Image1

Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa ArabPenggunaan media dalam pengajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab berdasarkan teori yang mengatakan bahwa totalitas presentasi banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri. Sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya.
          
IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

 A.    Latar Belakang Masalah
Seorang individu dikatakan telah belajar bila ia dari tidak dapat naik sepeda menjadi dapat naik sepeda, bila dari tidak dapat naik motor menjadi dapat  naik motor, bila ia tidak dapat membaca menjadi dapat membaca, demikian pula tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan memiliki nilai-nilai menjadi memilikinya. Segala sesuatu yang berubah dari keadaan sebelumnya menjadi keadaan yang lebih baik dan lebih bermakna bagi dirinya dapat diperoleh berdasarkan proses belajar dan proses mengalami perubahan dalam dirinya, itulah hasil belajar.
Namun tidak semua perubahan merupakan hasil belajar misalnya beberapa perubahan pada bayi yang tadinya tidak dapat memegang benda menjadi dapat memegang benda, bayi tidak dapat tengkurep menjadi dapat tengkurep, anak yang tadinya tidak dapat duduk menjadi dapat duduk, semua perubahan ini karena kematangan (maturation). Di samping itu ada pula jenis perubahan yang tidak dapat digolongkan sebagai hasil perubahan belajar, yaitu perubahan yang terjadi pada diri seseorang sangat singkat kemudian segera menghilang, misalnya seseorang dapat memperbaiki pesawat radio, seseorang dapat memecahkan perhitungan, jika mereka disuruh mengulangi lagi ia tidak dapat mengerjakannya, kecakapan tersebut belum ada dalam dirinya dan individu tersebut belum belajar untuk hal-hal tersebut.
Begitu pula dalam mempelajari Bahasa Arab yang bukan notabene menjadi bahasa sehari-hari anak, tentu memerlukan proses belajar yang tidak sebentar dan memerlukan keahlian dari pengajar.
Dalam diktat “Muzakkirah fi Tarikhi Tadrisi al-lugoti al-Arabiyyati Li Gairi al-Arab” yang ditulis oleh Prof. Abdul Aziz bin Nasir Shalih, dinyatakan bahwa Bahasa Arab berkeistimewaan dibanding bahasa-bahasa lainnya, karena Bahasa Arab sekaligus telah menjadi bahasa agama Islam; bahasa sumber ajaran Islam; bahasa kitab suci Islam sehingga dengan demikian sangat erat kaitannya dengan kaum muslimin. Oleh karena itu, sangat masuk akal kalau di mana ada kaum muslimin di situ  dipelajari Bahasa Arab. Dengan menguasai Bahasa Arab mereka memahami ajaran Islam secara benar.[1]
Hal ini dibuktikan dengan adanya lembaga-lembaga yang bernuansa Islam baik itu berupa sekolah maupun pondok-pondok pesantren yang notabene mengajarkan Bahasa Arab. Namun pada zaman yang serba canggih ini bukan hanya muslimin saja yang menjadi peminat  Bahasa Arab. Ini terbukti di Amerika misalnya, hampir tidak ada suatu perguruan tinggi yang tidak menjadikan Bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah. Contohnya adalah Harvard University, sebuah Perguruan Tinggi swasta paling terpandang di dunia yang didirikan oleh para  “Alim Ulama” protestan.  Dan Georgetown  University, sebuah universitas swasta katolik, keduanya mempunyai pusat studi Arab yang kurang lebih merupakan center for contemporary  Arab studies.[2]
Sehubungan dengan semakin banyaknya peminat Bahasa Arab, maka banyak para ahli-ahli bahasa yang mengarang dan menciptakan buku dan sarana lainnya guna menunjang keberhasilan dalam belajar Bahasa Arab. Selain itu para ahli juga menciptakan sistem dan metode pengajaran Bahasa Arab yang terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman.
Penggunaan media dalam pengajaran bahasa bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang, terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya.[3]
Media pengajaran juga mampu mempertinggi proses belajar mengajar siswa dan akan mendapatkan hasil yang tinggi. Ini sesuai dengan taraf berfikir siswa, di mana taraf berfikir manusia itu mengikuti tahap perkembangan, mulai dari berfikir konkrit ke abstrak, dari berfikir sederhana ke berfikir kompleks.
Di bawah ini dicantumkan beberapa alasan mengapa media pengajaran (media audio) dapat mempertinggi proses belajar siswa, antara lain :
a.    Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.   Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c.    Metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.   Siswa lebih banyak melakukan  kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti  mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.[4]
Berdasarkan inilah penulis merasa tertarik untuk membahas Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Guru dan media pendidikan hendaknya bahu membahu  dalam memberi kemudahan bagi siswa. Perhatian dan bimbingan secara individual dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik, sementara informasi dapat pula disajikan secara jelas, menarik dan teliti oleh media pendidikan.

B.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas. Penulis mencoba merumuskan dan mengajukan pokok-pokok permasalahan, sebagai berikut :
  1. Bagaimana penggunaan media audio dalam pengajaran kecakapan mendengar Bahasa Arab  pada siswa kelas I SMP Plus Assalam Bandung?
  2. Bagaimana hasil yang dicapai setelah menggunakan media audio dalam  proses belajar mengajar Bahasa Arab di kelas tersebut ?
  3. Apa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan media audio dalam pengajaran kecakapan mendengar Bahasa Arab pada siswa kelas I SMP Plus Assalam Bandung?
Media Audio
                 Penggunaan media dalam pengajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab berdasarkan teori yang mengatakan bahwa totalitas presentasi banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri. Sedangkan selebihnya melalui indra dengar dan indra lainnya.[5]
                        John M. Lennon  juga mengemukakan bahwa media pengajaran khususnya alat-alat pandang dapat menarik minat siswa; meningkatkan pengertian siswa; memberikan data yang kuat/terpercaya; memadatkan informasi juga memudahkan menafsirkan data.
                        Menurut Mudjiono dan kawan-kawan : “ Media pengajaran dapat membangkitkan motivasi belajar serta memberikan  stimulus bagi kemauan belajar. Hal ini seiring  dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. Mahmud Yunus dalam bukunya al-tarbiyyah wa al-ta’lim, sebagai berikut :
إنها أعظم  تأثيرا فى الحواس و أضمن للفهم........ فما راء كمن سمع.
Maksudnya adalah bahwa media pengajaran itu berpengaruh besar bagi indra dan lebih memudahkan ( dapat menjamin ) pemahaman ….. orang yang melihat tidak sama dengan orang yang hanya mendengar.
                        Lebih lanjut Dr. Abdul Alim Ibrahim menjelaskan bahwa media pengajaran  itu sangat penting, sesuai dengan ungkapannya :
تجلب السرور للتلاميذ و تجدّد نشاطهم و تحبب إليهم المدرسة إنّها تساعد على تثبيت الحقائق إذهان التلاميذ إنها تحي الدرس بما يتطلبه إستخدامها من الحركة و العملز.
                        Maksud ungkapan di atas adalah bahwa media pengajaran dapat membangkitkan rasa senang dan gembira siswa, dan memperbaharui semangat mereka. Rasa suka hati mereka untuk ke sekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para siswa, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media pengajaran.
                        Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi yang bersifat auditif sangat mendominasi kehidupan manusia. Demikian pula dalam kegiatan pengajaran, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, penggunaan komunikasi audio banyak dipergunakan dibandingkan dengan kegiatan komunikasi lainnya.[6]
            Pemanfaatan media audio dalam pengajaran terutama digunakan dalam :
1.   Pengajaran music literary (pembacaan sajak) dan kegiatan dokumentasi.
2.   Pengajaran bahasa asing, apakah secara audio ataupun secara audiovisual.
3.   Pengajaran melalui radio atau radio pendidikan.
4.   Paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi, yang memungkinkan siswa dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi.
Masih menurut Dr. Nana dan Drs. Rivai dalam bukunya “Media Pengajaran” ditulis bahwa karakteristik media audio umumnya berhubungan dengan segala kegiatan melatih keterampilan mendengarkan. Kalau diklasifikasikan kecakapan-kecakapan yang bisa dicapai meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.   Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian.
2.   Mengikuti pengarahan. Siswa mendengarkan suatu pernyataan singkat dan selanjutnya siswa harus menandai satu pernyataan yang paling cocok dari beberapa pernyataan pilihan jawaban.
3.   Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar. Siswa mendengarkan satu kalimat atau salah satu frase kalimat, kemudian menirukannya.
4.      Perolehan dari suatu konteks. Siswa harus menyempurnakan kalimat yang terdiri atas beberapa kata yang artinya bisa jelas setelah menyempurnakan kalimat itu dalam suatu konteks tertentu.
5.      Memisahkan kata atau informasi yang relevan dan yang tidak relevan.
6.      Mengingat dan mengemukakan kembali ide atau bagian-bagian dari cerita yang mereka dengar. Dalam hal ini biasanya disajikan suatu cerita pendek atau tulisan pendek, dan siswa mengungkapkannya kembali setelah selesai mendengarkan  cerita tersebut.
Berbeda dengan media pengajaran lainnya, media audio berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat kita kelompokkan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam dan laboratorium bahasa.
a)      Radio
Radio memiliki banyak kelebihan, diantaranya harga yang relatif murah; radio juga memiliki sifat mobile ( mudah dipindahkan ); jika digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio bisa mengatasi problem jadwal; dapat mengembangkan daya imajinasi anak, dan yang pasti radio sangat cocok atau tepat untuk mengajarkan musik dan bahasa.
b)   Alat perekam pita magnetic
Alat perekam pita magnetic (magnetic tape recording) atau lazimnya orang menyebut tape recorder adalah salah satu media pendidikan yang tidak dapat diabaikan untuk menyampaikn informasi, karena mudah menggunakannya. Ada dua macam rekaman dalam alat perekam pita magnetic ini yaitu  sistem full track  dan double track recording.
Sehubungan dengan skripsi yang dikaji penulis mengenai pengaruh media audio yaitu tape recorder, maka penulis akan membahas lebih jauh tentang tape recorder. Ada beberapa kelebihan alat perekam sebagi media pendidikan:
1.      Mempunyai fungsi ganda yang efektif sekali, untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya. Play back dapat dilakukan dengan segera setelah rekaman selesai pada mesin yang sama.
2.      Pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.
3.      Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya bisa dipakai lagi.
4.      Pita rekaman dapat digunakan sesuai jadwal yang ada. Guru dapat secara langsung mengontrolnya.
5.      Program kaset dapat menyajikan kegiatan-kegiatan atau hal-hal di luar sekolah (hasil wawancara atau rekaman-rekaman kegiatan).
6.      Program kaset bisa menimbulkan berbagai kegiatan (diskusi, dramatisasi dan lain-lain).
7.      Program kaset memberikan efesiensi dalam pengajaran bahasa.
c)      Laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam.
Dalam laboratorium bahasa murid duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk di ruang  kontrol lewat headphone. Pada saat dia menirukan ucapan guru dia juga mendengar suaranya sendiri lewat headphonenya, sehingga dia bisa membandingkan ucapannya dengan ucapan guru. Dengan demikian dia bisa segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.[7]
Menurut para pengembang pelajaran, media audio merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan dan mudah disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Sekali dikemas, materi pelajaran serta urutan penyajiannya jadi tetap, pasti dan dapat berfungsi sebagai media intruksional untuk belajar sendiri.
Program audio dapat diproduksi dan didistribusikan dengan biaya yang relatif murah apabila dipersiapkan secara tepat dan digunakan dengan baik. Namun, jika media tidak disain dan tidak digunakan dengan baik, ia justru akan menjadi pengganggu dalam kegiatan belajar siswa. Jadi sama halnya dengan media yang lain, penggunaan media audio harus dilakukan dengan keterampilan, seni dan perencanaan yang telah dikonsep dengan baik dan matang terlebih dahulu.
b.Teori Mendengar
Penulis mengutip dari buku John E. Warriner yang berjudul English Grammar and Composition menyatakan tentang teori mendengar. Dalam buku tersebut Warriner berpendapat bahwa mendengar yang baik adalah seperti di bawah ini :
  1. Menunjukkan sikap yang baik dalam mendengarkan ungkapan dalam setiap percakapan.
  2. Belajar beberapa teknik mendengarkan yang baik dengan cara mendengarkan tujuan pembicara, belajar memahami poin-poin yang disampaikan pembicara, dan seharusnya mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
  3. Mendengarkan secara seksama tugas yang diberikan oleh guru; mencatat tugas yang diberikan dengan tepat, jangan menyela saat guru memberikan soal, dan pastikan bahwa kita memahami semua intruksi yang diberikan. Jika tidak bertanyalah sesaat setelah guru selesai membacakan tugasnya.
  4. Belajar mendengarkan dengan kritis, ini berarti kita mampu membedakan antara fakta dan pendapat serta evaluasilah setiap pembicaraan. Saat kita mendengar guru menerangkan materi pelajaran hendaknya kita bertanya apakah pembicaraan itu logis dan ada bukti atau tidak ?
            Sedang dalam bukunya edisi yang kedua Warriner menyatakan :  “Listening well is an important part of learning”, bahwa mendengar yang baik merupakan bagian penting dari proses belajar.
  1. Kebiasaan merupakan cara belajar yang baik
Misalnya dengan membiasakan mendengar media baik itu berupa radio, kaset (tape recorder) atau bahkan televisi. Karena dengan itu semua kita akan merasakan belajar tanpa harus merasa tertekan, namun sebaliknya kita akan merasa santai. Tapi harus juga kita catat bahwa dalam memilih suatu media kita harus lebih selektif. Pilihlah media yang membuat kita lebih kreatif.
2.      Mendengarkan dengan baik bukan berarti hanya mendengarkan dengan santai melainkan mendengar dibarengi dengan berfikir.
3.      Dengarkan pembicaraan guru dengan fikiran yang terbuka, karena dasar mendengarkan yang baik adalah adanya minat dan tujuan.
4.      Jika kamu berniat menggunakan sebuah informasi hendaknya kamu selalu seksama dalam mendengarkan informasi tersebut. Dan kamu harus merekam dalam ingatan dengan jelas agar kamu bisa mengingatnya kembali saat kamu memerlukannya.
            Dalam bukunya edisi yang ke tiga Warriner juga menekankan bahwa sebagian besar dari waktu yang kita lewati adalah mendengar. Seperti ungkapannya sebagai berikut : “Each day you spend a large part of your time listening. You listen more than you speak, you speak more than you read, and you read more than you write”.
1.   Ingat-ingat tujuanmu untuk mendengar. Karena dengan mendengar kita akan mendapatkan informasi yang menguntungkan.
2.   Berikan perhatian penuh saat guru menerangkan materi pelajaran. Jika seseorang bertanya sesuatu pada guru cobalah untuk memahami pertanyaan tersebut sebelum mengetahui jawabannya.
3.   Jangan biarkan sesuatu mengganggu konsentrasi belajar sehingga siswa gagal memahami pesan yang guru sampaikan. Guru yang baik harus mempunyai konsep sebelum memberikan materi pelajaran. Dan siswa yang baik dapat melihat dan memahami setiap materi yang disampaikan oleh gurunya.
Evaluasi apa yang kita dengar. Sebagai pendengar yang baik selalu memikirkan apa yang sedang didengarkan. Sehingga kita bisa membedakan mana sebuah gagasan utama dan membedakan antara fakta (statemen yang dapat dibuktikan kebenarannya) dan pendapat (tidak dapat dibuktikan dan hanya sebagai sumbangan).

C. Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Wasty Soemanto (1987:88-89 ) mengutip pendapat James O. Whitter “ Learning may be difined as the process by which behavior originates or is altered through or experiences “. Cronbach ( 1957:47 ) juga menyatakan bahwa  “Learning is shown by change in behavior as a result of experience “. Sedangkan Howard Kingsley (1957:12 ) menyatakan bahwa : “Learning is the process by which behavior ( in the broader sense ) is originated or changed through practice or training “.
Dari definisi belajar di atas walaupun penyampaian berbeda-beda tetapi memiliki beberapa kesamaan, bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan di mana ia tinggal. Belajar juga merupakan kebiasaan. Dengan kata lain belajar adalah perubahan prilaku individu berkat pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungannya.
Begitu juga dalam proses belajar mengajar Bahasa Arab memerlukan belajar. Adapun belajar yang penulis maksudkan di sini adalah belajar Bahasa Arab dengan menggunakan media audio (tape recorder). Karena penulis mengutip pendapat John E Warriner, menyatakan bahwa : “ How well we learn, how well we get along with others, even how succsesfull we are in life, can depend in many ways on how well we listen “.
Bahwa seberapa baik kita belajar, seberapa baik kita bergaul akrab dengan orang lain, bahkan bagaimanapun suksesnya hidup kita dapat tergantung pada seberapa baik kita mendengarkan. Berdasarkan pernyataan di atas penulis berharap dengan belajar menggunakan media audio (tape recorder) mampu meningkatkan kecakapan mendengar Bahasa Arab siswa.
Belajar Bahasa Arab menggunakan media audio (tape recorder) membutuhkan konsentrasi, ketelitian dan kejelian serta bagi yang mempelajarinya harus mempunyai pendengaran yang baik.
Adapun pelaksanaan pengajaran kecakapan mendengar Bahasa Arab  sebagai berikut:
  1. Guru menyalakan tape Recorder, siswa mendengarkan.
  2. Mencatat apa saja yang siswa dengar dari tape recorder.
  3. Siswa mengecek kembali catatan mereka, apakah sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru dalam tape recorder.
  4. Guru mengulang beberapa kali materi yang diperdengarkan pada siswa dengan menggunakan tape recorder.
  5. Menerjemahkan  kalimat Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia yang mereka dengar dari tape recorder.
C. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Audio dalam Pengajaran Bahasa Arab Kelebihan
§  Siswa lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran Bahasa Arab.
§  Siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran Bahasa Arab.
§  Suasana kelas lebih tenang, karena siswa harus konsentrasi pada materi yang diajarkan dengan menggunakan media.
§  Memudahkan guru untuk menyampaikan materi  pelajaran.
§  Memudahkan siswa memahami materi pelajaran, karena dengan menggunakan tape recorder materi bisa diulang berulang-ulang kali.
§  Tidak mengeluarkan banyak dana, karena hanya membutuhkan kaset rekaman yang  berisi materi yang akan diajarkan.
1.   Kekurangan
§  Terbatasnya kaset rekaman yang mengajarkan tentang materi Bahasa Arab.
§  Tidak adanya laboratorium bahasa yang lebih intensif untuk mengajarkan Bahasa Arab dengan menggunakan media audio.
Demikian kelebihan dan kekurangan penggunaan media audio dalam pengajaran Bahasa Arab 
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
___________, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta; Rajawali Pers, 1987.
Arief Burhan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidkan, Surabaya, Usaha Nasional, 1982.
Arif  Sadiman dkk, Media Pendidikan, Jakarta; Rajawali Pers, cet. 3, 1993.
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003.
Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran dan Penilaian, Bandung; PT. Genesindo, 2002.
Depag RI, Kurikulum (GBPP) MTs. 1984.
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1989.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta; CTSD, 2002.
John E. Wrriner, English Grammar and Coposition, Jlid 1-3, Amerika, Harcourt Brace Javanovich.
Nana Sudjana, A. Rivai,  Media Pengajaran, Bandung; Sinar Baru, 1992.
_________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
___________, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran, Jakarta Belajar Untuk Pengajaran; LP FE UI, 1991.
Nasution MA, Teknologi Pendidikan, Bandung; Jemmars, 1987.
Pius A partanto, M. Dahlan AL-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya; ARKOLA, 1994.
Porter, Bobbi DE & Hernacki, Mike, Quantum Learning, Bandung; Kaifa, cet VII, 2000.
___________, Mark & Nouri, Sarah Singer, Quantum Teaching, Bandung;kaifa, 2000.
Rose, Colin, Kuasai Lebih Cepat, Bandung; Kaifa, cet II, 2003.
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya; Usaha Nasional, 1993.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Bina Aksara1986.
___________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta; Rineka Cipta, 1999.
Tadjab, MA, Ilmu Jiwa Pendidikan, Surabya; Karya Abditama, 1994.




[1] Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003), hal.136.
[2] Ibid, hal. 1.
[3] Ibid, hal. 75.
[4]Dr. Nana Sudjana, A. Rivai,  Media Pengajaran (Bandung; Sinar Baru, 1992), hal. 2.

[5] Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003), hal.136.
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta;Pustaka Pelajar, 2003), hal.75.

[6] Dr. Nana Sudjana, A. Rivai,  Media Pengajaran (Bandung; Sinar Baru, 1992), hal. 129.
[7] Arif  Sadiman dkk, Media Pendidikan, (Jakarta; Rajawali Pers, cet. 3, 1993), hal. 55.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Implementasi Media Audio dalam Pembelajaran Bahasa Arab"

Post a Comment