Image1

Makalah Sejarah Perkembangan Evolusi Makhluk Hidup Menurut Para Ahli

Evolusi Makhluk hidup | Sejarah perkembangan evolusi makhluk hidup | Teori evolusi makhluk hidup menurut para ahli |
EVOLUSI MAKHLUK HIDUP 

A.    Konsep-konsep Evolusi

Istilah evolusi tidak hanya dalam bidang biologi saja, karena dapat ditemukan adanya istilah evolusi kosmik, evolusi budaya, dan sebagainya.[1] Konsep-konsep evolusi dapat ditinjau dari konsep evolusi secara umum dan secara khusus  sebagaimana tersebut di bawah ini.
1.      Konsep Evolusi Secara Umum
Kata evolusi berasal dari bahasa Latin evolutio yang salah satu artinya adalah perkembangan.[2] Menurut kamus Webster's, kata evolusi berasal dari kata evolution, memiliki pengertian suatu perkembangan dari satu bentuk ke bentuk lain.[3]
Pandangan lain menyebutkan bahwa kata evolusi pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Spencer. Pandangannya tentang evolusi secara umum mengandung makna rasisme “yang kuat akan bertahan hidup".[4]  Konsep evolusi yang dikemukakannya belum berkaitan langsung atau belum spesifik memaknai proses evolusi makhluk hidup.
2.      Konsep Evolusi Secara Khusus
Konsep evolusi secara khusus ini dimaksudkan untuk menjelaskan kata evolusi dalam ilmu biologi. Evolusi makhluk hidup dapat didefinisikan sebagai perubahan pada makhluk hidup seiring berjalannya waktu. Tiga kata kunci dalam definisi evolusi di sini adalah perubahan, makhluk, dan waktu. Definisi  evolusi memiliki dimensi yang sangat luas, sehingga memerlukan pengetahuan berbagai bidang seperti biologi, genetika, antropologi biologis, antropologi kultural, biokimia, fisika, anatomi, zoologi, dan botani.[5] Dalam biologi, evolusi adalah teori yang menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari satu nenek moyang tunggal atau perubahan secara bertahap akibat seleksi alam pada suatu spesies yang dapat menghasilkan spesies baru.


B.     Sejarah Dan Perkembangan Teori Evolusi: Konsep Evolusi Makhluk Hidup

Teori evolusi menjadi terkenal setelah Charles Darwin (1809-1882) mengemukakan teorinya lewat karyanya yaitu The Origin of Species (1859). Namun bukan berarti bahwa konsep evolusi pertama kali dirintis oleh Darwin. Konsep evolusi sebenarnya telah dikemukakan sejak berabad-abad yang lalu oleh para pemikir maupun filosof.
Secara sistematis, kajian pokok sejarah dan perkembangan teori evolusi dapat diklasifikasikan dalam tahapan atau masa-masa sejak pra-Darwin hingga teori sintesis modern.
1. Teori Evolusi Masa pra-Darwin
Pada masa pra-Darwin teori evolusi tidak mendapatkan dukungan. Pada masa Leonardo da Vinci (1452-1519), dikenal adanya teori catastrophism menyatakan bahwa di bumi ini secara berkala terjadi bencana alam besar yang dapat memusnahkan seluruh makhluk hidup, kemudian setelah bencana berakhir akan diciptakan makhluk hidup baru. Teori ini mendapat dukungan dari kalangan agama (gereja). Salah satu tokoh atau bapak anatomi yang menentang teori evolusi dan sepakat dengan teori catastrophism adalah Baron Georges Cuvier (1769-1832).[6] Ilmuwan se-zaman yang menyanggah teori catastrophism dan mengemukakan teori baru, yaitu uniformitarianism adalah Charles Lyell (1797-1875). Teori ini menggambarkan tentang peristiwa alam hingga terjadi pelapisan-pelapisan, endapan yang di dalamnya tertimbun berbagai macam fosil. Teorinya dianggap menyokong teori evolusi di masa selanjutnya. Pada abad ini juga muncul evolusionis terkemuka, yaitu J. B. Lamarck (1744-1829), yang terkenal dengan evolusi pada perubahan bentuk tubuh, misalnya perubahan pada ukuran leher jerapah.[7]
Ilmu pengetahuan terus berkembang, teori Lamarck pun mengalami goncangan dan kritikan, namun masih ada evolusionis yang masih memperkuat gagasan Lamarck dan penganut baru ini terkenal dengan sebutan Neo-Lamarckisme. Agust Weismann (1834-1914) adalah salah satu sarjana yang menolak gagasan teori Lamarck.[8]
Teori Lamarck yang juga dikenal dengan teori karakter perolehan dianggap tidak berlaku lagi karena pola pewarisan pada generasi yang diturunkan adalah plasma benih bukan plasma tubuhnya sehingga tidak dapat menjelaskan tentang karakter genetis dan karakter somatik yang diturunkan.[9] Sebagai contoh jerapah mengalami perubahan anatomi bagian tubuhnya yaitu leher dapat memanjang karena faktor lingkungan untuk memperoleh makanannya yang tinggi. Menurutnya perubahan anatomi tersebut diwariskan pada generasi berikutnya.[10]

2.  Teori Evolusi Masa Darwin
Charles Darwin (1809-1882), adalah evolusionis pertama yang memiliki argumen paling lengkap tentang konsep evolusi. Naturalis Inggris ini terkenal setelah karyanya yang berjudul The Origin of the Species by Means of Natural Selection on the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life (1859) terbit. Ketika dalam pelayarannya dengan menggunakan kapal HMS Beagle, ia sangat terkesan oleh beberapa kenyataan tentang penyebaran makhluk hidup yang mendiami Amerika Selatan.[11] Darwin menganggap penting penelitiannya atas penyebaran geografik tersebut melalui beberapa fakta-fakta yang ditemukannya. Fakta besar yang mencolok adalah adanya kemiripan dan ketidakmiripan organisme penghuni berbagai kawasan. Pola distribusi, perbandingan kondisi fisik geografi, perubahan iklim, serta perbedaan wilayah utara-selatan dapat mempengaruhi penyebaran geografi. Darwin mencontohkan penghuni laut di pantai-pantai timur dan barat Amerika Selatan sangat berbeda, serta sangat sedikit kerang Crustacea dan Echinodermata yang sama. Sedangkan Gunther sebagaimana dikutip oleh Darwin, menyebutkan bahwa sekitar 30% dari ikan-ikan penghuni wilayah laut yang berseberangan di Panama adalah sama.[12] Fakta tersebut menjelaskan bahwa pantai tersebut sebelumnya merupakan bentangan luas samudera yang terbuka, sehingga dapat disimpulkan bahwa spesies tersebut semoyang. Penjelasannya dalam The Origin of Species tentang berbagai jenis makhluk hidup, merupakan penjelasan tentang produk sejarah makhluk hidup yang diturunkan dari moyang bersama. Mekanisme dasar evolusi Darwin berupa seleksi alam pada variasi hereditas menjadi salah satu kajian sah dalam biologi evolusi.[13] Kekagumannya terhadap keanekaragaman makhluk hidup tersebut memotivasinya untuk mengadakan penelitian.
Keanekaragaman makhluk hidup yang ditemukannya saat pelayaran, menurut Darwin terjadi karena perubahan evolusioner melalui seleksi alam. Fakta-fakta yang ditemukan di kepulauan Galapagos merupakan fakta-fakta pendukung konsep evolusi seleksi alam Darwin. Pokok-pokok evolusi menurut Darwin adalah makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk hidup pada masa silam dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Pada pokok teori evolusinya,[14] Darwin menjelaskan bahwa keanekaragaman spesies sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungannya.
Beberapa kelemahan teori Darwin mengenai proses dan mekanisme seleksi alamnya adalah bahwa Darwin belum dapat menjelaskannya dari segi genetika (ilmu genetika modern) meskipun Darwin saat itu sudah menggunakan domestikasi sebagai model seleksi alamnya. Pada masa yang sama Mendel sudah melakukan penelitian pada persilangan tanaman Ercis atau Buncis, tapi penelitiannya belum dikenal oleh kalangan ilmuwan sehingga teori genetika Mendel belum sepopuler saat sekarang. Kesahihan teori evolusi dalam hal pewarisan genetik menjadi lebih kuat setelah Mendel mengemukakannya sebagai suatu teori (genetika) yang dapat digunakan sebagai pendukung konsep evolusi dari sisi genetikanya.

3.  Teori Evolusi Sintesis Modern
Teori evolusi yang umum diterapkan dalam ilmu biologi saat sekarang adalah sintesis modern. Teori ini dianggap sebagai teori terbaru dan masih diberlakukan dalam ilmu biologi evolusi karena sampai saat ini belum ditemukan teori alternatif sebagai penggantinya. Teori sintesis modern ini terdiri atas Neo-Darwin dan hukum pewarisan Mendel.
Sebagaimana yang pernah diulas dalam teori Darwin tentang spesiasi juga masih dikaji dalam teori sintesis modern. Teori evolusi pun mengalami perkembangan setelah adanya masukan-masukan dari beberapa ilmuwan seperti Dobzhansky (1937), Mayr (1944/1963), Simpson (1944), Rensth (1947/1960), Stebbins (1950), dengan kesimpulan bahwa mereka memandang konsistensi sintesis modern dengan muatan genetika, sistematika, fakta-fakta penting paleontologi, fenomena mikroevolusi yang cukup memadai sebagai penjelas bagi makroevolusi, serta penjelasan tentang perubahan gen dalam tumbuhan dan hewan.[15] Berdirinya Evolution: The Modern Synthesis (1942) atau neo-Darwinian, menurut Julian Huxley merupakan teori yang paling komprehensif tentang sintesis genetika dan sistematika.[16] Esensi dari teori sintesis modern adalah suatu penjelasan tentang populasi-populasi yang mengalami perubahan secara gradual sebagai akibat dari peristiwa seleksi alam pada individu-individunya.[17]

C.    Proses Evolusi Makhluk Hidup

Konsep-konsep evolusi yang telah dijelaskan di atas, serta tinjauan singkat tentang sejarah dan perkembangan teori evolusi dalam beberapa pandangan dan tokohnya, akan semakin jelas jika disertai dengan penjelasan singkat mengenai faktor-faktor penting dalam mekanisme proses evolusi.
1.      Pola Evolusi Makhluk Hidup
Savage (1969) dan Pope (1984), sebagaimana dikutip oleh Boy Rahardjo dalam buku Evolusi, menyebutkan bahwa berdasarkan temuan fosil dan keanekaragaman kehidupan yang ada di bumi ini adalah hasil dari kelangsungan evolusi melalui tiga pola dasarnya. Tiga pola dasar evolusi yang diajukan oleh tokoh di atas adalah pola sekuensial (berjenjang), divergen (memencar), dan parallel (sejajar).[18]
Perubahan-perubahan kecil yang terjadi dalam lungkang gen pada suatu populasi akan berlangsung dari suatu generasi ke generasi berikutnya, terkait dengan frekuensi genotip dan kisaran variasi fenotipnya. Pola ini disebut dengan pola sekuensial (berjenjang). Salah satu contohnya adalah evolusi pada kupu-kupu Panaxia dominula, dengan alasan bahwa salah satu dari generasi kupu ini yang mampu bertahan hidup pada musim dingin sangat terbatas.[19]
 Pola dasar evolusi yang kedua adalah evolusi divergen yang terjadi berdasarkan temuan fosil oleh para ilmuwan, memperlihatkan bahwa adanya perkembangan populasi baru sebagai fragmentasi atau sempalan dari populasi lama. Sebagai contoh adalah perkembangan "mammalia berkuku belah" memiliki nenek moyang sama dengan "mammalia berkuku tunggal".[20]
Pola dasar evolusi yang ketiga adalah pola parallel (sejajar). Pope (1984) dalam Boy Rahardjo, mengajukan pola ini untuk menjelaskan pola evolusi yang menunjukkan kecenderungan yang terpisah antar populasi tapi memiliki moyang yang sama. Pope mencontohkan pola ini pada kesamaan jenis kera yang berkembang di Amerika dan di Eropa, meskipun telah mengalami pemisahan secara bertahun-tahun.[21]
2.      Elemen Pokok Evolusi Makhluk Hidup
Di samping ketiga pola dasar evolusi di atas, hal lain yang sama pentingnya dalam menjelaskan tentang mekanisme evolusi adalah elemen-elemen dasar yang mendukung terjadinya proses evolusi menurut para ahli biologi serta evolusionis.
Elemen dasar atau faktor yang dimaksud adalah elemen penting dalam perubahan-perubahan evolusioner pada generasi berikutnya. Elemen tersebut adalah; mutasi, seleksi alam, dan hanyutan genetik. Dengan keterlibatan faktor genetik sebagai salah satu agen dalam elemen dasar dapat menghasilkan variasi pada makhluk hidup. Perubahan evolutif juga dipengaruhi oleh beberapa agen yang menimbulkan variabilitas, di antaranya melalui mutasi. 
Gen sebagai bahan dasar evolusi (raw material) dengan variasi genetiknya akan dihasilkan melalui beberapa sumber atau penyebab. Variasi genetik sendiri dapat disebabkan oleh mutasi dan rekombinasi seksual.[22] Keduanya terjadi melalui proses acak yang dapat menghasilkan variasi genetik. Mutasi juga dapat menciptakan alel-alel baru, sebagai contoh mutasi pada substitusi gen seperti satu nukleotida (G) untuk nukleotida lainnya (T).[23] adapun variasi genetik pada rekombinasi seksual, proses percampuran sendiri kromosom pada saat proses meiosis dan fertilisasi dapat terjadi antara gamet yang berbeda.[24]
Elemen yang pertama adalah mutasi. Mutasi adalah perubahan sifat yang diwariskan secara acak dalam DNA yang menghasilkan alela baru (gen baru) sebagai hasil pengaturan kembali kromosom ke dalam gene pool.[25] Mutasi dapat terjadi secara spontan serta menyebabkan terjadinya variasi dalam populasi. Contoh populer dari mutasi adalah pada lalat buah (Drosophyla melanogaster), dalam kasus ini terjadi pemunculan seketika gen yang menentukan warna mata putih pada lalat buah yang normalnya adalah berwarna merah.[26] Mutasi dapat juga terjadi pada materi kromosom atau gen dan kromosom yang berlangsung bersamaan. Mutasi juga dapat terjadi melalui rekombinasi atau perubahan pada percampuran gen yang bersifat heterozigot.
Elemen dasar pendorong evolusi yang kedua adalah seleksi alam. Seleksi alam adalah peningkatan reproduksi individu yang memiliki fenotip yang lebih baik untuk bertahan hidup dan bereproduksi dalam lingkungan yang khusus. Salah satu contohnya adalah kupu-kupu Biston betularia yang dikoleksi oleh kolektor kupu Inggris abad ke-19.  Kupu ini memiliki ciri khas "warna pelindung" ketika berada di alamnya. Dengan kelebihan ini kupu tersebut dapat terhindar dari predatornya. Para pakar peneliti mengatakan bahwa kasus ini terjadi karena melanisme industrial yang menyebabkan perubahan frekuensi kupu-kupu berwarna hitam semakin bertambah secara perlahan-lahan.[27]
Elemen dasar ketiga adalah berupa hanyutan genetik. Hanyutan genetik adalah proses atau peristiwa fluktuasi genetik secara acak terhadap frekuensi gen dalam satu populasi kecil yang dapat mengakibatkan kepunahan, atau malah justru semakin mantapnya sebuah gen. Hal ini selaras dengan kaidah teori Hardy-Weinberg yang memperkirakan terjadinya saling kawin antar individu dalam populasi. Populasi akan mengalami stabilitas jika agen-agen evolusi di atas juga terdapat adanya gene flow, genetic drift,[28] serta perkawinan tak acak tidak bekerja (menurut hipotesis Hardy-Weinberg). Jika anggota populasi dibiarkan kawin satu sama lain, dengan segera terbentuk  proporsi konstan pada genotip seperti halnya proporsi konstan gen.[29]
3.      Spesiasi
Percabangan spesies dalam evolusi adalah bagian utama yang berperan dalam menjelaskan garis keturunan dari makhluk hidup terdahulu. Spesiasi merupakan evolusi rangkaian bentuk morfologi yang baru, yang jelas ciri-cirinya, dan hanya bisa saling kawin di kalangan sesamanya.[30] Untuk lebih jelasnya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga model spesiasi yang telah diterapkan dalam teori evolusi, yaitu: spesiasi allopatrik (allopatric speciation), spesiasi parapatrik (parapatric speciation) dan spesiasi simpatrik (sympatric speciation).[31]
Spesiasi allopatrik adalah spesiasi yang terjadi ketika pemisahan daerah geografi mencegah gene flow dan selanjutnya mengarah pada isolasi geografi. Pemisahan geografi dapat terjadi dalam waktu yang relatif pendek, seperti ketika sedikit individu-individu tersebar jauh dari kisaran distribusi normal populasi atau terbentuknya spesies baru sebagai akibat dari populasi moyangnya yang terisolasi oleh hambatan geografik.[32] Spesiasi alopatrik bermula dari satu dengan distribusi geografi yang berkesinambungan, misalnya anggota spesies tertentu yang terisolasi secara geografis dari yang lain, karena daratan yang memisahkan spesies yang sebelumnya berhubungan secara berkesinambungan oleh sungai.[33] (gambar. 1)







Keterangan skema spesiasi alopatrik: A. Pemisahan gen ke dalam isolasi populasi geografik. B. Seleksi divergen. C. Isolasi reproduktif pada hubungan sekunder.[34]

Spesiasi parapatrik yaitu munculnya spesies baru melalui populasi yang masih dapat mempertahankan interbreeding dimanapun karena letaknya berdekatan.[35] Spesiasi ini disebut juga spesiasi semi geografi (semi geographical speciation) yang dihasilkan oleh populasi yang hidup berdekatan tetapi distribusi geografinya tidak bersamaan waktunya.[36] Spesiasi ini juga disebut antara (intermediate) simpatrik dan alopatrik, karena argumen pro dan kontra teori ini banyak kesamaannya dengan argumen untuk spesasi simpatrik.[37] (gambar. 2)






Keterangan skema spesiasi parapatrik: Skema menunjukkan interaksi pemisahan genetik dan diferensiasi dalam spesiasi. Pemisahan genetik diwakili oleh pemisahan pada lingkaran (gene pool), diferensiasi morfologi yang diwakili oleh penambahan warna yang kontras.[38]

Spesiasi simpatrik adalah munculnya spesies baru dari populasi yang sama. Pada mulanya teori spesiasi simpatrik dinyatakan sebagai konsep yang menjelaskan tentang munculnya spesies baru melalui seleksi distruptif yaitu seleksi yang menyebabkan peningkatan variasi sifat-sifat poligen.[39] Pada spesiasi ini proses divergensi terjadi tanpa pemisahan geografis dari populasi. Jika kekuatan seleksi alam cukup besar, spesiasi dapat terjadi dalam konteks interbreeding.[40] (gambar.3)



Keterangan skema spesiasi simpatrik: A. Perbedaan kecil yang mencolok pada pemisahan genetik populasi tunggal. B. Diferensiasi lebih lanjut dan pemisahan genetik menghasilkan isolasi reproduktif yang lengkap.[41]

D.    Fakta-fakta Evolusi: Bukti Pendukung Proses Evolusi Makhluk Hidup

Berdasarkan kajian terhadap bukti-bukti evolusi makhluk hidup, maka bukti tersebut dapat kita klasifikasikan ke dalam dua bagian besar yaitu bukti secara langsung dan bukti tidak langsung.[42] Salah satu bukti langsung yang paling berpengaruh adalah adanya temuan-temuan berupa fosil[43] makhluk hidup di bumi ini. Adapun bukti evolusi kategori bukti tidak langsung antara lain bukti morfologi dan anatomi perbandingan, embriologi, biokimia, genetika, domestikasi, dan sebagainya.
Benyamin (1997) dalam artikel Waktu dan Evolusi, menyebutkan setidaknya terdapat enam bukti pendukung yang menunjukkan adanya evolusi makhluk hidup (ringkasan dari bukti langsung serta bukti tak langsung), yaitu;
"1). Fosil berkembang ketika mineral-mineral dideposit ke dalam tulang dan jaringan keras lain seperti gigi, pada organisme yang telah mati. Matriks organik dalam organisme tersebut mengalami mineralisasi sehingga mengeras bagaikan batu (membatu) dan terawetkan selama berjuta-juta tahun kemudian. Fosil dapat digunakan untuk meneliti serial perubahan struktur organisme yang telah punah. 2). Organisme yang berbeda bisa memiliki ciri anatomis yang mirip (homolog) dan menunjukkan silsilah keturunan dari pendahulu yang secara umum sama. 3). Struktur vestigial adalah struktur yang berkembang minimal untuk keperluan marginal yang mewakili sisa-sisa struktur yang dulunya berkembang dan berfungsi sempurna. 4). Embrio minggu pertama pada vertebrata menunjukkan persamaan struktur sehingga mewakili adanya hubungan evolusioner. 5). Persamaan sekuens protein dan DNA menunjukkan hubungan evolusioner. 6). Perubahan geologis dapat menerangkan variasi pada distribusi tanaman dan hewan."[44]

Agar penjelasan tentang bukti evolusi makhluk hidup menurut teori evolusi (sintesis modern) lebih terarah, maka bukti-bukti tersebut diklasifikasikan ke dalam pokok kajian sebagai berikut:

  1. Bukti Paleontologi: Rekaman Fosil
Penemuan-penemuan fosil sebagai bukti paleontologi setidaknya telah menjelaskan mata rantai kehidupan  yang pernah ada di bumi. Dalam lapisan sedimentasi yang telah terbentuk jutaan tahun yang lalu tersimpan banyak kisah nyata kehidupan yang telah punah maupun yang masih ada hingga sekarang. Terbukti dalam struktur batuan sedimen sejak periode pre-kambrium yang antara lain di dalamnya ditemukan fosil mikroba sampai pada lapisan resen (lapisan bumi teratas sekarang ini menunjukkan tingkat keanekaragaman hayati yang ada di bumi.[45] Misalnya pernah ditemukannya fosil bangkai gajah raksasa (gajah purba) Mammouth yang memfosil dan terawetkan dalam lapisan es di Siberia.[46]
Simpson (1969) dalam Boy Rahardjo, menjelaskan keterkaitan antara fosil dan evolusi dapat diketahui melalui fungsinya sebagai berikut:
“1). Temuan berbagai macam fosil dapat menunjukkan hubungan filogenetik antar kelompok taksonomi. 2). Waktu pemunculan awal suatu organisme merupakan cerminan terjadinya adaptasi umum. 3). Perubahan fosil suatu kelompok organisme ke kelompok berikutnya memperlihatkan kecepatan evolusi yang berbeda. 4). Perkembangan fosil juga memperlihatkan munculnya kecenderungan evolusi. 5). Berbagai fosil organisme yang berkerabat memperlihatkan pola evolusi yang terjadi”.[47]
Fosil Archaeopteryx adalah gambaran seekor hewan intermediet antara burung masa kini dengan reptilia yang diduga sebagai moyang burung masa kini. Archaeopteryx diperkirakan hidup pada zaman Jura. Ciri-ciri hewan ini adalah bergigi, ekor, cakar pada sayap sebagai ciri reptil. Hewan ini juga memiliki bulu pada sayapnya sehingga disebut burung dan ciri ini tidak lagi ditemukan pada burung zaman sekarang.[48] Demikian juga dengan semut Sphecomyrma yang ditemukan di New Jersey, dan menurut teori evolusi hal ini bukanlah missing-links karena semut ini berasal dari evolusi tawon tabukan.[49]
Penemuan fosil-fosil organisme yang terawetkan dalam batuan sedimen (sebagaimana diulas dalam bukti evolusi dari paleontologi di atas), mengarahkan pada penunjukan adanya organisme primitif masa lampau yang mengalami perkembangan menuju kompleksitas yang lebih besar, terbukti dengan diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup yang ada sekarang ini. Fosil dapat digunakan untuk  menjelaskan adanya evolusi makhluk hidup, yaitu adanya gagasan yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup saat ini memiliki moyang yang sama. Secara tidak langsung hal itu menyatakan bahwa pada masa lampau terdapat lebih sedikit jenis makhluk hidupnya dan bersifat lebih sederhana. Sebagai contoh, Grand Canyon dengan lapisan batuan sedimen, lapisan terdalam yang tertua, maka di dalamnya akan semakin berkurang jumlah temuan fosil jenis makhluk hidupnya. Fosil reptilia terdapat di lapisan tanah yang secara geologi lebih muda, sedang fosil cacing terdapat dalam lapisan tanah yang lebih tua.[50]
  1. Bukti Homologi
Struktur makhluk hidup jika diamati dari segi morfologi dan anatomi perbandingan, ternyata ada beberapa organ yang memperlihatkan adanya organ homolog.[51] Struktur homolog organ makhluk hidup adalah struktur organ yang secara filogenetis sama, namun fungsinya dapat berlainan. Misalnya, studi tentang struktur homolog pada beberapa tubuh anggota vertebrata, yaitu struktur tulang tangan dan jari pada manusia, sirip ikan paus, dan sayap kelelawar yang dianggap oleh beberapa ahli biologi sebagai organ homolog. Perbedaan fungsinya dapat diketahui, misalnya sayap burung untuk terbang sedangkan tangan manusia untuk memegang.
Homologi pada morfologi dan anatomi perbandingan pada vertebrata tersebut diperkirakan sebagai bukti adanya evolusi makhluk hidup. Selain dari ciri-ciri homologi di atas, ada beberapa bukti evolusi lainnya meski bukti tersebut masih menjadi kajian yang serius dalam biologi adalah ciri homologi lainnya berupa bagian-bagian otak, Arcus aortae (lengkung pokok nadi), Arcus visceralis (lengkung tulang insang), alat-alat persisaan pada makhluk hidup, dan sebagainya.[52]
Struktur homologi perbandingan antar vertebrata merupakan bukti pendukung mereka memiliki tipe moyang sama. Studi tentang sayap pada burung, kaki katak, lengan manusia, sayap kelelawar dan sirip ikan paus, adalah contoh kajian pokok tentang struktur homolog. Perbandingan morfologi yang berbeda adalah disebabkan karena organ tersebut telah teradaptasi oleh peran dan fungsi organ masing-masing dalam kehidupannya. Kajian tentang struktur dan perkembangan organ homolog menunjukkan bahwa organ tersebut berkembang dari asal atau moyang yang sama, hubungan yang sama dengan tubuhnya, dan menunjukkan adanya kesamaan berupa tulang dan otot meskipun fungsi organ-organ tersebut berbeda-beda. Organ-organ tersebut adalah homolog dengan yang lainnya.[53] (lihat gambar di bawah ini)

Keterangan gambar kerangka lengan hewan invertebrata:
Urutan dari kiri ke kanan: manusia, paus, kelelawar dan burung. Terdiri atas; A. Tulang belikat. B. Upper arm bones (tulang lengan atas; humerus), C. Lower arm bones (lengan bawah; radius dan ulna), dan tulang telapak tangan; carpals, metacarpals dan ruas jari.
Selain bukti homologi di atas, menurut Mark Ridley argumentasi homologi yang juga mendukung adanya proses evolusi makhluk hidup, salah satunya adalah fakta persamaan homolog yang mendefinisikan 14 jenis burung Finch di kepulauan Galapagos Amerika Selatan sebagai hasil keturunan satu moyang yang sama. Ia menjelaskan, andaikata ke 14 burung Finch diciptakan secara terpisah, maka tidak seharusnya dikatakan bahwa semua itu memiliki bersama homologi Finch, meskipun ke 14 jenis akhirnya memiliki ciri-ciri paruh yang berbeda-beda.[54]
  1. Bukti Embriologi
Ciri lainnya yang terdapat kemiripan dalam proses perkembangan pada vertebrata adalah termasuk dalam bukti embriologi. Berupa tahapan perkembangan yang memperlihatkan keseragaman yang mencolok sejak masa cleveage (pembelahan), morfogenesis, maupun tahap diferensiasi awal. Keseragaman pada tahapan ini diperkirakan sebagai bagian dari penjelasan tentang mekanisme evolusi yang menunjukkan kesamaan moyang.[55] Ernst Haeckel seorang ahli Jerman abad ke-19 menyatakan bahwa fase embrionik  kelompok makhuk hidup maju telah merekapitulasi beberapa karakter moyangnya. Ia juga menegaskan bahwa perkembangan ontogeni merekapitulasi filogeni.[56]
Perkembangan embrio berbagai jenis hewan vertebrata menunjukkan adanya hubungan kekerabatan antara satu dengan lainnya. Tahapan perkembangannya berawal dari sebuah zigot kemudian mengalami perkembangan menjadi embrio melalui tahapan-tahapan, yaitu morula, blastula, dan gastrula, sebagaimana gambar di bawah ini.
          Ikan  Salamander   Kura-kura    Burung     Mammalia     Manusia










Keterangan : Fase embrionik pada beberapa vertebrata menunjukkan persamaan ciri-ciri eksternal pada fase awal embrio-embrio vertebrata.
  1. Bukti Biogeografi
Keberadaan organisme kosmopolitan dan organisme endemik adalah sebagian bukti melalui pola sebaran biogeografik. Sebagaimana organisme yang ada sekarang, menurut AR. Wallace keberadaannnya tersebut membuktikan adanya kekerabatan antar kelompok organisme. Dalam penelitian yang dilakukan secara terpisah dengan naturalis Darwin, AR. Wallace mengemukakan bahwa berdasarkan populasi hewan, benua di dunia terbagi atas enam wilayah (realm). Tingkat keanekaragaman makhluk hidup yang terbesar adalah terdapat dalam dua wilayah tropis yaitu Ethiopia (Afrika tropis) dan Oriental (Asia tropis dan pulau-pulau dekat lepas pantai). Hal tersebut juga ditunjukkan oleh bukti paleontologi yang menurutnya bahwa di wilayah ini sebagian besar jenis tumbuhan dan hewan merupakan hasil dari evolusi jenis makhluk hidup sebelumnya.[57]
Studi tentang penyebaran spesies yang dilakukan Darwin ketika dalam pelayarannya, antara lain tentang keberadaan burung-burung endemik di kepulauan Galapagos Amerika Selatan. Menurut Darwin di kepulauan tersebut terdapat 26 jenis burung darat. Spesies burung tersebut harus bersaing dengan pendatang baru, ada pula yang terjadi saling kawin dan akan ada kecenderungan bermodifikasi. Terjadinya persilangan reproduktif tersebut akan memproduksi kelompok-kelompok dengan keturunan yang termodifikasi.[58]
Hasil pengamatan Darwin di kepulauan Galapagos yang sangat dikenal dalam teori evolusi adalah beranekaragamnya jenis burung yang diduga satu moyang yaitu Finch. Selama pengamatannya di kepulauan Galapagos, Darwin menemukan 14 spesies burung Finch. Keempat belas jenis burung Finch yang ada di beberapa pulau di kepulauan Galapagos memiliki peran berbeda sebagaimana jenis burung di benua yang tidak ada kaitannya dengan Finch. Salah satu contohnya adalah burung Pelatuk. Jenis burung lainnya adalah burung Kutilang pengacau yang menyerupai burung berkicau yang diklasifikasikan oleh Darwin sebagai satu jenis Finch. Menurut Mark Ridley, kajian yang lebih mendalam tentang 14 spesies burung di kepulauan Galapagos membuktikan bahwa burung-burung tersebut benar-benar Finch.[59]
  1. Bukti Domestikasi
Darwin juga mengajukan penelitiannya tentang domestikasi yang memberikan gambaran terjadinya evolusi melalui pembudidayaan yang banyak dilakukan secara sengaja oleh manusia terhadap hewan ternaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam Variation Under Domestication Bab. I, antara lain menjelaskan bahwa pola budidaya yang dilakukan oleh manusia terhadap tanaman budidaya serta ternaknya telah menimbulkan varibilitas spesies, hingga menyebabkan sulitnya untuk membedakan antara varietas dengan spesies itu sendiri, baik pada budidaya tumbuhan maupun hewan.[60] Bagaimanapun hasil dari pola domestikasi tersebut tidak perlu dikhawatirkan sejauh hal itu dilakukan untuk keperluan kesejahteraan manusia.
Pembudidayaan serta pengembangan varietas tumbuhan dan hewan bukan berarti untuk menciptakan spesies baru, meskipun dalam proses ini sering diperlakukan berbeda dengan moyangnya. Apabila hasil domestikasi berupa variabilitas spesies dapat menguntungkan manusia, berarti telah terjadi perubahan evolusi yang menguntungkan, misalnya adanya penemuan varietas baru bagi kemajuan budidaya ternak.[61]
  1. Bukti Biokimia
Selain bukti evolusi di atas, teori evolusi juga memaparkan bukti-buktinya dari aspek fisiologi, biokimia, maupun genetika. Imunologi atau kajian tentang reaksi-reaksi yang lebih akrab dengan proses biokimiawi, menurut beberapa pakar dapat menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yaitu berupa "hubungan darah" antar organisme. Hubungan darah tersebut dapat menunjukkan tingkat kekerabatan antar makhluk hidup , hanya saja setiap organisme memiliki prosentase yang berbeda, sebagai contoh prosentase hubungan darah kera dengan manusia adalah 85%.[62] Komposisi biokimia dan fisiologi hormon tertentu pada ikan, mamalia, bahkan sampai manusia sebagian besar adalah sama. Sebagai contoh hormon Insulin memiliki kesamaan fungsi antar organisme, dimana pada manusia dapat digunakan sebagai bahan pengobatan kencing manis yang tidak perlu diambilkan dari pankreas orang meninggal tapi dapat diambilkan dari hewan ternak.[63]
Struktur biokimia makhluk hidup tersusun dari senyawa-senyawa organik, antara lain berupa protein. Senyawa protein terdiri atas polipeptida-polipeptida dan mengandung urutan-urutan asam amino. Urutan asam amino antar mahkluk hidup yang berkerabat jauh, ternyata memiliki sejumlah persamaan. Studi biokimia tentang urutan asam amino pada enzim sitokrom, misalnya sitokrom C ternyata diketahui bahwa di dalamnya mengandung banyak informasi genetik yang sama pada berbagai makhluk hidup yang sulit untuk dijelaskan. Salah satu cara untuk menjelaskan proses ini adalah dengan teori evolusi. Sebab, kesamaan tersebut telah menjelaskan tentang pola pewarisan gen dari nenek moyang yang sama.[64]
  1. Bukti Molekuler
Teori evolusi yang erat sekali dengan konsep "keturunan" pada makhluk hidup, menjadi semakin kuat dengan bukti-bukti  genetiknya. Selain Mendel sebagai peletak dasar ilmu pewarisan, beberapa ahli genetika lainnya seperti RA Fisher (Inggris) dan S Wright (Amerika), mengungkapkan pandangannya bahwa evolusi berlangsung tidak pada sebuah gen atau individu tetapi melalui sekumpulan gen atau individu yang disebut populasi yang terdiri atas lungkang gen (gene pool), salah satu akibat dari seleksi alam atau mekanisme lain yang menyebabkan perubahan komposisi gen dalam suatu populasi.[65] Bukti genetik yang lebih menggambarkan adanya hubungan kekerabatan organisme adalah pada kode genetiknya. Salah satu sifat dari kode genetik (triplet) adalah bahwa kode tersebut berlaku universal dan kode yang sama berlaku untuk semua jenis makhluk hidup.[66]
Menurut Motoo Kimura ilmuwan Jepang, apabila dua spesies baru berkembang dari satu nenek moyang sama, DNA mereka, termasuk molekul protein perlahan-lahan mulai berubah dan membangun perubahan-perubahan. Kimura menyebutkan bahwa perubahan asam amino dalam molekul protein merupakan proses "mutasi netral", yaitu tanpa mempengaruhi bagaimana protein tersebut bekerja di badan. Menurutnya, yang terjadi adalah seolah-olah molekul-molekul di dalam tubuh yang membawa sebuah jam yang berdetak stabil dan menciptakan rekaman tentang masa lalu. Sebagai contoh, "penyidik-jarian DNA" dan perbandingan protein pada sistem kekebalan.[67]





[1] Boy Rahardjo, Evolusi, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1995), hlm. 2.
[2] K. Prent dkk., Kamus Latin-Indonesia, (Semarang: Kanisius, 1969), hlm. 296.
[3] Ralph Taylor (ed.)., Webster's  World University Dictionary, (Washington. D. C: Publishers Company Inc., 1965),  hlm. 334.
[4] Keith Ward, Dan Tuhan Tidak Bermain Dadu, terj: Larasmoyo, (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 229-230.
[5] Etty Indriati, "Waktu dan Evolusi", dalam artikel yang dipresentasikan dalam Workshop Ilmu dan Agama, Center for Religious and Cross-Cultural Studies, Gadjah Mada University Post-Graduate Program, Yogyakarta, 25-27 Juni 2003., hlm. 84.
[6] Wildan Yatim, Biologi Modern: Pengantar Biologi, (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 103-104.
[7] Ibid., hlm. 104.
[8] Bunyi Teori Lamarck adalah “Lingkungan mempengaruhi bentuk dan susunan tubuh. Alat yang terus dipergunakan akan berkembang dan membesar, sedang alat yang terus tidak dipergunakan akan melemah sampai akhirnya hilang. Segala perubahan yang didapat oleh pengaruh lingkungan ini akan diturunkan.”, lihat Wildan Yatim, Biologi Modern,  hlm. 106.
[9] Ibid., hlm. 106.
[10] Boy Rahardjo, Evolusi, hlm. 8.
[11] Charles Darwin, The Origin of Species, terj: Tim Pusat Penerjemahan Universitas Nasional, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), bab pendahuluan.
[12] Ibid.,  hlm. 341-342.
[13] Douglas J. Futuyma, Evoutionary Biology, (USA: Sinaeur Associates, Inc. Publishers, 1986), hlm. 8.
[14] Pokok teori Darwin; 1. Variasi dalam berbagai tingkat terdapat pada berbagai individu dalam satu spesies, 2. Jumlah individu suatu spesies cenderung bertambah menurut deret ukur, tapi jumlah ini akan tetap lagi oleh kekurangan makanan dan perlindungan, 3. Terjadilah pergolakan untuk hidup, individu-individu yang kuat saja yang bisa bertahan, 4. Pergolakan untuk bertahan hidup dipengaruhi variasi yang dimiliki, jika cocok terhadap lingkungan maka individu akan bertahan dan mampu berkembang biak dan sebaliknya, 5. Karena itulah maka berlaku seleksi alam, variasi itu cocok atau tidak bergantung pada lingkungan, 6. Spesies baru terbentuk dari individu spesies lama disertai karena pengaruh lingkungan atau variasi yang kebetulan cocok dengan lingkungan baru., lihat Widan Yatim, Biologi Modern, hlm. 108.
[15] Eli C Minkoff, Evolutionary Biology, (USA: Addison Wesley Publishing Company, 1984), hlm. 108.
[16] Douglas J. Futuyma,Evolutionary, hlm. 12.
[17] George H. Fried, Biology: The Study of Living Organisms, A Complete Course With 900 Questions and Answers, (Singapore: Mc Graw-Hill Inc, 1995), hlm. 342.
[18] Boy Rahardjo, Evolusi,  hlm. 37.
[19] Ibid., hlm. 38.
[20] Ibid., hlm. 39.
[21] Ibid., hlm. 40.
[22] John Alcock et al., Biology Concepts and Aplications, (California: Wadsword  Inc, 1990), hlm. 177.
[23] Neil A Campbell et al., Biology Concepts and Connections, (USA: The Benjamin / Cummings Publishing Company Inc, 1993), hlm. 269.
[24] John Alcock et al., Biology, hlm. 177.
[25] Gene pool adalah seluruh gen yang terdapat dalam populasi pada waktu  tertentu.,  lihat Neil A Campbell et al., Biology, hlm 264.
[26]   Boy Rahardjo, Evolusi, hlm. 45.
[27] Ibid., hlm. 55-56.
[28] Gene flow atau agen mikroevolusi adalah penambahan atau perpindahan alel-alel di antara populasi melalui interbreeding atau keuntungan maupun kerugian pada alel-alel suatu populasi akibat perubahan gamet  pada individu-individunya. Genetic drift adalah perubahan acak frekuensi alel yang terjadi secara kebetulan atau perubahan yang terjadi dalam gene pool pada suatu populasi yang kecil., lihat Neil A Campbell, Biology, hlm. 266-267.
[29] Mark Ridley, Masalah-masalah Evolusi, terj: Achmad Fedyani S, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1991), hlm. 19.
[30] Ibid., hlm. 100.
[31] Eli C Minkoff, Evolutionary, hlm. 244.
[32] Neil A Campbell, Biology, hlm. 790.
[33] Mark Ridley, Masalah, hlm. 100.
[34] Stephen C Stearns et al., Evolution: an introduction , (New Jersey: Oxford University Press, 2000), hlm. 221.
[35] Douglas J. Futuyma,  Evolutionary, hlm. 554.
[36] Eli C Minkoff, Evolutionary, hlm. 246.
[37] Mark Ridley, Masalah, hlm. 101.
[38] Stephen C Stearns et al., Evolution, hlm. 220.
[39] Eli C Minkoff, Evolutionary, hlm. 244.
[40] Mark Rildey, Masalah, hlm. 101.
[41] Stephen C Stearns et al., Evolution,  hlm. 222.
[42] Boy Rahardjo, Evolusi, hlm. 91.
[43] Fosil adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani "fodere"=menggali, dapat diartikan sebagai sisa atau jejak organisme yang pernah hidup di masa lampau. Ilmu yang secara khusus mempelajari fosil adalah Paleontologi. (Ibid., hlm. 91).
[44]  Etty Indriati, "Waktu dan Evolusi", hlm. 89.
[45] Wildan Yatim, Biologi Modern, hlm. 99 .
[46] John W Kimball, Biologi jilid 3, terj: Siti Soetarmi dan Nawang Sari Sugiri, (Jakarta: Erlangga, 1999), hlm. 760.
 [47] Boy Rahardjo, Evolusi, (Yogyakarta: Univ. Atma Jaya, 1995), hlm. 93.
[48] John W Kimball, Biologi, hlm. 938.
[49] Ibid., hlm. 764 .
[50] Ibid., hlm. 762.  
[51] Organ homolog adalah organ yang memiliki  struktur dasar yang sama, hubungan yang sama pula dengan organ lainnya, serta mempunyai tipe perkembangan embrionik yang sama. lihat John W Kimball, Biologi, hlm. 764.
[52] Wildan Yatim, Biologi,  hlm. 83-87.
[53] James M Barret et al., Biology, (New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs NJ, 1985), hlm. 756.
[54] Mark Ridley, Masalah, hlm. 9.
[55] John W Kimball, Biologi, hlm. 765-766.
[56] Stephen C Stearns et al., Evolution: an introduction, (New York: Oxford University, 2000), hlm. 744.
[57] Ibid., hlm. 773 .
[58] Charles Darwin, The Origin, hlm. 374-375.
[59] Mark Ridley,  Masalah,  hlm. 9.
[60] Charles Darwin, The Origin,  hlm. 1-32.
[61] John W Kimball, Biologi, hlm. 774.
[62] Boy Rahardjo, Evolusi, hlm. 105.
[63] Wildan Yatim,  Biologi Modern, hlm. 89.            
[64] John W Kimball, Biologi, hlm. 768.     
[65] Ibid., hlm. 32 .
[66] Suryo, Genetika Strata 1, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2001), hlm. 91.
[67] Linda Gamlin, Evolusi, terj:  Zamira Lubis, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm. 54.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Sejarah Perkembangan Evolusi Makhluk Hidup Menurut Para Ahli"

Post a Comment