Image1

Biografi Lengkap Harun Yahya dan Corak Pemikirannya

Biografi Lengkap Harun Yahya| 
MENGENAL PEMIKIR MUSLIM HARUN YAHYA
A.    Biografi Harun Yahya
1.      Latar Belakang Pendidikan dan Keluarga
Harun Yahya adalah pemikir muslim abad ke-21 dengan nama pena yang tersusun atas dua nama yaitu "Harun" dan "Yahya".[1] Nama asli Harun Yahya adalah Adnan Oktar. Dia dilahirkan di Ankara Turki pada tahun 1956 dari seorang ibu bernama Ny. Mediha Oktar dan berasal dari keluarga muslim.
Harun Yahya menamatkan pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan di Ankara Turki. Pada masa-masa pendidikan lanjutan inilah awal komitmennya yang kuat terhadap Islam. Dia mendalami tentang Islam secara otodidak yaitu dengan membaca buku-buku atau literatur tentang Islam, ilmu umum, bahkan buku-buku tentang filsafat maupun teori evolusi. Hasil dari pengetahuan dan pemahamannya yang berkaitan dengan fakta-fakta penciptaan dia beritahukan kepada orang-orang di sekitarnya. Setelah menamatkan pendidikan lanjutannya di Ankara, Harun Yahya melanjutkan kuliah ke Universitas Mimar Sinan Istanbul pada tahun 1979 jurusan seni.
Menurut Harun Yahya, Universitas Mimar Sinan adalah institusi pendidikan yang telah berada di bawah pengaruh faham Marxis serta pemikiran kekirian. Di kampus inilah misi dakwahnya berawal. Pada akhirnya Harun Yahya tidak banyak berkecimpung dalam bidang seni, tapi malah cenderung fokus pada dakwah Islam.
Harun Yahya tidak menyelesaikan kuliahnya di Universitas Mimar Sinan, karena pindah ke jurusan filsafat Universitas Istanbul. Komitmennya pada dakwah dan keinginannya untuk mengembangkan gagasan kreasionismenya merupakan salah satu alasan kepindajannya.
Harun Yahya dikenal sebagai seorang da'i yang menggunakan sebagian besar waktunya untuk berdakwah tentang keberadaan Allah dan keluhuran Al-Qur'an kepada masyarakat. Adapun yang menjadi fokus kajian Harun Yahya dalam antara lain adalah teori evolusi. Teori ini dianggapnya sebagai teori yang penuh dengan kebohongan dan merupakan dasar dari faham materialistik.
Untuk mempublikasikan karya-karyanya, dia menanggung sendiri semua biaya untuk pencetakan dan penggandaan buku tersebut dari uang penjualan harta warisan yang dimilikinya.[2] Dia berasal dari keluarga yang memiliki kedudukan serta status ekonomi yang tinggi dalam masyarakat. Keluarganya menyambut baik aktifitas Harun Yahya, antara lain diadakannya aktifitas diskusi bersama para pemuda maupun warga sekitarnya. Selama berdiskusi dengan Harun Yahya, para pemuda ini memahami secara menyeluruh pentingnya nilai-nilai akhlaq dan mulai merubah pola hidup mereka. Ketaatan mereka terhadap akhlaq Islam sungguh membuat takjub masyarakat di sekitar mereka tinggal.[3]
2.      Komunitas dan Aktifitas Harun Yahya
Pada awal aktifitasnya dalam penulisan karya-karya tulis, pendidikan maupun dakwah, Harun Yahya adalah aktifis seorang diri[4] dengan dukungan dari keluarganya. Harun Yahya melanjutkan dakwahnya hingga mendapat pendukung pertama dalam aktifitas dakwahnya.
Komunitas barunya mulai terbentuk setelah Harun Yahya dibebaskan  dari penjara pada tahun 1988, karena tuduhan makar kokain. Pandangan atau pemikirannya mulai diterima di lapisan masyarakat. Aktifitas diskusi dan yang dengan tema agama, sains serta filsafat terpusat dalam suatu lembaga, yaitu pada sebuah Lembaga Riset Sains.[5]
Harun Yahya dikenal masyarakat dikenal sebagai sosok anti-evolusi atau anti- Darwinisme. Menurutnya ini merupakan faham sesat dan tentang fokus yang satu ini dia memiliki perhatian khusus dan terus berjuang melawannya meskipun harus menghadapi tekanan-tekanan terutama dari kalangan materialis dan freemason.[6]
Pada awal 1998, Harun Yahya dan komunitasnya melakukan kampanye intelektual besar-besaran melawan Darwinisme. Kampanye ini diawali dengan menyebarkan ke seluruh penjuru Turki secara gratis ribuan buku karya Harun Yahya, yang berjudul Kebohongan Teori Evolusi dan selebaran lain yang diambil dari buku tersebut. SRF juga menyelenggarakan serangkaian konferensi “Runtuhnya Teori Evolusi dan Fakta Penciptaan”. Tiga konferensi pertama yang diselenggarakan di Istanbul dan Ankara menampilkan para ilmuwan dari Amerika sebagai pembicara. Kemudian konferensi yang serupa diselenggarakan di 120 kota besar dan kecil di Turki. Dalam konferensi tersebut, anggota SRF, masing-masing dengan bidang spesialisasi mereka, memberikan ceramahnya. Tujuan dari semua ini adalah untuk menggugurkan teori evolusi.
Penerbitan buku-buku, penyelenggaraan konferensi, pembuatan kaset video dan CD adalah bagian dari aktifitas-aktifitas pokok yang dilakukan dengan kontribusi dari SRF. Beragam produksi tersebut pada intinya berkisar masalah kebohongan teori evolusi, latar belakang ideologi dari teori tersebut serta fakta penciptaan. Buku-buku tersebut ditulis dengan nama pena “Harun Yahya” dan produk-produk yang dihasilkan oleh SRF terdiri dari lebih dari 100 buku yang membahas masalah politik, saintifik dan agama, film-film dokumenter, lusinan kaset dan CD interaktif seputar teori evolusi dan fakta penciptaan.
3.      Latar Belakang Sosial, Kultural dan Keagamaan Turki
Untuk mengantarkan kepada pemahaman corak pemahaman kreasionisme Harun Yahya, pencermatan terhadap latar belakang negara asalnya akan membantu dalam kajian ini. Mengetahui asal-usul negara, sekilas tentang sosial, budaya, politik maupun keagamaan Turki merupakan serangkaian faktor yang langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pola pemikirannya. Dalam uraian ini tidak dijelaskan kondisi Turki secara detail dan menyeluruh karena fokus kajian Turki di sini hanya sebagian dari faktor yang melatarbelakangi pemikiran Harun Yahya.
Letak geografis Turki adalah antara negara bagian Barat dan Timur (antara Eropa dan Asia). Letaknya yang unik menunjukkan kedekatannya dengan tradisi Eropa atau Asia. Berbicara tentang Eropa, maka tidak terlepas dari istilah modernisasi. Eropa erat dengan istilah modernisasi sehingga modernisasi pun erat dengan istilah westernisasi (pem-barat-an). Sebagian besar negara Barat, yang salah satunya adalah Eropa merupakan wilayah negara maju. Bagaimana dengan modernisasi di Turki?
Dalam sejarah Islam, Turki pernah menjadi pusat kekuatan dunia Islam yang tak terkalahkan selama hampir delapan abad dan sangat disegani oleh Eropa. Jatuhnya Konstantinopel tahun 1453 yang kemudian menjadi Istanbul pada masa kebesaran Dinasti Ustmani (Ottoman) adalah salah satu bukti kejayaan Turki. Perjalanan sejarah Turki meliputi banyak kejadian-kejadian yang menyertainya dan berlangsung sampai menjadi Republik Turki pasca Kemal.[7]
Modernisasi dan westernisasi yang berlangsung di Turki, telah menyebabkan revolusi kebudayaan dan politik yang dimotori Kemal Attaturk. Upaya tersebut menjadikan Eropa sebagai kiblat atau model yang mengakibatkan hilangnya nilai-nilai tradisional Turki, misalnya, digantinya huruf Arab menjadi huruf Latin, menyebabkan warga Turki buta huruf Arab. Ideologi dan tradisi Islam di Turki  tetap kuat, sehingga mereka berupaya membuang jauh-jauh istilah sekuler yang memisahkan agama. Istilah sekuler mereka anggap tidak berpengaruh terhadap tradisi Islam karena di Turki justru banyak terdapat bangunan masjid dan sekolah-sekolah Islam.[8] 
Ankara sebagai ibu kota Turki juga menjadi pusat beberapa aktifitas di negara ini. Menyangkut persoalan pendidikan, Turki menggunakan sistem pendidikan terpusat yang berpusat di Ankara, termasuk di dalamnya adalah pengaturan kurikulum, buku-buku, dan penempatan guru. Selain Ankara, tempat penting lainnya di Turki adalah Istanbul. Mayoritas warga Turki adalah muslim, namun Turki tidak memiliki agama resmi dan konstitusi menjamin kebebasan beribadah bagi seluruh warganya. Kebebasan beragama dan beribadah tersebut termasuk bagi mereka yang non-muslim.[9] Dari bukti-bukti tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya pemikiran-pemikiran tentang ideologi dan agama (Islam) masih kuat, meskipun demikian sebutan sekuler bagi Turki modern tidak mudah hilang begitu saja.
Menurut Iqbal, pemikiran-pemikiran modern di Turki telah diperkuat dan diperluas oleh pikiran-pikiran filsafat modern terutama dalam pemikiran-pemikiran agama dan politik negara. Di antara bangsa-bangsa muslim dewasa ini, hanya Turki yang mencapai kemerdekaan berpikirnya. Turki telah menempuh suatu masa peralihan dari alam cita ke alam nyata yang menyebabkan adanya perjuangan pikiran dan moral yang hebat. Lahirnya kemajuan pemikiran dalam Islam di Turki ternyata juga memungkinkan adanya liberalisme yang dapat melahirkan kekuatan disintegratif dalam Islam. Bagi umat Islam di Turki, persoalan ini tentunya harus diperhatikan agar tidak menghambat bagi kemajuan pemikiran Islam di Turki.[10]
Bangsa Turki memiliki masa silam gemilang dan kuat pendiriannya dalam menentang Barat selama beberapa abad. Namun, dengan kedekatan wilayah geografisnya dengan Barat, Turki terkesan mengejar tujuan nasional jangka pendeknya dengan menerima pandangan Barat. Kenyataan ini dibantah oleh Erbakan, sebagaimana dikutip oleh Binnaz Toprak, mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi negara Barat justru mengorbankan Islam. Menurut Erbakan, Turki sebenarnya kaya dalam hal kemenangan militer maupun prestasi-prestasi keilmuannya. Turki menganggap bahwa negara Barat telah mengalami stagnasi teknologi. Turki yakin akan dapat memiliki potensi sains dan meraih superioritas ilmiah atau mengalami kemajuan di bidang sains jika tidak selalu mengadopsi pandangan dunia Barat. Kemajuan di bidang sains dan teknologi bangsa Turki merupakan dorongan dari aspek-aspek semangat industrialisasi, penekanan teologi Islam serta peradaban muslim.[11]
Pada bidang-bidang ilmu pengetahuan modern tertentu, seperti anthropologi, sosiologi, dan psikiatri, orang-orang Turki telah menghasilkan materi-materi yang telah memperoleh pengakuan internasional, suatu prestasi yang tidak dimiliki satupun dari negeri-negeri Muslim lainnya. Satu sifat penting yang membedakan orang Turki dari warga negeri-negeri Muslim lainnya adalah bahwa secara komparatif sedikit sekali cendekiawan Turki yang memilih untuk tinggal di luar negeri. Hal ini membuktikan kuatnya nasionalisme Turki. Dalam kajian Islam, kreatifitas Turki masih harus ditunggu, karena ilmu-ilmu keislaman di Turki masih menghadapi rongrongan sekularisme, meskipun tidak ada tanda-tanda bahwa sekularisasi di Turki akan berimplikasi pada negara-negara Muslim lainnya.[12]


B.     Karya-karya  Harun Yahya
Harun Yahya juga seorang yang banyak menghasilkan karya tulis tentang karya-karya Marxisme, teori evolusi dan filsafat-filsafat kekirian lainnya yang dikajinya secara otodidak (lihat sekilas biografinya). Berdasarkan informasi dari situs; www. hyahya. org., buku-buku karya Harun Yahya asli berbahasa Turki yang keseluruhannya berjumlah sekitar 180 judul. Jumlah ini belum termasuk artikel-artikel yang terbit di beberapa media masa.
Karya-karya yang Harun Yahya dengan jumlah yang banyak tersebut, memiliki kategori judul maupun isi yang bermacam-macam. Oleh karena itu karya-karyanya perlu dikelompokkan. Kelompok karya-karyanya dapat dibagi dalam tipologi karya tentang sains, terutama tentang evolusi makhluk hidup, penciptaan alam dan kehidupan, serta karya-karyanya yang berkaitan erat dengan topik sosial, kultural dan keagamaan. Adapun fokus penelitian ini adalah pada kelompok karya-karyanya tentang sains, antara lain tentang keruntuhan teori evolusi yang diulas dalam beberapa buku Harun Yahya. Literatur-literatur yang digunakan dalam kajian ini, antara lain adalah;
1.      The Evolution Deceit (ter.)
2.      The End of Darwinism (terj)
3.      The Collapse of the Theory of Evolution in 20 Questions (terj.)
4.      The Creation of Universe (terj.)
5.      Timeless and the Reality of Fate (terj.)
6.      Allah is known Through Reason (terj.)
7.      Deep Thinking (terj.)
Daftar judul-judul buku yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu metode untuk memahami corak pemikirannya dari topik karyanya yang relevan dengan kreasionisme, sains, teori evolusi maupun penciptaan alam raya dan kehidupannya. Adapun mengenai apa dan bagaimana corak pemikiran Harun Yahya dapat ditelusuri melalui biografi Harun Yahya dan karya-karyanya yang telah tersebut pada bab sebelumnya.

C.    Corak Pemikiran Harun Yahya
Corak pemikiran Harun Yahya merupakan salah satu dari pijakan yang dapat dijadikan dasar dalam menganalisis karya-karyanya, terutama yang berhubungan dengan konsep penciptaan makhluk hidup serta sanggahannya terhadap teori evolusi. Dengan pendekatan historis, kajian ini berupaya untuk memahami beberapa gagasannya tentang penciptaan terpisah melalui kesinambungan historisnya,[13] yang dapat diketahui dari latar belakang internal maupun eksternal, sebagaimana telah dijelaskan pada sub-bab di atas. Langkah selanjutnya adalah memberikan suatu interpretasi, dan menjelaskan beberapa hal penting yang berkenaan dengan gagasannya tentang penciptaan terpisah dan argumen-argumennya tentang keruntuhan teori evolusi.
Hipotesis awal yang dapat disampaikan setelah membaca, memahami, serta menganalisis beberapa karya Harun Yahya maupun dari judul-judul bukunya menunjukkan bahwa gagasan penciptaan terpisah lebih didominasi oleh pendekatan filsafat dan agama (Islam). Gagasan yang diajukannya penting untuk dipertimbangkan, sebab dapat memiliki implikasi dalam berbagai bidang pemikiran atau bidang ilmu.
Teori evolusi sebagai sains materialistik dianggap mendukung filsafat materialisme, yang ateis dan menyesatkan masyarakat.[14] Harun Yahya berupaya mengintegrasikan konsep penciptaan terpisah ke dalam sains. Konsep-konsepnya tentang penciptaan terpisah dan sanggahannya atas teori evolusi yang dilontarkannya, secara jelas menunjukkan bahwa dia mendukung kreasionisme. Karya-karyanya yang sudah tersebar di seluruh dunia sudah cukup untuk menyatakan bahwa Harun Yahya adalah penganut kreasionisme (creationism).[15]
Orang-orang yang dulunya tidak memiliki pengetahuan tentang teori evolusi, saat itu mendapatkan kesempatan untuk mengetahui bagian dalam dari teori evolusi dan berbagai dimensi dari pemalsuan saintifik yang telah tersebar ke seluruh dunia. Rakyat Turki akhirnya menyadari fakta bahwa sistem pendidikan yang ada ternyata didasarkan pada pendoktrinan teori evolusi terhadap otak generasi muda. Ini adalah bagian dari rencana tersembunyi dalam penghancuran nilai sosial dan moral generasi masa depan. Di samping itu, mereka mendapatkan kesempatan untuk mengetahui bahwa filsafat materialis dan teori evolusi, yang disebut-sebut sebagai dasar pijakan ilmiah dari filsafat materialis tersebut, adalah sumber dari ajaran komunisme, penyebab munculnya tindakan anarki dan teror di berbagai negara.
Pemikiran Harun Yahya penuh dengan uraian dogmatis dan doktrin ketauhidan sebagai kebenaran mutlak. Akan tetapi bukan berarti bahwa kreasionismenya adalah hal yang absolut. Dalam hal pemikiran, semua manusia memiliki potensi dan hak yang sama dalam menyampaikan gagasan-gagasannya dalam bentuk teori-teori tertentu. Terutama teori-teori yang mensinergikan sains dan agama.
Setelah menelusuri corak pemikiran kreasionismenya yang khas itu tentu memiliki persamaan-persamaan maupun perbedaan dengan pemikir lainnya dalam hal menginterpretasikan tentang asal-usul kehidupan dan keanekaragaman makhluk hidupnya. Interpretasi atas asal-usul kehidupan dan keanekaragaman makhluk hidup dalam konteks penciptaan terpisah maupun melalui evolusi akan tergantung dari cara pemahaman dan pendekatan ilmiah masing-masing pemikir. Kajian ini berupaya untuk mengkaji gagasan kreasionisme perspektif Harun Yahya guna memperkaya khazanah pemikiran serta wawasan intelektual sains dan agama, khususnya dalam hal bidang biologi.






[1] Nama pena Harun Yahya adalah  dua nama untuk mengenang  dua nabi, yaitu Harun dan Yahya sebagai nabi mulia yang berjuang mengatasi redupnya cahaya keimanan., dalam Harun Yahya, Menyibak Tabir Evolusi, (Jakarta: Global Cipta Publishing, 2002), bab tentang penulis.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
6 Ketika pertama kali mendakwahkan Islam di Universitas Mimar Sinan, Harun Yahya hanyalah seorang diri. Selama lebih dari tiga tahun, tak seorang pun yang menerima dakwahnya.. Orang-orang yang memiliki keyakinan sama dan mendukungnya secara penuh belum nampak ataupun menyertainya dalam periode tersebut.  Kurangnya jumlah pendukung tidak merubah komitmen dakwahnya. Harun Yahya sadar bahwa Allah adalah satu-satunya penolong dan dalam melakukan ini semua demi mendapatkan keridhaan Allah. Kadang ada beberapa pemuda yang mendengarkan dan setuju dengan idenya. Namun, ini hanyalah sebatas ketertarikan yang tidak pernah berkembang menjadi dukungan penuh. Ini adalah periode dimana Harun Yahya melakukan sebuah perjuangan ideologi melawan Marxisme dan ateisme seorang diri dengan sarana yang dimiliki. Semakin lama para tokoh Marxis di kampus mulai menghindarinya. Merasa tidak mampu membantah argumentasi ilmiahnya tentang teori evolusi dan Marxisme, mereka tak dapat melakukan apa-apa lagi kecuali mencemooh dan mengkritik jenggot, pakaian serta cara hidupnya. Lihat Ibid.
[5] Pada bulan Januari 1990, Harun Yahya dan rekan-rekan mudanya mendirikan SRF. Lembaga ini menerbitkan buku-buku dan melakukan panel, diskusi dan konferensi untuk mempertahankan dan menghidupkan nilai-nilai moral. Setelah pendirian lembaga tersebut, sebuah penggerebekan besar dilakukan oleh polisi terhadap sekitar 100 orang yang sedang menghadiri pertemuan rutin. Lebih dari seratus anggota ditahan dan diinterogasi oleh polisi. Di hari berikutnya, beberapa media masa milik Freemasonry memberitakan kisah penggerebekan ini sebagaimana sebuah sindikat kejahatan besar telah tertangkap. Sebagian besar dari anggota tersebut dibebaskan setelah 3-4 jam. Namun berita bohong dan tuduhan keji yang dilancarkan oleh media masa berlangsung selama beberapa hari. Tujuan utama pemberitaan yang subyektif ini adalah untuk membohongi pihak keamanan dan institusi peradilan dengan berbagai tuduhan yang dibuat-buat. Harun Yahya yang ditahan dan diinterogasi selama seminggu akhirnya dibebaskan karena tidak ditemukannya bukti-bukti dalam peristiwa tersebut. Lihat Ibid.
[6] Ibid.
[7] Komaruddin Hidayat dalam Binnaz Toprak, Islam dan Perkembangan Politik di Turki, terj: Karsidi Diningrat R, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. xv.
[8] Komaruddin Hidayat dalam Binnaz Toprak, Islam,  hlm. xxiv-xxv.
[9] Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, 1996), hlm. 160.
[10] M. Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, terj: Ali Audah dkk., (Yogyakarta: Jalasutra, 2002), hlm. 245-257.
[11] Binnaz Toprak, Islam, hlm. 183-189.
[12] Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang  Transformasi Intelektual, terj: Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1995), hlm. 116.
[13] Kesinambungan historis yang dimaksud adalah berkenaan dengan latar belakang pemikirannya, baik latar belakang eksternal maupun internal. Latar belakang eksternal maksudnya adalah keadaan khusus zaman yang dialaminya dari segi sosial, ekonomi, politik, budaya dan intelektual. Sedangkan latar belakang internal adalah penyelidikan terhadap riwayat hidup tokoh, pendidikan, dan segala macam perjalanan yang melatarbelakangi pemikirannya.,  lihat Anton Bakker, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 64.
[14] Harun Yahya, Keruntuhan Teori Evolusi, terj: Catur Sriherwanto, dkk., (Bandung: Dzikra, 2001), hlm. 1.
[15] Kreasionisme berasal dari kata creationism yang mengandung pengertian; 1. Pandangan bahwa alam semesta dan bentuk-bentuk kehidupannya dihasilkan dan sedang dihasilkan oleh sebuah agen supranatural, 2. Segala sesuatu dimulai dan terus mengada hanya melalui keputusan, rencana dan aktifitas sebuah wujud supranatural yaitu Tuhan, 3. Materi (alam semesta) diciptakan secara sesaat oleh Tuhan dari ketiadaan, 4. Jiwa manusia diciptakan secara terpisah dan dihadirkan oleh Tuhan pada saat kelahiran (atau pada saat peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina)., lihat Tim Penulis Rosda dan Jalaluddin Rakhmat (pengantar), Kamus Filsafat, (Bandung: P. T. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 66.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Biografi Lengkap Harun Yahya dan Corak Pemikirannya"

Post a Comment