besar-besaran melawan
Darwinisme. Kampanye ini diawali dengan menyebarkan ke seluruh penjuru Turki secara
gratis ribuan buku karya Harun Yahya, yang berjudul dan
selebaran lain yang diambil dari buku tersebut. SRF juga menyelenggarakan serangkaian
konferensi “”. Tiga konferensi pertama yang diselenggarakan
di Istanbul dan
Ankara
menampilkan para ilmuwan dari Amerika sebagai pembicara. Kemudian konferensi
yang serupa diselenggarakan di 120 kota
besar dan kecil di Turki. Dalam konferensi tersebut, anggota SRF, masing-masing
dengan bidang spesialisasi mereka, memberikan ceramahnya. Tujuan dari semua ini
adalah untuk menggugurkan teori evolusi.
Penerbitan buku-buku,
penyelenggaraan konferensi, pembuatan kaset video dan CD adalah bagian dari
aktifitas-aktifitas pokok yang dilakukan dengan kontribusi dari SRF. Beragam
produksi tersebut pada intinya berkisar masalah kebohongan teori evolusi, latar
belakang ideologi dari teori tersebut serta fakta penciptaan. Buku-buku
tersebut ditulis dengan nama pena “” dan
produk-produk yang dihasilkan oleh SRF terdiri dari lebih dari 100 buku yang
membahas masalah politik, saintifik dan agama, film-film dokumenter, lusinan
kaset dan CD interaktif seputar teori evolusi dan fakta penciptaan.
3. Latar Belakang
Sosial, Kultural dan Keagamaan Turki
Untuk mengantarkan kepada pemahaman
corak pemahaman kreasionisme Harun Yahya, pencermatan terhadap latar belakang
negara asalnya akan membantu dalam kajian ini. Mengetahui asal-usul negara,
sekilas tentang sosial, budaya, politik maupun keagamaan Turki merupakan
serangkaian faktor yang langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pola
pemikirannya. Dalam uraian ini tidak dijelaskan kondisi Turki secara detail dan
menyeluruh karena fokus kajian Turki di sini hanya sebagian dari faktor yang
melatarbelakangi pemikiran Harun Yahya.
Letak geografis Turki adalah antara
negara bagian Barat dan Timur (antara Eropa dan Asia ).
Letaknya yang unik menunjukkan kedekatannya dengan tradisi Eropa atau Asia . Berbicara tentang Eropa, maka tidak terlepas dari
istilah modernisasi. Eropa erat dengan istilah modernisasi sehingga modernisasi
pun erat dengan istilah westernisasi (pem-barat-an). Sebagian besar
negara Barat, yang salah satunya adalah Eropa merupakan wilayah negara maju.
Bagaimana dengan modernisasi di Turki?
Dalam sejarah Islam, Turki pernah
menjadi pusat kekuatan dunia Islam yang tak terkalahkan selama hampir delapan
abad dan sangat disegani oleh Eropa. Jatuhnya Konstantinopel tahun 1453 yang
kemudian menjadi Istanbul
pada masa kebesaran Dinasti Ustmani (Ottoman) adalah salah satu bukti kejayaan
Turki. Perjalanan sejarah Turki meliputi banyak kejadian-kejadian yang
menyertainya dan berlangsung sampai menjadi Republik Turki pasca Kemal.[7]
Modernisasi dan westernisasi yang
berlangsung di Turki, telah menyebabkan revolusi kebudayaan dan politik yang
dimotori Kemal Attaturk. Upaya tersebut menjadikan Eropa sebagai kiblat atau
model yang mengakibatkan hilangnya nilai-nilai tradisional Turki, misalnya,
digantinya huruf Arab menjadi huruf Latin, menyebabkan warga Turki buta huruf
Arab. Ideologi dan tradisi Islam di Turki
tetap kuat, sehingga mereka berupaya membuang jauh-jauh istilah sekuler
yang memisahkan agama. Istilah sekuler mereka anggap tidak berpengaruh terhadap
tradisi Islam karena di Turki justru banyak terdapat bangunan masjid dan
sekolah-sekolah Islam.[8]
Menurut Iqbal, pemikiran-pemikiran
modern di Turki telah diperkuat dan diperluas oleh pikiran-pikiran filsafat
modern terutama dalam pemikiran-pemikiran agama dan politik negara. Di antara
bangsa-bangsa muslim dewasa ini, hanya Turki yang mencapai kemerdekaan
berpikirnya. Turki telah menempuh suatu masa peralihan dari alam cita ke alam
nyata yang menyebabkan adanya perjuangan pikiran dan moral yang hebat. Lahirnya
kemajuan pemikiran dalam Islam di Turki ternyata juga memungkinkan adanya
liberalisme yang dapat melahirkan kekuatan disintegratif dalam Islam. Bagi umat
Islam di Turki, persoalan ini tentunya harus diperhatikan agar tidak menghambat
bagi kemajuan pemikiran Islam di Turki.[10]
Bangsa Turki memiliki masa silam
gemilang dan kuat pendiriannya dalam menentang Barat selama beberapa abad.
Namun, dengan kedekatan wilayah geografisnya dengan Barat, Turki terkesan
mengejar tujuan nasional jangka pendeknya dengan menerima pandangan Barat.
Kenyataan ini dibantah oleh Erbakan, sebagaimana dikutip oleh Binnaz Toprak,
mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi negara Barat justru mengorbankan
Islam. Menurut Erbakan, Turki sebenarnya kaya dalam hal kemenangan militer
maupun prestasi-prestasi keilmuannya. Turki menganggap bahwa negara Barat telah
mengalami stagnasi teknologi. Turki yakin akan dapat memiliki potensi sains dan
meraih superioritas ilmiah atau mengalami kemajuan di bidang sains jika tidak
selalu mengadopsi pandangan dunia Barat. Kemajuan di bidang sains dan teknologi
bangsa Turki merupakan dorongan dari aspek-aspek semangat industrialisasi,
penekanan teologi Islam serta peradaban muslim.[11]
Pada bidang-bidang ilmu pengetahuan
modern tertentu, seperti anthropologi, sosiologi, dan psikiatri, orang-orang
Turki telah menghasilkan materi-materi yang telah memperoleh pengakuan
internasional, suatu prestasi yang tidak dimiliki satupun dari negeri-negeri
Muslim lainnya. Satu sifat penting yang membedakan orang Turki dari warga
negeri-negeri Muslim lainnya adalah bahwa secara komparatif sedikit sekali
cendekiawan Turki yang memilih untuk tinggal di luar negeri. Hal ini membuktikan
kuatnya nasionalisme Turki. Dalam kajian Islam, kreatifitas Turki masih harus
ditunggu, karena ilmu-ilmu keislaman di Turki masih menghadapi rongrongan
sekularisme, meskipun tidak ada tanda-tanda bahwa sekularisasi di Turki akan
berimplikasi pada negara-negara Muslim lainnya.[12]
B. Karya-karya Harun Yahya
kategori judul maupun isi yang bermacam-macam. Oleh karena itu karya-karyanya
perlu dikelompokkan. Kelompok karya-karyanya dapat dibagi dalam tipologi karya
tentang sains, terutama tentang evolusi makhluk hidup, penciptaan alam dan
kehidupan, serta karya-karyanya yang berkaitan erat dengan topik sosial,
kultural dan keagamaan. Adapun fokus penelitian ini adalah pada kelompok
karya-karyanya tentang sains, antara lain tentang keruntuhan teori evolusi yang
diulas dalam beberapa buku Harun Yahya. Literatur-literatur yang digunakan dalam
kajian ini, antara lain adalah;
1.
The Evolution
Deceit (ter.)
2.
The End of
Darwinism (terj)
3.
The Collapse of
the Theory of Evolution in 20 Questions (terj.)
4.
The Creation of
Universe (terj.)
5.
Timeless and the
Reality of Fate (terj.)
6.
Allah is known
Through Reason (terj.)
7.
Deep Thinking
(terj.)
Daftar judul-judul buku
yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu metode untuk memahami corak
pemikirannya dari topik karyanya yang relevan dengan kreasionisme, sains, teori
evolusi maupun penciptaan alam raya dan kehidupannya. Adapun mengenai apa dan
bagaimana corak pemikiran Harun Yahya dapat ditelusuri melalui biografi Harun
Yahya dan karya-karyanya yang telah tersebut pada bab sebelumnya.
C. Corak Pemikiran Harun Yahya
Corak pemikiran Harun
Yahya merupakan salah satu dari pijakan yang dapat dijadikan dasar dalam
menganalisis karya-karyanya, terutama yang berhubungan dengan konsep penciptaan
makhluk hidup serta sanggahannya terhadap teori evolusi. Dengan pendekatan
historis, kajian ini berupaya untuk memahami beberapa gagasannya tentang penciptaan
terpisah melalui kesinambungan historisnya,[13]
yang dapat diketahui dari latar belakang internal maupun eksternal, sebagaimana
telah dijelaskan pada sub-bab di atas. Langkah selanjutnya adalah memberikan
suatu interpretasi, dan menjelaskan beberapa hal penting yang berkenaan dengan
gagasannya tentang penciptaan terpisah dan argumen-argumennya tentang
keruntuhan teori evolusi.
Hipotesis awal yang dapat
disampaikan setelah membaca, memahami, serta menganalisis beberapa karya Harun
Yahya maupun dari judul-judul bukunya menunjukkan bahwa gagasan penciptaan
terpisah lebih didominasi oleh pendekatan filsafat dan agama (Islam). Gagasan
yang diajukannya penting untuk dipertimbangkan, sebab dapat memiliki implikasi
dalam berbagai bidang pemikiran atau bidang ilmu.
Teori evolusi sebagai
sains materialistik dianggap mendukung filsafat materialisme, yang ateis dan menyesatkan
masyarakat.[14]
Harun Yahya berupaya mengintegrasikan konsep penciptaan terpisah ke dalam sains.
Konsep-konsepnya tentang penciptaan terpisah dan sanggahannya atas teori
evolusi yang dilontarkannya, secara jelas menunjukkan bahwa dia mendukung
kreasionisme. Karya-karyanya yang sudah tersebar di seluruh dunia sudah cukup
untuk menyatakan bahwa Harun Yahya adalah penganut kreasionisme (creationism).[15]
Orang-orang yang dulunya
tidak memiliki pengetahuan tentang teori evolusi, saat itu mendapatkan
kesempatan untuk mengetahui bagian dalam dari teori evolusi dan berbagai
dimensi dari pemalsuan saintifik yang telah tersebar ke seluruh dunia. Rakyat
Turki akhirnya menyadari fakta bahwa sistem pendidikan yang ada ternyata
didasarkan pada pendoktrinan teori evolusi terhadap otak generasi muda. Ini
adalah bagian dari rencana tersembunyi dalam penghancuran nilai sosial dan
moral generasi masa depan. Di samping itu, mereka mendapatkan kesempatan untuk
mengetahui bahwa filsafat materialis dan teori evolusi, yang disebut-sebut
sebagai dasar pijakan ilmiah dari filsafat materialis tersebut, adalah sumber
dari ajaran komunisme, penyebab munculnya tindakan anarki dan teror di berbagai
negara.
Pemikiran Harun Yahya
penuh dengan uraian dogmatis dan doktrin ketauhidan sebagai kebenaran mutlak.
Akan tetapi bukan berarti bahwa kreasionismenya adalah hal yang absolut. Dalam
hal pemikiran, semua manusia memiliki potensi dan hak yang sama dalam
menyampaikan gagasan-gagasannya dalam bentuk teori-teori tertentu. Terutama
teori-teori yang mensinergikan sains dan agama.
Setelah menelusuri corak
pemikiran kreasionismenya yang khas itu tentu memiliki persamaan-persamaan
maupun perbedaan dengan pemikir lainnya dalam hal menginterpretasikan tentang
asal-usul kehidupan dan keanekaragaman makhluk hidupnya. Interpretasi atas
asal-usul kehidupan dan keanekaragaman makhluk hidup dalam konteks penciptaan
terpisah maupun melalui evolusi akan tergantung dari cara pemahaman dan
pendekatan ilmiah masing-masing pemikir. Kajian ini berupaya untuk mengkaji
gagasan kreasionisme perspektif Harun Yahya guna memperkaya khazanah pemikiran
serta wawasan intelektual sains dan agama, khususnya dalam hal bidang biologi.
[1] Nama pena Harun Yahya adalah dua nama untuk mengenang dua nabi, yaitu Harun dan Yahya sebagai nabi
mulia yang berjuang mengatasi redupnya cahaya keimanan., dalam Harun Yahya,
Menyibak Tabir Evolusi, (Jakarta: Global Cipta Publishing, 2002), bab
tentang penulis.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
6 Ketika pertama kali mendakwahkan Islam
di Universitas Mimar Sinan, Harun Yahya hanyalah seorang diri. Orang-orang yang
memiliki keyakinan sama dan mendukungnya secara penuh belum nampak ataupun
menyertainya dalam periode tersebut.
Kurangnya jumlah pendukung tidak merubah komitmen dakwahnya. Harun Yahya
sadar bahwa Allah adalah satu-satunya penolong dan dalam melakukan ini semua
demi mendapatkan keridhaan Allah. Kadang ada beberapa pemuda yang mendengarkan
dan setuju dengan idenya. Namun, ini hanyalah sebatas ketertarikan yang tidak
pernah berkembang menjadi dukungan penuh. Ini adalah periode dimana Harun Yahya
melakukan sebuah perjuangan ideologi melawan Marxisme dan ateisme seorang diri
dengan sarana yang dimiliki. Semakin lama para tokoh Marxis di kampus mulai
menghindarinya. Merasa tidak mampu membantah argumentasi ilmiahnya tentang teori
evolusi dan Marxisme, mereka tak dapat melakukan apa-apa lagi kecuali mencemooh
dan mengkritik jenggot, pakaian serta cara hidupnya. Lihat Ibid.
[5] Pada bulan Januari 1990, Harun Yahya dan rekan-rekan
mudanya mendirikan SRF. Lembaga ini menerbitkan buku-buku dan melakukan panel,
diskusi dan konferensi untuk mempertahankan dan menghidupkan nilai-nilai moral.
Setelah pendirian lembaga tersebut, sebuah penggerebekan besar dilakukan oleh
polisi terhadap sekitar 100 orang yang sedang menghadiri pertemuan rutin. Lebih
dari seratus anggota ditahan dan diinterogasi oleh polisi. Di hari berikutnya,
beberapa media masa milik Freemasonry memberitakan kisah penggerebekan ini
sebagaimana sebuah sindikat kejahatan besar telah tertangkap. Sebagian besar
dari anggota tersebut dibebaskan setelah 3-4 jam. Namun berita bohong dan
tuduhan keji yang dilancarkan oleh media masa berlangsung selama beberapa hari.
Tujuan utama pemberitaan yang subyektif ini adalah untuk membohongi pihak
keamanan dan institusi peradilan dengan berbagai tuduhan yang dibuat-buat.
Harun Yahya yang ditahan dan diinterogasi selama seminggu akhirnya dibebaskan
karena tidak ditemukannya bukti-bukti dalam peristiwa tersebut. Lihat Ibid.
[6] Ibid.
[7] Komaruddin Hidayat dalam Binnaz Toprak, Islam dan
Perkembangan Politik di Turki, terj: Karsidi Diningrat R, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1999), hlm. xv.
[8] Komaruddin Hidayat dalam Binnaz Toprak, Islam, hlm. xxiv-xxv.
[9] Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki,
(Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, 1996), hlm. 160.
[10] M. Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam,
terj: Ali Audah dkk., (Yogyakarta : Jalasutra,
2002), hlm. 245-257.
[11] Binnaz Toprak, Islam, hlm. 183-189.
[12] Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, terj: Ahsin
Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1995), hlm. 116.
[13] Kesinambungan historis yang dimaksud adalah berkenaan
dengan latar belakang pemikirannya, baik latar belakang eksternal maupun
internal. Latar belakang eksternal maksudnya adalah keadaan khusus zaman yang
dialaminya dari segi sosial, ekonomi, politik, budaya dan intelektual.
Sedangkan latar belakang internal adalah penyelidikan terhadap riwayat hidup
tokoh, pendidikan, dan segala macam perjalanan yang melatarbelakangi
pemikirannya., lihat Anton Bakker,
Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 64.
[14] Harun Yahya, Keruntuhan Teori Evolusi, terj: Catur
Sriherwanto, dkk., (Bandung :
Dzikra, 2001), hlm. 1.
[15] Kreasionisme berasal dari kata creationism yang
mengandung pengertian; 1. Pandangan bahwa alam semesta dan bentuk-bentuk
kehidupannya dihasilkan dan sedang dihasilkan oleh sebuah agen supranatural, 2.
Segala sesuatu dimulai dan terus mengada hanya melalui keputusan, rencana dan
aktifitas sebuah wujud supranatural yaitu Tuhan, 3. Materi (alam semesta)
diciptakan secara sesaat oleh Tuhan dari ketiadaan, 4. Jiwa manusia diciptakan
secara terpisah dan dihadirkan oleh Tuhan pada saat kelahiran (atau pada saat
peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina)., lihat Tim Penulis Rosda
dan Jalaluddin Rakhmat (pengantar), Kamus Filsafat, (Bandung: P. T.
Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 66.
0 Response to "Biografi Lengkap Harun Yahya dan Corak Pemikirannya"
Post a Comment