Makalah Pembelajaran aktif dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Makalah Pembelajaran aktif | Dalam pembelajaran aktif peserta didik akan memecahkan masalahnya sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba ketrampilan-ketrampilan dan melakukan tugas-tugas sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Kegiatan semacam ini selalu dilakukan peserta didik tanpa ada pengaruh dari luar atau perintah. Hal ini karena didasari rasa keingintahuan yang begitu mendalam terhadap berbagai hal.
Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Active
Learning
A. Latar Belakang Masalah
Proses
belajar mengajar atau PBM, merupakan salah satu salah satu istilah yang sangat
populer dalam dunia pendidikan. Proses belajar mengajar diartikan sebagai suatu
proses kegiatan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi program
pengajaran. Istilah PBM merupakan gaya mengajar yang menjadikan peserta didik
sebagai subyek dan bukan sebagai obyek atau kini lebih dikenal dengan istilah
“Student Centered Instruction”.[1] Dalam pembelajaran ini guru hanya berfungsi
sebagai fasilitator atau pemberi kemudahan bagi peserta didik. Hal ini sangat
sesuai dengan konsep CBSA, yang menghendaki peserta didik sebagai subyek bukan
obyek. Guru atau pendidik hanya mengikuti dan mengawasi perkembangan peserta
didik, mendorong atau memotivasi agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan bakat dan kemampuannya, dalam hal ini tugas ini akan lebih
berhasil bila telah mengetahui bakat serta potensi setiap peserta didik.
Konsep
CBSA dituangkan kepada proses belajar mengajar yang berimplementasi
kepada peserta didik adalah sebagai berikut :
-
Peserta didik memiliki kesempatan menyatakan
permasalahan yang mereka hadapi
-
Peserta didik memiliki kesempatan menyalurkan
bakat dan minatnya.[2]
-
Peserta didik memiliki keberanian mengajukan
pendapat
-
Peserta didik memiliki kesempatan menggunakan
berbagai sumber belajar yang ada
-
Peserta didik memiliki kesempatan untuk
bertanya kepada guru dan meminta pendapat guru dalam upaya meningkatkan
prestasi belajarnya.[3]
Pembelajaran
pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Banyak faktor yang berpengaruh dalam interaksi tersebut. Dalam pembelajaran
tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Saat
ini, di mana reformasi sedang digalakkan di segala bidang, termasuk pendidikan,
yang terus mencari format pendidikan yang terbaik. Kaitannya dengan hal
tersebut. Mulai tahun 2004 akan diberlakukan suatu model kurikulum baru yang
berorientasi kepada penguasaan kompetensi pada peserta didik yang dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini menuntut kesiapan semua
lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. KBK
memberikan penekanan penguasaan kompetensi atau kemampuan pada diri peserta
didik setelah menyelesaikan proses pembelajaran atau proses pendidikan dalam
sekolah.
Kompetensi
sendiri merupakan kemampuan yang dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai
hidup, pola berfikir dan bertindak yang telah menjadi bagian hidup peserta
didik.[4] Kompetensi bukanlah “sisa” dari hafalan yang akan mudah dilupakan
tetapi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Dan agar
kompetensi terwujud sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, langkah yang
harus ditempuh antara lain peserta didik diaktifkan dan dilibatkan dalam proses
pembelajaran. Seorang pendidik membantu peserta didik menemukan sendiri nilai
yang akan ditekankan. Dalam hal ini peserta didik akan berusaha untuk menguasai
pengetahuan dan ia akan mengerti bila ia melatihnya dan secara aktif
menggulatinya.[5]
Dalam
pembelajaran bahasa, yang memiliki tujuan umum yaitu tercapainya keterampilan
atau kemahiran berbahasa, keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis[6] dalam
bahasa Arab yang baik dan benar.
Salah
satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, komunikasi dapat berupa
langsung atau lisan seperti menyimak dan berbicara, dapat pula komunikasi dapat
berwujud tak langsung seperti membaca dan menulis. Jadi jelas bahwa
pembelajaran bahasa menghendaki penguasaan kompetensi berbahasa, atau dengan
kata lain peserta didik harus menguasai keterampilan-keterampilan berbahasa
sebagaimana yang disebutkan diatas.
Untuk
itu, guru bahasa dituntut untuk dapat memerankan fungsinya dan menjalankan
tugasnya dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut memahami dan menguasai
metode pengajaran, memahami dan menguasai materi ajar, menguasai dan memahami
serta dapat mengaplikasikan media dan sumber belajar dan lain sebagainya yang
dapat mendukung tercapainya tujuan diatas.
Seorang
guru bahasa Arab harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekkan
berbagai cara penyampaian bahan yang sesuai dengan situasi. Keberhasilan
pelaksanaan program pengajaran akan sangat ditentukan oleh pilihan metode yang
tepat. Metode merupakan faktor yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa
disamping profesionalisme guru, motivasi belajar peserta didik, sarana dan
prasarana yang tersedia. Metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan
dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan
dan didasarkan atas suatu pendekatan.
Metode
memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pengajaran kaitannya dengan
pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran, terlebih dalam pengajaran
bahasa Arab yang kedudukannya di Indonesia sebagai bahasa kedua, bukan sebagai
bahasa ibu atau bahasa ke-satu. Jelas akan sangat memerlukan metode yang tepat
dan sesuai dengan situasi yang berlaku di Indonesia. Tidak sedikit lembaga
pendidikan dapat mencapai tujuan program-programnya, karena menerapkan metode
yang tepat dan sesuai dengan situasi yang ada.
Dewasa
ini, pengajaran dan pembelajaran bahasa mengalami kemajuan yang sangat berarti,
berbagai macam metode digunakan untuk menunjang salah satu tujuan pengajaran
yaitu terbentuknya manusia-manusia yang handal dan siap pakai, berbagai macam
sumber dan media belajar coba diwujudkan dan diaplikasikan untuk mendukung
tujuan tersebut. Berbagai upaya lain-pun terus dilakukan walaupun memakan dana
dan waktu yang tidak sedikit. Namun hal itu tidak menghalangi upaya
pengembangan pengajaran dan pembelajaran bahasa.
Keberhasilan
dan kesuksesan pengajaran bahasa di lembaga pendidikan formal maupun pendidikan
non formal tidak terlepas berbagai faktor yang mempengaruhinya, berbagai faktor
tersebut metode pengajarannya. Dalam hal ini, Dr. Mulyanto Sumardi dalam
bukunya: "Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan Dari Segi
Metodologi" mengatakan :
Dalam
pengajaran bahasa, salah satu segi yang sering disorot orang adalah segi
metode. Sukses tidaknya suatu program pengajaran bahasa sering kali dinilai
dari segi metode yang digunakan, sebab metodelah yang menentukan isi dan cara
mengajarkan bahasa.[7]
Namun
bukan hanya metode saja yang harus selalu menjadi perhatian, salah satu faktor
yang juga penting adalah tenaga pengajar atau guru. Sebab gurulah yang akan
mengembangkan metode-metode pengajaran, mengkondisikan lingkungan belajar yang
kondusif demi terwujudnya perubahan yang positif pada peserta didik. Selain
kedua faktor tersebut, yakni metode dan guru, faktor lain yang tidak kalah
penting adalah sarana pendidikan. Dewasa ini pengembangan sarana pendidikan
atau sarana belajar terus dilakukan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Setiap lembaga pendidikan selalu berusaha mendirikan dan mewujudkan berbagai
sarana pendidikan yang dapat membantu proses pembelajaran peserta didik.
Terlebih dalam pembelajaran bahasa, akan sangat dibutuhkan berbagai sarana yang
menunjang proses pembelajaran, seperti buku-buku dan laboratorium bahasa dan
lain sebagainya.
Ukuran
keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi proses
misalnya, pembelajaran akan dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruh
peserta didik atau setidak-tidaknya sebagian besar dari peserta didik terlibat
aktif, baik secara fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran
tersebut, di samping menunjukkan gairah yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan munculnya rasa percaya diri.[8] Sedangkan dari segi hasil,
pembelajaran akan dikatakan berhasil bila terjadi perubahan tingkah laku yang
positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
besar.[9]
Belajar
adalah upaya seseorang menuju kedewasaan di segala aspek kehidupan. Dalam
proses belajar seseorang dapat melakukannya secara otodidak atau belajar kepada
seseorang yang memiliki kelebihan dalam bidang tersebut. Dalam proses belajar
tersebut, terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru dalam berbagai
komponen yang mempengaruhinya dan proses ini dinamakan Proses
Pembelajaran.
Proses
pembelajaran bahasa secara umum dapat dipahami sebagai sebuah aktifitas seorang
peserta didik yang berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini adalah
lingkungan yang berbahasa. Dia akan berlatih dan berusaha untuk menjadi seorang
individu yang berbahasa. Berhasil tidaknya seorang peserta didik dalam menempuh
proses pembelajaran akan terlihat dari perubahan yang terjadi setelah proses
tersebut dikatakan selesai.
Ukuran
keberhasilan bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Arab yaitu tercapainya
kemahiran dan keterampilan bahasa pada diri peserta didik. Sesuai dengan tujuan
pengajaran bahasa yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berbahasa peserta didik. Terampil berbahasa Arab berarti terampil menyimak,
terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis dalam bahasa Arab
yang baik dan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
konsep pembelajaran bahasa Arab berbasis active learning?
2. Dan
bagaimana penerapannya dalam pembelajaran muhadatsah dan insya'?
C. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran
Aktif
Ada
beberapa teori yang penulis jadikan pijakan dalam rangka penulisan skripsi ini
kaitannya dengan pembelajaran bahasa Arab aktif berbasis active learning.
Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang permasalahan bahwa pada hakekatnya
pengertian pembelajaran adalah lebih menitik beratkan pada peran serta peserta
didik. Dan peran serta peserta didik akan menjadi sangat penting untuk
mewujudkan suasana belajar aktif.
Dan
pembelajaran aktif yang dimengerti sebagai konsep suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif, ketika peserta didik aktif
maka secara langsung mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Karena dengan
belajar aktif peserta didik akan diajak turut serta dalam semua proses
pembelajaran. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik agar
mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Belajar aktif adalah suatu cara untuk
mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak, belajar yang
hanya mengandalkan salah satu indra (indra pendengaran) mempunyai banyak
kelemahan, karena belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
pelajar itu sendiri.
Ciri
termudah kegiatan belajar aktif adalah ketika peserta didik melakukan sebagian
besar pekerjaan yang harus dilakukan, mereka menggunakan otak-otak mereka,
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa
yang mereka pelajari.
Dalam
pembelajaran aktif peserta didik akan memecahkan masalahnya sendiri, menemukan
contoh-contoh, mencoba ketrampilan-ketrampilan dan melakukan tugas-tugas sesuai
dengan pengetahuan yang mereka miliki. Kegiatan semacam ini selalu dilakukan
peserta didik tanpa ada pengaruh dari luar atau perintah. Hal ini karena
didasari rasa keingintahuan yang begitu mendalam terhadap berbagai hal.
Konfisius,
seorang filosof yang termasyhur dari Cina menyatakan:
Apa yang
saya dengar, saya lupa
Apa yang
saya lihat, saya ingat
Apa yang
saya lakukan, saya paham.
Pernyataan
diatas jelas menunjukkan suatu tindakan aktif. Belajar yang hanya menggunakan
pendengaran saja akan cepat hilang dan tidak membekas, belajar yang hanya
menggunakan indra penglihatan hanya akan terbayang dalam ingatan sesaat
(apabila tidak dicatat), namun bila belajar langsung dengan mempraktekkan sesuatu
akan lebih mengesankan bagi pembelajar itu sendiri.
Konsep
belajar aktif muncul di Indonesia pada tahun 1976 dengan nama Student Active
Learning (SAL), konsep ini merupakan konsep pembelajaran yang lebih menitik
beratkan pentingnya siswa belajar aktif. Belajar aktif disini merupakan
pembelajaran yang melibatkan keaktifan secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara matra
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam
pembelajaran aktif peserta didik sebaiknya berada dalam situasi dimana ia akan
secara aktif menangani suatu masalah, mengerjakan, berdiskusi, membahas suatu
permasalahan untuk dicari penyelesaiannya. Peserta didik akan lebih
senang dan lebih cepat memahami tentang sesuatu bila ia mengerjakannya sendiri,
karena setiap tindakan, pengalaman yang telah dialaminya akan mengkristal dalam
ingatannya.
Proses
belajar mengajar sendiri adalah kegiatan aktif peserta didik dalam membangun
makna dan pemahaman, sehingga seorang pengajar, mestinya dituntut selalu bisa
menciptakan suasana yang menyenangkan, memberikan dorongan dan motivasi belajar
peserta didik. Berikut dikemukakan 10 prinsip kegiatan belajar mengajar yang
disarankan:
1. Berpusat
Pada Siswa
Setiap individu
pada peserta didik memiliki perbedaan dalam minat, kemampuan, kesenangan,
pengalaman, dan cara belajar, maka dalam hal ini kegiatan belajar mengajar
(KBM) perlu menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar. KBM harus
memperhatikan bakat, minat, kemampuan dan cara-gaya belajar peserta didik,
motivasi dan latar belakangnya.
2. Belajar
Dengan Melakukan
KBM
harus memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik yang sesuai dengan
penerapan konsep, kaidah, dan prinsip ilmu yang dipelajari.
3. Mengembangkan
Kemampuan Sosial
Peserta
didik akan lebih cepat paham terhadap sesuatu apabila dapat mengkomunikasikan
setiap gagasan dan ide-idenya kepada siswa lain dan gurunya. Ini penting
kaitannya dengan pembentukan pola interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi
memungkinkan pemahaman yang integral karena terjadi proses diskusi, saling
bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi memungkinkan peserta didik untuk
bersosialisasi dengan menghargai perbedaan dan berlatih untuk bekerja
sama.
4. Mengembangkan
Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan
Peserta
didik adalah makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, selalu berimajinasi, dan
memiliki fitrah ber-Tuhan, rasa ingin tahu merupakan modal dasar untuk bersikap
peka, kritis dan mandiri, kreatif dan untuk bertaqwa kepada Tuhan.
5. Mengembangkan
Ketrampilan Memecahkan Masalah
Peserta
didik memerlukan ketrampilan untuk memecahkan setiap permasalahan yang
dihadapinya. Untuk itu hendaknya KBM dirancang agar mampu mendorong dan melatih
peserta didik mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkannya. Selain itu
hendaknya KBM dirancang agar merangsang peserta didik untuk secara aktif
mencari jawaban dari setiap permasalahan dengan prosedur yang ilmiah.
6. Mengembangkan
Kreatifitas Peserta Didik
Potensi
pada setiap peserta didik tidak mungkin sama. Untuk itu KBM perlu dipilih dan
dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara
berkesinambungan, untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kreatifitas siswa.
7. Mengembangkan
Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
Peserta
didik perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini, yang
semakin hari semakin canggih.
8. Menumbuhkan
Kesadaran Sebagai Warga Negara yang Baik
Peserta
didik perlu memperoleh wawasan dan kesadaran untuk menjadi warga negara yang
produktif dan bertanggung jawab.
9. Belajar
Sepanjang Hayat
KBM
perlu mendorong peserta didik untuk melihat dirinya secara positif, tahu diri
dari kelebihan dan kekurangan. KBM juga perlu membekali peserta didik dengan
ketrampilan belajar meliputi rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan
memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama sebagai motivasi
untuk senantiasa belajar dalam setiap kondisi dan situasi.
10. Perpaduan
Kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas
Peserta
didik harus memiliki kompetensi, bekerja sama, dan mengembangkan
solidaritasnya. Tugas pengajar adalah memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan semangat berkompetensi, bekerja sama, dan
solidaritas. KBM memberikan tugas-tugas yang memungkinkan peserta didik bekerja
sama secara mandiri.
Persoalan
lain yang pasti muncul dalam pembelajaran adalah harus adanya
indikator-indikator yang bisa menjadi ciri khas KBM sehingga dinamakan
Pembelajaran Aktif. Indikator-indikator tersebut berfungsi sebagai kadar
pembelajaran aktif yang memiliki lima komponen, antara lain:
1. Aktivitas
Siswa
a. Adanya
aktifitas belajar siswa secara individual untuk penerapan konsep, prinsip, dan
generalisasi.
b. Adanya
aktifitas belajar siswa dalam bentuk kelompok yang berfungsi sebagai problem
solving.
c. Adanya
partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara.
d. Adanya
keberanian siswa untuk mengajukan pendapat.
e. Adanya
aktifitas belajar analisis, sintesis, penilaian, dan kesimpulan
f. Adanya
hubungan sosial antar siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
g. Setiap
siswa bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lain.
h. Adanya
kesempatan bagi setiap siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang
tersedia.
2. Aktifitas
Guru Mengajar
a. Guru
memberikan konsep esensial bahan pengajaran
b. Guru
mengajukan masalah/ tugas kepada siswa baik secara individual maupun kelompok
c. Guru
memberikan bantuan bagaimana siswa mempelajari bahan pengajaran atau cara
penyelesaian masalah
d. Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
e. Guru
mengusahakan sumber belajar yang diperlukan oleh siswa.
f. Guru
memberikan bantuan atau bimbingan belajar kepada siswa, baik secara individual
maupun kelompok.
g. Guru
mendorong motivasi belajar siswa melalui penghargaan atau hukuman
h. Guru
menggunakan berbagai metode dan media pengajaran dalam proses belajar mengajar
3. Program
Belajar
a. Program
belajar disajikan dalam bentuk uraian atau informasi yang harus dipelajari dan
berupa masalah-masalah yang harus dicari pemecahannya oleh siswa
b. Setiap
bahan pengajaran dapat mengembangkan kemampuan penalaran siswa
c. Bahan
pengajaran diperkaya dengan media dan alat bantu
d. Bahan pengajaran
menantang siswa untuk melakukan berbagai aktifitas belajar
e. Lingkup
bahan pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa dan mengacu kepada kurikulum
yang berlaku
f. Urutan
bahan pengajaran disusun secara sistematis mulai dari yang sederhana menuju yang
lebih kompleks
g. Program
pengajaran dapat melayani perbedaan kemampuan siswa.
4. Suasana
Belajar
a. Adanya
kebebasan siswa untuk melakukan interaksi sosial dengan siswa lainnya
b. Adanya
hubungan sosial yang baik antara siswa dengan guru
c. Adanya
persaingan yang sehat antar kelompok belajar siswa
d. terciptanya
suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan siswa, bukan paksaan dari
guru
e. Dimungkinkannya
aktifitas belajar di luar kelas
5. Sarana
Belajar
a. Tersedianya
berbagai sumber belajar dan digunakannya sumber belajar itu oleh siswa
b. Fleksibilitas
pengaturan ruang dan tempat belajar
c. Tersedianya
media atau alat bantu pengajaran yang dimanfaatkan oleh siswa
d. Setiap
siswa menjadi sumber belajar bagi siswa lainnya.
2. Pembelajaran Bahasa Arab
Sebagai
bahasa asing, tentunya pengajaran bahasa Arab tidak mudah dalam rangka
pencapaian tujuannya, Apalagi pengajaran bahasa Arab di Indonesia, jelas
akan sangat banyak dijumpai problematika dalam proses pembelajaran bahasa Arab,
seperti permasalahan linguistik dan lain sebagainya. Sehingga berbagai macam
metode pengajaran pun diaplikasikan seperti metode langsung (direct method),
metode membaca (reading method), metode terjemah (translation method), namun kenyataannya
setelah dilakukan evaluasi pengajaran, hasilnya masih jauh dari yang
diharapkan.
Bahasa
Arab aktif, yang dalam hal ini dikategorikan pada dua penguasaan ketrampilan
berbahasa yaitu ketrampilan berbicara dan ketrampilan menulis. Hal ini merujuk pada
pendapat yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim yang
mengkategorikan kegiatan berbicara dan menulis masuk pada kategori penguasaan
bahasa secara aktif, sedangkan membaca dan mendengarkan pada kategori
penguasaan bahasa secara pasif. Dan dalam pembahasan skripsi ini bahasa
Arab aktif lebih dikerucutkan lagi pada penguasaan ketrampilan berbicara
(muhadatsah) dan penguasaan ketrampilan menulis (qira'ah). Dalam kedua
pembelajaran terselip berbagai tujuan yang intinya agar peserta didik pasca
pembelajaran mampu berkomunikasi secara aktif menggunakan bahasa yang telah
dipelajari yakni bahasa Arab. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran kedua pelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Pembelajaran Muhadatsah
-
Supaya peserta didik pandai mengucapkan apa-apa
yang terasa dalam hatinya atau apa-apa yang dilihatnya dengan ucapan yang
betul.
-
Supaya memperluas alam pikiran peserta didik
-
Memperkaya peserta didik dengan kata-kata baru
dan kalimat-kalimat yang indah
-
Membiasakan peserta didik supaya berfikir
logis.
Sedangkan
menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar tujuan pengajaran muhadatsah antara lain:
-
- Melatih lidah peserta didik agar terbiasa dan
fasih dalam bercakap-cakap (berbicara) dalam bahasa Arab
-
- Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai
kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional apa yang ia ketahui
-
- Mampu menerjemahkan percakapan orang lain
lewat telepon, radio, TV, tape recorder, dan lain-lain.
b. Tujuan
Mempelajari Insya'
-
Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana
dalam bahasa Arab
-
Siswa terampil dalam mengemukakan buah
pikirannya, melalui karya tulis/ berupa karangan lisan.
-
Siswa mampu berkomunikasi melalui koresponden
dalam bahasa Arab
-
Siswa dapat menggambarkan suatu peristiwa
dengan bahasa Arab.
Daftar
Pustaka :
E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi) Bandung PT Rosda Karya, 2000 hlm 100
Depag RI, Kurikulum Madrasah Aliyah GBPP Metode Pengajaran
Bahasa Arab. 1994, hlm 1
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah
Kontemporer. (Surabaya, Penerbit Arkola; 1994) hlm 68
Jhon. M. Echol Dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2002), hlm 19
Djago Tarigan dan HG Tarigan, Teknik Pengajaran Ketrampilan
Berbahasa, (Bandung Penerbit Angkasa 1986). hlm 4
Ibid. hlm 6
Suharno, dkk. Belajar dan Pembelajaran II. (Surakarta
DepDikBud RI 1995). hlm 10
Basis, Edisi November- Desember 2002, hlm 59
Basis, Edisi Juli- Agustus 2003, hlm 33
Djago Tarigan dan HG Tarigan, Op-cit. hlm 22
Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah tinjauan
dari Segi Metodologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm 7
Ibid, hal 101
Ibid, hal 102
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bina
Aksara, 1989), hlm. 234.
Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta;
Rajawali Press, 1996), hlm.132.
Saifudin Azwar, Op-Cit,
Saifudin Anwar, Metode Penelitian, (Jogjakarta; Pustaka
Pelajar, 1999). hlm 40
Ibid
Hisyam Zaini, Barnawi Munthe, Sekar Ayu Aryani,
Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta;CTSD;2001) hlm
xiii
Mell Silberman, Active Learning; 101 Strategis to Teach Any
Subject, (YAPPENDIS:2000) hlm xiii
Ibid, hlm 1
Suharno, dkk. Op-Cit. hlm 3
http://maktab.virtualave.net/Contextual DPK.htm
Kurikulum Berbasis Kompetensi Kegiatan Belajar
Mengajar Juli 2002. http://www.puskur.or.id/data/Buku KBM.pdf. hlm 75-77
Suharno, dkk, Op-Cit. hlm 10-12
Tujuan pengajaran bahasa Arab menurut Tayar Yusuf dan
Syaiful Anwar dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada; 1997), hlm 189-190. Antara
lain:
w Agar siswa dapat memahami Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber
hukum Islam
w Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam
yang ditulis dalam bahasa Arab
w Supaya pandai berbicara dan menulis dalam bahasa Arab.
M. Ngalim Purwanto & Djeniah Alim, Metodologi
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Jakarta; PT. Rosda Karya; 1997),
hlm 19.
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab, (Jakarta;
Hidakarya;1983), hlm 64
H. Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Op-Cit, hlm 192
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar; Op-Cit , hlm 203
0 Response to "Makalah Pembelajaran aktif dalam Pembelajaran Bahasa Arab"
Post a Comment