Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab| Penggunaan media dalam pengajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab berdasarkan teori yang mengatakan bahwa totalitas presentasi banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri. Sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya.
IMPLEMENTASI
MEDIA AUDIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Seorang individu dikatakan telah belajar bila ia dari tidak dapat naik
sepeda menjadi dapat naik sepeda, bila dari tidak dapat naik motor menjadi
dapat naik motor, bila ia tidak dapat
membaca menjadi dapat membaca, demikian pula tidak memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan memiliki nilai-nilai menjadi memilikinya. Segala sesuatu yang
berubah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang lebih baik dan lebih
bermakna bagi dirinya dapat diperoleh berdasarkan proses belajar dan proses
mengalami perubahan dalam dirinya, itulah hasil belajar.
Namun tidak semua perubahan merupakan hasil belajar misalnya beberapa
perubahan pada bayi yang tadinya tidak dapat memegang benda menjadi dapat
memegang benda, bayi tidak dapat tengkurep menjadi dapat tengkurep, anak yang
tadinya tidak dapat duduk menjadi dapat duduk, semua perubahan ini karena
kematangan (maturation). Di samping
itu ada pula jenis perubahan yang tidak dapat digolongkan sebagai hasil
perubahan belajar, yaitu perubahan yang terjadi pada diri seseorang sangat
singkat kemudian segera menghilang, misalnya seseorang dapat memperbaiki
pesawat radio, seseorang dapat memecahkan perhitungan, jika mereka disuruh
mengulangi lagi ia tidak dapat mengerjakannya, kecakapan tersebut belum ada
dalam dirinya dan individu tersebut belum belajar untuk hal-hal tersebut.
Begitu pula dalam mempelajari Bahasa Arab yang bukan notabene menjadi
bahasa sehari-hari anak, tentu memerlukan proses belajar yang tidak sebentar
dan memerlukan keahlian dari pengajar.
Dalam diktat “Muzakkirah fi Tarikhi Tadrisi al-lugoti al-Arabiyyati Li
Gairi al-Arab” yang ditulis oleh Prof. Abdul Aziz bin Nasir Shalih,
dinyatakan bahwa Bahasa Arab berkeistimewaan dibanding bahasa-bahasa lainnya,
karena Bahasa Arab sekaligus telah menjadi bahasa agama Islam; bahasa sumber
ajaran Islam; bahasa kitab suci Islam sehingga dengan demikian sangat erat
kaitannya dengan kaum muslimin. Oleh karena itu, sangat masuk akal kalau di
mana ada kaum muslimin di situ
dipelajari Bahasa Arab. Dengan menguasai Bahasa Arab mereka memahami
ajaran Islam secara benar.[1]
Hal ini dibuktikan dengan adanya lembaga-lembaga yang bernuansa Islam
baik itu berupa sekolah maupun pondok-pondok pesantren yang notabene mengajarkan
Bahasa Arab. Namun pada zaman yang serba canggih ini bukan hanya muslimin saja
yang menjadi peminat Bahasa Arab. Ini
terbukti di Amerika misalnya, hampir tidak ada suatu perguruan tinggi yang
tidak menjadikan Bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah. Contohnya adalah
Harvard University, sebuah Perguruan Tinggi swasta paling terpandang di dunia
yang didirikan oleh para “Alim Ulama”
protestan. Dan
Georgetown University, sebuah
universitas swasta katolik, keduanya mempunyai pusat studi Arab yang kurang
lebih merupakan center for contemporary
Arab studies.[2]
Sehubungan dengan semakin banyaknya peminat Bahasa Arab, maka banyak para
ahli-ahli bahasa yang mengarang dan menciptakan buku dan sarana lainnya guna
menunjang keberhasilan dalam belajar Bahasa Arab. Selain itu para ahli juga
menciptakan sistem dan metode pengajaran Bahasa Arab yang terus dikembangkan
sesuai dengan perkembangan zaman.
Penggunaan media dalam pengajaran bahasa bertitik tolak dari teori yang
mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dimiliki oleh seseorang, terbanyak dan tertinggi melalui indra
lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui
indra dengar dan indra lainnya.[3]
Media pengajaran juga mampu mempertinggi proses belajar mengajar siswa
dan akan mendapatkan hasil yang tinggi. Ini sesuai dengan taraf berfikir siswa,
di mana taraf berfikir manusia itu mengikuti tahap perkembangan, mulai dari
berfikir konkrit ke abstrak, dari berfikir sederhana ke berfikir kompleks.
Di bawah ini dicantumkan
beberapa alasan mengapa media pengajaran (media audio) dapat mempertinggi
proses belajar siswa, antara lain :
a.
Pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.
Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami para siswa, dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c.
Metode mengajar akan lebih
bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan
lain-lain.[4]
Berdasarkan inilah penulis
merasa tertarik untuk membahas Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran
Bahasa Arab.
Guru dan media pendidikan hendaknya bahu membahu dalam memberi kemudahan bagi siswa. Perhatian
dan bimbingan secara individual dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik,
sementara informasi dapat pula disajikan secara jelas, menarik dan teliti oleh
media pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas. Penulis mencoba merumuskan dan mengajukan pokok-pokok
permasalahan, sebagai berikut :
- Bagaimana penggunaan media audio dalam pengajaran
kecakapan mendengar Bahasa Arab
pada siswa kelas I SMP Plus Assalam Bandung?
- Bagaimana hasil yang dicapai setelah menggunakan media
audio dalam proses belajar mengajar
Bahasa Arab di kelas tersebut ?
- Apa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan media audio
dalam pengajaran kecakapan mendengar Bahasa Arab pada siswa kelas I SMP
Plus Assalam Bandung?
Media Audio
Penggunaan
media dalam pengajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab berdasarkan teori yang
mengatakan bahwa totalitas presentasi banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra
lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri. Sedangkan selebihnya melalui
indra dengar dan indra lainnya.[5]
John
M. Lennon juga mengemukakan bahwa media
pengajaran khususnya alat-alat pandang dapat menarik minat siswa; meningkatkan
pengertian siswa; memberikan data yang kuat/terpercaya; memadatkan informasi
juga memudahkan menafsirkan data.
Menurut
Mudjiono dan kawan-kawan : “ Media pengajaran dapat membangkitkan motivasi
belajar serta memberikan stimulus bagi
kemauan belajar. Hal ini seiring dengan
apa yang dikemukakan oleh Prof. Mahmud Yunus dalam bukunya al-tarbiyyah wa
al-ta’lim, sebagai berikut :
إنها أعظم تأثيرا فى الحواس و أضمن للفهم........ فما راء
كمن سمع.
Maksudnya adalah bahwa media pengajaran itu
berpengaruh besar bagi indra dan lebih memudahkan ( dapat menjamin ) pemahaman
….. orang yang melihat tidak sama dengan orang yang hanya mendengar.
Lebih
lanjut Dr. Abdul Alim Ibrahim menjelaskan bahwa media pengajaran itu sangat penting, sesuai dengan ungkapannya
:
تجلب السرور للتلاميذ و
تجدّد نشاطهم و تحبب إليهم المدرسة إنّها تساعد على تثبيت الحقائق إذهان التلاميذ
إنها تحي الدرس بما يتطلبه إستخدامها من الحركة و العملز.
Maksud
ungkapan di atas adalah bahwa media pengajaran dapat membangkitkan rasa senang
dan gembira siswa, dan memperbaharui semangat mereka. Rasa suka hati mereka
untuk ke sekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para
siswa, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media pengajaran.
Dalam
kehidupan sehari-hari komunikasi yang bersifat auditif sangat mendominasi
kehidupan manusia. Demikian pula dalam kegiatan pengajaran, mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, penggunaan komunikasi audio banyak
dipergunakan dibandingkan dengan kegiatan komunikasi lainnya.[6]
Pemanfaatan
media audio dalam pengajaran terutama digunakan dalam :
1.
Pengajaran music literary
(pembacaan sajak) dan kegiatan dokumentasi.
2.
Pengajaran bahasa asing, apakah
secara audio ataupun secara audiovisual.
3.
Pengajaran melalui radio atau
radio pendidikan.
4.
Paket-paket belajar untuk berbagai
jenis materi, yang memungkinkan siswa dapat melatih daya penafsirannya dalam
suatu bidang studi.
Masih menurut Dr. Nana dan Drs. Rivai dalam bukunya
“Media Pengajaran” ditulis bahwa karakteristik media audio umumnya berhubungan
dengan segala kegiatan melatih keterampilan mendengarkan. Kalau
diklasifikasikan kecakapan-kecakapan yang bisa dicapai meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1.
Pemusatan perhatian dan
mempertahankan pemusatan perhatian.
2.
Mengikuti pengarahan. Siswa
mendengarkan suatu pernyataan singkat dan selanjutnya siswa harus menandai satu
pernyataan yang paling cocok dari beberapa pernyataan pilihan jawaban.
3.
Digunakan untuk melatih daya
analisis siswa dari apa yang mereka dengar. Siswa mendengarkan satu kalimat
atau salah satu frase kalimat, kemudian menirukannya.
4.
Perolehan dari suatu konteks.
Siswa harus menyempurnakan kalimat yang terdiri atas beberapa kata yang artinya
bisa jelas setelah menyempurnakan kalimat itu dalam suatu konteks tertentu.
5.
Memisahkan kata atau informasi
yang relevan dan yang tidak relevan.
6.
Mengingat dan mengemukakan kembali
ide atau bagian-bagian dari cerita yang mereka dengar. Dalam hal ini biasanya
disajikan suatu cerita pendek atau tulisan pendek, dan siswa mengungkapkannya
kembali setelah selesai mendengarkan
cerita tersebut.
Berbeda dengan media pengajaran lainnya, media audio
berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa
lisan) maupun non verbal. Ada
beberapa jenis media yang dapat kita kelompokkan dalam media audio, antara lain
radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam dan laboratorium bahasa.
a)
Radio
Radio memiliki banyak kelebihan, diantaranya harga
yang relatif murah; radio juga memiliki sifat mobile ( mudah dipindahkan
); jika digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio bisa mengatasi problem
jadwal; dapat mengembangkan daya imajinasi anak, dan yang pasti radio sangat
cocok atau tepat untuk mengajarkan musik dan bahasa.
b) Alat
perekam pita magnetic
Alat perekam pita magnetic (magnetic tape recording)
atau lazimnya orang menyebut tape
recorder adalah salah satu media pendidikan yang tidak dapat diabaikan
untuk menyampaikn informasi, karena mudah menggunakannya. Ada dua macam rekaman dalam alat perekam pita
magnetic ini yaitu sistem full track dan double track recording.
Sehubungan dengan skripsi yang dikaji penulis mengenai
pengaruh media audio yaitu tape recorder, maka penulis akan membahas lebih jauh
tentang tape recorder. Ada
beberapa kelebihan alat perekam sebagi media pendidikan:
1.
Mempunyai fungsi ganda yang
efektif sekali, untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya. Play back
dapat dilakukan dengan segera setelah rekaman selesai pada mesin yang sama.
2.
Pita rekaman dapat diputar
berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.
3.
Rekaman dapat dihapus secara
otomatis dan pitanya bisa dipakai lagi.
4.
Pita rekaman dapat digunakan
sesuai jadwal yang ada. Guru dapat secara langsung mengontrolnya.
5.
Program kaset dapat menyajikan
kegiatan-kegiatan atau hal-hal di luar sekolah (hasil wawancara atau
rekaman-rekaman kegiatan).
6.
Program kaset bisa menimbulkan
berbagai kegiatan (diskusi, dramatisasi dan lain-lain).
7.
Program kaset memberikan efesiensi
dalam pengajaran bahasa.
c)
Laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa adalah alat
untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan
menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai
adalah alat perekam.
Dalam laboratorium bahasa murid
duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar
suara guru yang duduk di ruang kontrol
lewat headphone. Pada saat dia menirukan ucapan guru dia juga mendengar
suaranya sendiri lewat headphonenya, sehingga dia bisa membandingkan ucapannya
dengan ucapan guru. Dengan demikian dia bisa segera memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.[7]
Menurut para pengembang pelajaran,
media audio merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan dan mudah
disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Sekali dikemas, materi pelajaran serta
urutan penyajiannya jadi tetap, pasti dan dapat berfungsi sebagai media
intruksional untuk belajar sendiri.
Program audio dapat diproduksi dan
didistribusikan dengan biaya yang relatif murah apabila dipersiapkan secara
tepat dan digunakan dengan baik. Namun, jika media tidak disain dan tidak
digunakan dengan baik, ia justru akan menjadi pengganggu dalam kegiatan belajar
siswa. Jadi sama halnya dengan media yang lain, penggunaan media audio harus
dilakukan dengan keterampilan, seni dan perencanaan yang telah dikonsep dengan
baik dan matang terlebih dahulu.
b.Teori Mendengar
Penulis mengutip dari buku John E.
Warriner yang berjudul English Grammar and Composition
menyatakan tentang teori mendengar. Dalam buku tersebut Warriner berpendapat
bahwa mendengar yang baik adalah seperti di bawah ini :
- Menunjukkan sikap yang baik dalam mendengarkan
ungkapan dalam setiap percakapan.
- Belajar beberapa teknik mendengarkan yang baik
dengan cara mendengarkan tujuan pembicara, belajar memahami poin-poin yang
disampaikan pembicara, dan seharusnya mencatat hal-hal yang dianggap
perlu.
- Mendengarkan secara seksama tugas yang diberikan
oleh guru; mencatat tugas yang diberikan dengan tepat, jangan menyela saat
guru memberikan soal, dan pastikan bahwa kita memahami semua intruksi yang
diberikan. Jika tidak bertanyalah sesaat setelah guru selesai membacakan
tugasnya.
- Belajar mendengarkan dengan kritis, ini berarti
kita mampu membedakan antara fakta dan pendapat serta evaluasilah setiap
pembicaraan. Saat kita mendengar guru menerangkan materi pelajaran
hendaknya kita bertanya apakah pembicaraan itu logis dan ada bukti atau
tidak ?
Sedang
dalam bukunya edisi yang kedua Warriner menyatakan : “Listening well is an important part of
learning”, bahwa mendengar yang baik merupakan bagian penting dari proses
belajar.
- Kebiasaan merupakan cara belajar yang baik
Misalnya dengan membiasakan mendengar media baik itu
berupa radio, kaset (tape recorder) atau bahkan televisi. Karena dengan
itu semua kita akan merasakan belajar tanpa harus merasa tertekan, namun
sebaliknya kita akan merasa santai. Tapi harus juga kita catat bahwa dalam
memilih suatu media kita harus lebih selektif. Pilihlah media yang membuat kita
lebih kreatif.
2.
Mendengarkan dengan baik bukan
berarti hanya mendengarkan dengan santai melainkan mendengar dibarengi dengan
berfikir.
3.
Dengarkan pembicaraan guru dengan
fikiran yang terbuka, karena dasar mendengarkan yang baik adalah adanya minat
dan tujuan.
4.
Jika kamu berniat menggunakan
sebuah informasi hendaknya kamu selalu seksama dalam mendengarkan informasi
tersebut. Dan kamu harus merekam dalam ingatan dengan jelas agar kamu bisa
mengingatnya kembali saat kamu memerlukannya.
Dalam
bukunya edisi yang ke tiga Warriner juga menekankan bahwa sebagian besar dari
waktu yang kita lewati adalah mendengar. Seperti ungkapannya sebagai berikut :
“Each day you spend a large part of your time listening. You listen more than
you speak, you speak more than you read, and you read more than you write”.
1.
Ingat-ingat tujuanmu untuk
mendengar. Karena dengan mendengar kita akan mendapatkan informasi yang
menguntungkan.
2.
Berikan perhatian penuh saat guru
menerangkan materi pelajaran. Jika seseorang bertanya sesuatu pada guru cobalah
untuk memahami pertanyaan tersebut sebelum mengetahui jawabannya.
3.
Jangan biarkan sesuatu mengganggu
konsentrasi belajar sehingga siswa gagal memahami pesan yang guru sampaikan.
Guru yang baik harus mempunyai konsep sebelum memberikan materi pelajaran. Dan
siswa yang baik dapat melihat dan memahami setiap materi yang disampaikan oleh
gurunya.
Evaluasi apa yang kita dengar. Sebagai pendengar yang baik selalu
memikirkan apa yang sedang didengarkan. Sehingga kita bisa membedakan mana
sebuah gagasan utama dan membedakan antara fakta (statemen yang dapat
dibuktikan kebenarannya) dan pendapat (tidak dapat dibuktikan dan hanya sebagai
sumbangan).
C. Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Wasty Soemanto (1987:88-89 ) mengutip pendapat James O.
Whitter “ Learning may be difined as the process by which behavior originates
or is altered through or experiences “. Cronbach ( 1957:47 ) juga menyatakan
bahwa “Learning is shown by change in
behavior as a result of experience “. Sedangkan Howard Kingsley (1957:12 )
menyatakan bahwa : “Learning is the process by which behavior ( in the broader
sense ) is originated or changed through practice or training “.
Dari definisi belajar di atas walaupun penyampaian
berbeda-beda tetapi memiliki beberapa kesamaan, bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan di mana ia tinggal. Belajar juga merupakan kebiasaan. Dengan
kata lain belajar adalah perubahan prilaku individu berkat pengalaman dan
latihan serta interaksi dengan lingkungannya.
Begitu juga dalam proses belajar
mengajar Bahasa Arab memerlukan belajar. Adapun belajar yang penulis maksudkan
di sini adalah belajar Bahasa Arab dengan menggunakan media audio (tape
recorder). Karena penulis mengutip pendapat John E Warriner, menyatakan bahwa :
“ How well we learn, how well we get along with others, even how succsesfull we
are in life, can depend in many ways on how well we listen “.
Bahwa seberapa baik kita belajar, seberapa baik kita
bergaul akrab dengan orang lain, bahkan bagaimanapun suksesnya hidup kita dapat
tergantung pada seberapa baik kita mendengarkan. Berdasarkan pernyataan di atas
penulis berharap dengan belajar menggunakan media audio (tape recorder) mampu
meningkatkan kecakapan mendengar Bahasa Arab siswa.
Belajar Bahasa Arab menggunakan media
audio (tape recorder) membutuhkan konsentrasi, ketelitian dan kejelian serta
bagi yang mempelajarinya harus mempunyai pendengaran yang baik.
Adapun pelaksanaan pengajaran kecakapan
mendengar Bahasa Arab sebagai berikut:
- Guru menyalakan tape Recorder, siswa mendengarkan.
- Mencatat apa saja yang siswa dengar dari tape
recorder.
- Siswa mengecek kembali catatan mereka, apakah
sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru dalam tape recorder.
- Guru mengulang beberapa kali materi yang
diperdengarkan pada siswa dengan menggunakan tape recorder.
- Menerjemahkan
kalimat Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia yang mereka dengar
dari tape recorder.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Penggunaan Media Audio dalam Pengajaran Bahasa Arab Kelebihan
§
Siswa lebih berkonsentrasi
dalam mengikuti pelajaran Bahasa Arab.
§
Siswa lebih termotivasi
untuk mengikuti pelajaran Bahasa Arab.
§
Suasana kelas lebih tenang,
karena siswa harus konsentrasi pada materi yang diajarkan dengan menggunakan
media.
§
Memudahkan guru untuk
menyampaikan materi pelajaran.
§
Memudahkan siswa memahami
materi pelajaran, karena dengan menggunakan tape recorder materi bisa diulang
berulang-ulang kali.
§
Tidak mengeluarkan banyak
dana, karena hanya membutuhkan kaset rekaman yang berisi materi yang akan diajarkan.
1.
Kekurangan
§
Terbatasnya kaset rekaman
yang mengajarkan tentang materi Bahasa Arab.
§
Tidak adanya laboratorium
bahasa yang lebih intensif untuk mengajarkan Bahasa Arab dengan menggunakan
media audio.
Demikian kelebihan dan kekurangan penggunaan media audio dalam pengajaran
Bahasa Arab
DAFTAR
PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; PT.
Raja Grafindo Persada, 2001.
___________, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta;
Rajawali Pers, 1987.
Arief Burhan, Pengantar
Penelitian Dalam Pendidkan, Surabaya ,
Usaha Nasional, 1982.
Arif
Sadiman dkk, Media Pendidikan, Jakarta ; Rajawali Pers, cet. 3, 1993.
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan
Metode Pengajarannya, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003.
Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran dan Penilaian,
Bandung; PT. Genesindo, 2002.
Depag RI, Kurikulum (GBPP) MTs.
1984.
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta;
Balai Pustaka, 1989.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar
Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta;
CTSD, 2002.
John E. Wrriner, English Grammar
and Coposition, Jlid 1-3, Amerika, Harcourt Brace Javanovich.
Nana Sudjana, A. Rivai, Media
Pengajaran, Bandung ;
Sinar Baru, 1992.
_________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
___________, Teori-teori Belajar
Untuk Pengajaran, Jakarta Belajar Untuk Pengajaran; LP FE UI, 1991.
Nasution MA, Teknologi Pendidikan,
Bandung; Jemmars, 1987.
Pius A partanto, M. Dahlan AL-Barry, Kamus Ilmiah Populer,
Surabaya; ARKOLA, 1994.
Porter, Bobbi DE & Hernacki,
Mike, Quantum Learning, Bandung ;
Kaifa, cet VII, 2000.
___________, Mark & Nouri, Sarah
Singer, Quantum Teaching, Bandung ;kaifa,
2000.
Rose, Colin, Kuasai Lebih Cepat,
Bandung ; Kaifa,
cet II, 2003.
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya; Usaha
Nasional, 1993.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Bina
Aksara1986.
___________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta; Rineka Cipta, 1999.
Tadjab, MA, Ilmu Jiwa Pendidikan,
Surabya; Karya Abditama, 1994.
[1]
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta;
Pustaka Pelajar, 2003), hal.136.
[2] Ibid,
hal. 1.
[3] Ibid,
hal. 75.
[4]Dr.
Nana Sudjana, A. Rivai, Media
Pengajaran (Bandung; Sinar Baru, 1992), hal. 2.
[5]
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003), hal.136.
Prof.
Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta ;Pustaka Pelajar, 2003), hal.75.
[6]
Dr. Nana Sudjana, A. Rivai, Media
Pengajaran (Bandung; Sinar Baru, 1992), hal. 129.
[7]
Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan,
(Jakarta; Rajawali Pers, cet. 3, 1993), hal. 55.
0 Response to "Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab"
Post a Comment