Riwayat Singkat Ibnu khaldun dan Pemikirannya
Ibnu khaldun dan pemikirannya | ibnu khaldun adalah tokoh ilmu pengetahuan islam dalam bidang pengetahuan |
RIWAYAT, PENDIDIKAN DAN KARYA
IBNU KHALDUN
Ibnu Khaldun mempunyai nama
lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Muhammad Ibn Jabir Ibn Muhammad Ibn
Ibrahim Ibn Abdirrahman Ibn Khaldun Waliyuddin Al Tunis Al Hadramy Al Maliki.
Ia dilahirkan bertepatan pada tanggal 1 Ramadhan 723 H atau 27 Mei 1332 M. Ia
meninggal di Mesir pada tahun 806 H/ 1406 M.1
Nama kecilnya Abdurrahman, nama panggilan keluarga Abu Zaid yang diambil dari
nama putra sulungnya yang bernama Zaid, persis seperti biasanya orang-
orang Arab memanggil seseorang dengan
nama putranya, meskipun nama-nama putranya tidak diketahui secara pasti.2
Nama populernya adalah Ibnu Khaldun, dihubungkan pada garis keturunan
dengan kakeknya yang ke sembilan yaitu Khalid bin Usman. Ia adalah orang yang
pertama dari marga ini yang memasuki negeri Andalusia
bersama putra penakluk berkebangsaan Arab. Ia dikenal dengan nama Khaldun
sesuai dengan kebiasaan orang- orang Andalusia
dan orang- orang Maghribi. Mereka menambah huruf wau dan nun di belakang nama
orang- orang terkemuka sebagai tanda penghormatan dan ta’dzim, seperti Khalid
menjadi Khaldun, Hamid menjadi Hamdun, Zaid menjadi Zaidun dan sebagainya.
Keturunannya kemudian dikenal sebagai bani Khaldun di Andalusia
dan Maghribi. Sehingga orang- orang terkemuka yang lahir dari keluarga tersebut
disebut Ibnu Khaldun, namun pada akhirnya nama ini dikhususkan bagi Abdurrahman
Abu Zaid Ibnu Khaldun.3
Tambahan kata Al Hadramy di belakang namanya menjelaskan pertalian
dirinya dengan negeri asalnya. Dimana riwayat hidupnya diketahui bahwa
asal-usul keluarga Ibnu Khaldun berasal dari Hadramaut, Yaman selatan. Kitab
Jumhuratu Anshabi ‘ Arab sebagaimana dikutip oleh Ali Abdul Wahid Wafi, Ibn
Hazm mengatakan bahwa keluarga Ibnu Khaldun berasal dari Hadramaut di Yaman
Selatan. Dan silsilahnya ditinjau dari moyangnya yang beragama Islam berasal
dari Wail bin Hijr, seorang sahabat Nabi yang terkemuka yang meriwayatkan
kurang lebih tujuh puluh hadits dari Rasulullah. Ia juga pernah diutus Rasulullah
bersama Mu’awiyah bin Abu Sofyan ke negeri Yaman untuk mengajarkan Al-Qur’an
dan Islam. Ibn Abdil Bar sebagaimana dikutip Ali Abdul Wahid Wafi dari kitabnya
Al-Isti’ab menyatakan bahwa bahwa waktu Wail Bin Hijr datang menghadap
Rasulullah, Rasulullah menghamparkan surban dan menyuruhnya duduk di atasnya
kemudian mengatakan : “ Ya Allah berikan barakah kepada Wail bin Hijr,
putranya, dan anak cucunya hingga hari kiamat “.4
Do’a Rasulullah tersebut kiranya didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT dengan
hampir semua anak turunnya memegang peranan penting dalam percaturan politik
dan ilmu pengetahuan pada setiap masanya, dan yang paling menonjol adalah Ibnu
Khaldun.
Keluarga Ibnu Khaldun pindah dari Andalusia ke Tunisia karena carut
marutnya keadaan politik di sana, di Tunisia mereka sudah mempunyai hubungan
baik dengan pihak penguasa di sana, baik karena pertalian darah maupun karena
hubungan politik dan sebagainya. Karena itu tidak mengherankan, jika begitu
mereka tiba di sana ,
mereka disambut dengan kedudukan yang baik dan tinggi. Perkawinan- perkawinan
mereka dan kecakapan- kecakapan mereka dalam masyarakat telah membuat keluarga
Khaldun itu mempunyai banyak teman dan pengikut di Afrika Utara. Adapun yang
mula-mula tiba di Afrika Utara adalah Al Hasan yakni kakek dari kakek dari
kakek Ibnu Khaldun yang menetap di Centia.5
Keturunan Hasan yaitu Abu Bakar Muhammad (kakek kedua dari Ibnu Khaldun)
diangkat sebagai menteri dalam negeri Tunisia, sedangkan Muhammad Bin Abi
Muhammad (Kakek pertama Ibnu Khaldun) duduk sebagai menteri yang mengurusi hijabah
(Penjaga pintu) bagi hukum Bijayah dari orang- orang Hafsi. Setelah
jatuhnya raja- raja Hafsiyah kakek yang kedua ini menjadi gubernur yang
menguasai Tunisia .
Sedangkan kakeknya yang pertama tadi tetap memerintah Bijayah cukup lama, namun
kemudian berpindah- pindah kedudukan yang lain di bawah kekuasaan Raja- raja
Bani Hafs.6
Ayah Ibnu Khaldun tidak terjun di dalam dunia politik, menurutnya
aktifitas di dunia politik merupakan aktifitas yang berbahaya, karena keadaan
belum stabil. Itulah sebabnya ia cenderung masuk ke dalam dunia ilmu
pengetahuan dan pendidikan, dengan cara membaca dan mendalami ilmu- ilmu agama
dan ia pandai dalam hal sastra Arab, bahkan pandangannya terhadap seluk beluk
syair sangat tajam. Abu Abdullah wafat pada tahun 749 H/ 1339 M dengan
meninggalkan lima
orang anak yakni ; Muhammad, Umar, Abdurrahman, Yahya dan Musa. Dari saudaranya
yang sering berjalan dengan Abdurrahman (Ibnu Khaldun) hanya Yahya yang kelak
kemudian menduduki jabatan menteri7 sehingga
kemudian cukup dikenal dalam sejarah.
Peristiwa meninggalnya orang tua Ibnu Khaldun meupakan malapetaka sedih
yang yang tak dapat terlupakan baginya, sehingga dalam kitab Al I’bar ia telah
menulis beberapa catatan mengenai kematian ayahnya itu. Sang ayah yang telah
meninggal itu, buat Ibnu Khaldun bukan saja seorang ayah, tetapi juga seorang
guru baginya, ia sendiri yang telah mendidik dan mengajar Ibnu Khaldun sehingga
ia berkembang dan menjadi salah satu sarjana agung dunia Islam.8
2.
Pendidikan Ibnu Khaldun
Pendidikan pertama Ibnu Khaldun diperoleh dari ayahnya, seperti kebiasaan
waktu itu, dan kemudian belajar dari para cendekiawan waktu itu.9
Sewaktu kecil ia menghafal Al-Qur’an dan mempelajari tajwidnya. Kemudian
mempelajari ketujuh macam cara membaca serta qira’at Ya’qub.10
Ia juga mempelajari ilmu- ilmu syari’at antara lain tafsir, hadits, ushul
tauhid, dan fiqh bermadzhabkan Imam Malik, suatu madzhab yang masih tetap
diikuti sebagian besar kaum muslim di Maghrib. Di samping itu dia juga mempelajari
ilmu- ilmu bahasa seperti nahwu, shorof, balaghoh dan kesasteraan, kemudian ia
mempelajari logika, filsafat, dan ilmu- ilmu fisika serta matematika. Dalam
semua bidang studinya , ia membuat takjub seluruh gurunya dan dia selalu
mendapat ijazah dari mereka.11 Tempat
belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an serta ilmu- ilmu pengetahuan lainnya
dari guru- gurunya adalah masjid, karena masjid kala itu merupakan tempat
belajar yang efektif. Orang- orang Tunisia masih ingat benar masjid
tempat Ibnu Khaldun belajar mengaji yaitu masjid Al-Quba yang mereka sebut
sebagai masjid El Quba. 12
Meskipun pola pendidikan yang didapatnya berbentuk tradisional bahkan
sama sekali skolastik, tetapi pendidikan tersebut merupakan jenis pendidikan
yang terbaik saat itu. Kondisi seperti itu tampaknya merupakan konsekuensi
logis dari kemasyarakatan yang ada. Dan Tunisia merupakan tempat berkumpulnya
para ulama dan cendekiawan yang terkenal, para sastrawan dari negara- negara
Maghrib, lagi pula Tunisia menjadi pusat hijrah ulama- ulama Andalusia yang
menjadi korban kekacaubalauan situasi negeri yang tidak tenang. Tingkat budaya
dan ilmu pengetahuan yang terdapat di Andalusia
jauh lebih tinggi daripada yang terdapat di Afrika Utara. Karena itu,
pendidikan yang diperoleh Ibnu Khaldun adalah jenis pendidikan yang terbaik
saat itu.13
Di dalam lingkungan seperti itulah Ibnu Khaldun memperoleh pendidikan
agama, puisi, logika, dan filsafat yang diperoleh dari guru- gurunya, tampaknya
sangat mendalam meskipun sama sekali skolastik. Ia belajar hadits kepada
Syamsuddin Abu Abdillah Al Wadiyasi, mengenai fiqh ia belajar kepada sejumlah
guru diantaranya; Abu Abdillah Al Jiyani dan Abu Al Qasim Muhammad Al Qasim.
Demikian juga ia belajar ilmu –ilmu rasional seperti teologi, logika, ilmu- ilmu
kealaman, matematika dan astronomi kepada Abu Abdillah Muhammad Ibnu
Ibrahim Al Abili, ia sangat mengagumi
gurunya yang terakhir ini.14 Ibnu
Khaldun pun menulis pengaruh besar gurunya tersebut di dalam kitab At Ta’rif
secara rinci.15
Di samping besar perhatiannya terhadap gurunya, Ibnu Khaldun pun tidak
melupakan menyebut buku- buku yang telah dipelajarinya. Buku- buku ini antara
lain Al Lamiyah Fi Al Qira’at dan Al Raiyah Fi Rasmi Al Mushaf keduanya
karangan Al Syatibi, kemudian Al Tashil Fi Ilm An nahwi, karangan Abu Faraj Al
Asfahany, Al Mu’allaqat, kitab Al Hamasah li Al ‘Alam antologi puisi Abu Tauran
dan Al Mutanabi. Sebagian besar kitab- kitab hadits terutama shahih Muslim dan
Al Muwattha’ karya Imam Malik, At Taqadhi li Ahadisi Al Muwattha’ karya Ibn
Abdullah Al Barr , Ulm Al Hadits karya Ibn As Shalah, kitab At Tahzib karya Al
Buruda’ie, juga Mukhtasharu Al Mudawwanah karya Suhmun berisi Fiqh madzhab
Maliki, Mukhtashar Ibnu AlHajib tentang fiqh dan Ushul serta Assairu karya Ibn
Ishak.16
Saat ia berumur delapan belas tahun ia sempat berhenti belajar karena dua
peristiwa penting yang memberikan bekas yang dalam bagi pengalaman hidupnya.
Pertama ; pada tahun 749 H/ 1349 M sebagian besar belahan dunia bagian barat
terjangkit wabah pes yang berkecamuk, yaitu meliputi negri- negeri Islam dari
Samarkand hingga Maghribi, Italia, sebagian besar negara- negara Eropa dan
Andalusia yang merenggut banyak nyawa termasuk saudara- saudara dan orang
tuanya.17
Peristiwa kedua berupa kepergian banyak sekali tokoh terkemuka, termasuk
guru-gurunya yang masih hidup, untuk meninggalkan Tunisia dan pindah ke kota Fez di Maroko. Hal
ini dilakukan bersama sultannya Abu Al Hasan. Peristiwa yang kedua tersebut ini
sebenarnya sebagai satu akibat dari dikalahkannya Tunisia oleh penguasa Maroko. Kedua
peristiwa tersebut sangat menyedihkan Ibnu Khaldun dan tidak dapat melanjutkan
studinya. 18
Walaupun ia sempat berhenti belajar namun pada akhirnya ia dapat
menyelesaikan pendidikan tingginya dan bersama- sama para ulama yang pada saat
itu berada di sana
seperti Syekh Muhammad Ibn Ash Shaffar, Syekh Muhammad Ibnu Muhammad Al
Maqqari. 19 hal ini menunjukkan
bahwa Ibnu Khaldun adalah sosok yang putus asa dan pekerja keras. Beliau tidak
larut dalam kasedihan dan keputusasaan dan bangkit untuk menuntaskan cita-
citanya.
3.
Pengalaman dan Karir Ibnu
Khaldun
a. Karir di bidang politik
Daerah kekuasaan Afrika utara pada saat itu bagaikan sebuah pentas
politik di mana setiap orang dapat menyaksikan pergolakan- pergolakan politik
yang sangat hebat, saling berebut kekuasaan di antara para warga. Hal itu
disebabkan runtuhnya kerajaan Al Muwahidun dan munculnya negara- negara kecil
dan keamiran- keamiran kecil yang terdiri dari ; Kesultanan Bani Hafs,
Kesultanan bani Abdul Wad di Tlemen dan Kesultanan Bani Marin di Fez dan
Maroko.20 Ketiga kesultanan itu tetap pada
pertikaiannya sesama mereka, sampai kemudian para Amir dari kesultanan Bani
Hafs dan kesultanan Bani Abdul Wad dapat mengendalikan situasi tersebut serta
menempati wilayah masing- masing.
Pada mulanya Ibnu Khaldun bertugas di kesultanan Bani Hafs sebagai
karyawan tata usaha yang menulis surat- surat yang dikeluarkan oleh Sultan,
kemudian setelah itu di kesultanan Bani Marin Ibnu Khaldun diangkat oleh Sultan
Abu Inan sebagai sekretaris negara dan sebagai anggota majlis ilmu pengetahuan.21
Ibnu Khaldun belum puas dengan jabatan yang diembannya, beliau kemudian
ikut mendukung usaha kudeta terhadap Sultan yang dilakukan Amir Abu Abdul Muhd,
Raja Bougie yang baru saja dirampas. Akhirnya Ibnu Khaldun dimasukkan dalam
penjara tepatnya pada tahun 758 H. tak lama kemudian ibnu Khaldun dibebaskan
dari penjara oleh Sultan Abu Inan pada tahun 759 H/ 1358 M setelah
mempersembahkan kepada Sultan tujuh ratus syair yang yang berisi pujian
terhadap kehebatan Sultan.22
Pada bulan Sya’ban 760 H Ibnu Khaldun diangkat menjadi sekretaris
sekaligus tangan kanan oleh Sultan Abu Salim yang baru saja menduduki
jabatannya menggantikan Mansur Ibn Sulaiman.23
Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, iklim politik yang penuh dengan
intrik telah menyebabkan terbunuhnya Abu Salim pada tahun 1361 M dalam suatu
pemberontakan sipil dan militer yang menyebabkan Ibnu Khaldun meninggalkan Afrika
utara untuk menuju Granada (Spanyol) pada tahun 764 H / 1362 M.24
Di Granada beliau mendapat penghormatan di istana Raja Abu Abdillah
Muhammad bin Yusuf bin Ismail bin Ahmar yang didampingi oleh seorang wazir
(Perdana Menteri) Ibnu Khatib, penulis dan sarjana yang terkenal. Demikian
tingginya kepercayaan Raja pada Ibnu Khaldun sehingga ia diutus sebagai duta ke
Istana Raja Pedro El- Cruel Raja Kristen Castilla di Sevilla pada tahun 765 H
atau 1364 M. untuk mengadakan perjanjian damai untuk Granada dan Sevilla.25
Keberhasilan dirinya ke Sevilla telah membawa kecemburuan Ibn al- Khatib,
lantaran radius pengaruh Ibnu Khaldun di Istana semakin meluas, sehingga kontak
pribadi antara keduanya semakin terganggu. Para pejabat berusaha memisahkan
Ibnu Khaldun dan Sultan yang menyebabkan ia pergi meninggalkan Granada menuju
Bougie pada tahun 766 H atau 1365 H. untuk diangkat menjadi Perdana Menteri
oleh Abu Abdillah, penguasa Bougie. Tahun berikutnya Ibnu Khaldun pindah ke
Konstentine sebagai pembantu Raja Abdul Abbas yang sebelumnya telah menyatukan
Abu Abdillah, saudara sepupunya sendiri. Tak lama kemudian ia menetap di Biskro
atas panggilan Amir Abu Hammu di Tlimeen, tapi ditolaknya.26
Setelah selama kurang lebih empat tahun terakhir berpetualangan serta
memperoleh setumpuk pengalaman- pengalaman, beliau memutuskan untuk menetap di
Qal’at Ibn Salamah, yaitu sebuah puri di desa dalam propinsi Oran . Disana beliau menghirup udara kehidupan
yang segar dan tenang. Hari- harinya dipergunakan untuk studi menelaah dan
mengarang. Ketika usia 45 tahun penyelidikannya dan studinya sudah matang. Selama
seperempat abad beliau berkecimpung di dalam dunia politik, pindah dari
kesultanan ke kesultanan yang lain, dengan jabatan yang tergolong tinggi.
Hijrah dari Maghribi ke Andalusia , kota dan kabilah telah
dilalui serta dikarunginya. 27
Di Qal’at Ibn Salamah beliau tinggal selama empat tahun. Di tempat inilah
kegiatan merenung, berfikir, menulis serta mengarang beliau aktifkan, sehingga
dapat membuahkan hasil yang berupa karya ilmiah tentang sejarah umum umat
manusia yang dinamakannya Al- I’bar Wa Diwan Al- Mubtada Wal Khabar, Fi
Ayyam Al arabi Wal Ajami Wal Bar BarWa Man Ashrahum Min Dzawi AlSulthan al
Akbar yang disingkat dengan Al I’bar saja. Sebagai pendahuluan dari
kitab ini dikarangnya kitab yang sangat fenomenal yaitu Muqaddimah.28
Pada tahun 784 H/ 1382 M Ibnu Khaldun meninggalkan Tunisia dengan
dalih hendak menunaikan ibadah haji meski pada hakekatnya beliau memendam
maksud untuk menghindarkan diri dari kekacauan dunia politik. Kemungkinan bahwa
dengan pikiran untuk ibadah haji Sultan Abdul Abbas akan mengijinkannya untuk
meninggalkan Tunisia ,
(walau alasan itu) untuk dapat terhindar dari kemelut politik di Maghribi. 29
Namun beliau justru berangkat menuju Kairo, kota yan mengesankan beliau (karena pada saat
itu Kairo menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam, baik bagi dunia Timur dan
Barat). Juga sebagai kota
yang indah dan kota
dunia di samping Baghdad
dan Cordova.30
b. Karir Di Bidang Pendidikan
Di Kairo Ibnu Khaldun mencita- citakan suatu kedudukan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan sebagaimana dicapai oleh para ulama pada masa itu. Al- Azhar
adalah universitas terkemuka dan tidak terlalu kecil untuk tempat pengembangan
studi- studi tinggi. Ia mengadakan kuliah dalam bentuk halaqah (sorogan) yang
boleh dihadiri oleh siapapun, dan di Al-azhar ia memberikan kuliah hadits, fiqh
Maliki, serta menerangkan teori- teori kemasyarakatannya yang ditulis dalam
kitab Muqaddimah. Baginya penyampaian kuliah ini merupakan publikasi tentang
keluasan ilmunya, kedalaman ilmunya (studinya) serta kemampuannya di dalam
mengemukakan pendapat dan mengena di jiwa pendengarnya.31
Ibnu Khaldun adalah pujangga yang amat pandai bertutur. Bahasanya indah, gaya kuliahnya amat
menarik pembahasannya mendalam dan bermutu. Walaupun begitu beliau tetap rendah
hati dan merasa bahwa beliau hanya memiliki pengetahuan yang tidak seberapa32
Mengenai kepiawaiannya dalam menyampaikan kuliah, Ibnu Khaldun mempunyai
kesan tersendiri di mata para ulama terkenal yang pernah mengikuti
perkuliahannya dan dicatat di dalam buku mereka, di antaranya :33
1.
Marzi menulis di bukunya “ Suluk
“, dalam buku ini beliau menulis : “Di bulan ini Ramadhan, datang dari Maghribi
seorang guru besar kami yang bernama Abu Zaid Abdurrahman Ibnu Khaldun. Dia
memberikan kuliah di Azhar banyak sekali pengunjung kuliahnya dan mereka kagum
sekali terhadap Ibnu Khaldun”.
2.
Abu Mahasen Ibn Taqa Bards berkata
:“Ibnu Khaldun menetap di Qahirah, dia turut memberikan kuliah di Azhar dan
kuliah itu sangat mengesankan”
3.
Saehawi berkata : “Penduduk
Qahirah menyambut gembira kehadiran Ibnu Khaldun, mereka banyak berkunjung ke
rumahnya dan dia memberikan kuliah di Azhar”.
4.
Ibnu Hajar menulis di bukunya “
Raf’ul Azhar “ : “ Ibnu Khadun lancar berbicara, fasih dan baligh, di samping
itu pengetahuannya mendalam terutama dalam ilmu sejarah “.
Pada tahun 786 H beliau diangkat menjadi guru besar di Jami’ah Qamhiah
dalam mata kuliah fiqh Maliki. Dalam kuliah ini beliau mendapatkan perhatian
oleh banyak kalangan, dari pembesar dan mahasiswa sangat antusias dengan
kuliahnya. Dalam kuliahnya beliau juga mumuji-muji Barquq dan Sultan Mesir,
karena kegiatan- kegiatan mereka membangun masjid- masjid, madrasah- madrasah
dan khanqah- khanqah dan perhatian Sultan pada pendidikan, pengetahuan dan
ulama.34
Pada tahun 791 beliau diserahi kuliah ilmu hadits di universitas
Sargatmus oleh Sultan. Buku yang Ibnu Khaldun wajibkan adalah Al Muwattha’
karangan Imam Malik. Di kuliah pertamanya beliau mengupas dengan tuntas riwayat
hidup Imam Malik dari kanak-kanak, remaja, lama belajar ilmu yang
dipelajarinya, guru- gurunya, tempat belajar dan sebab- sebab Imam Malik
mengarang buku Al Muwatha’.35
c. Karir Di Bidang Kehakiman
Pada tahun 1338 M beliau diangkat sebagai hakim dalam madzhab Maliki,
pangkat tersebut merupakan puncak dalam dunia kehakiman pada waktu itu. Tugas
itu hanya diemban satu tahun, beliau terkenal dengan ketegasan dan
keberaniannya di dalam mengambil keputusan untuk menegakkan keadilan yang
sebenarnya. Yang menyuap, koruptor, manipulasi diberantas sampai tuntas. Namun
dengan trik- trik yang beliau terapkan membuatnya terpojok, timbul iri hati
orang- orang sekitarnya. Banyak orang yang mencercanya dengan kata- kata yang
pedas dan tajam, tidak sedikit pula yang memfitnahnya dengan alasan- alasan
yang di buat- buat. Sepertinya mereka tidak rela jika jabatan itu diemban oleh
orang asing.36
Tak lama kemudian beliau mendapat musibah, yaitu meninggalnya keluarganya
dan ludesnya harta dan buku- bukunya,
ketika kapal yang ditumpangi keluarganya beserta harta, dan buku-
bukunya tenggelam dilautan, sewaktu akan menyusul beliau ke Kairo. Kejadian ini
merisaukan Ibnu Khaldun. Beliau gundah gulana, hingga akhir jabatan kehakiman
pada tahun 787 H.37
Walau beliau berhenti dari jabatan hakim, namun ia masih diberi jabatan
penting, dengan diangkatnya beliau menjadi guru mata kuliah fiqh Maliki pada
pembukaan madrasah Ad Dhahiriyah Al Barquqiyah pada permulaan pembukaan tahun
ajaran pertamanya. Pada tahun 791 H Sultan memberinya tugas baru yaitu sebagai
Syeikh Khadaqah Raja Beybers sebagai ganti Syeikh terdahulu yang telah wafat,
namun itu tak berlangsung lama karena kabar burung yang dilontarkan orang yang
tidak suka padanya.38
a.
803 H yaitu sekembalinya dari Syam
menemui Timur Lenk
b.
pada bulan Dzulhijjah 804 H sampai
bulan Rabi’ul Awal 806 H
c.
Bulan Sya’ban 807 H sampai
Dzulhijjah tahun itu
d.
Bulan Sya’ban 808 H sampai wafat
beliau ramadhan 808 H
Sebagai catatan selama karir beliau di bidang kehakiman, beliau dikenal
sebagai pejabat dengan keadilannya. Bahkan musuhnya yang paling benci kepadanya
pun mengakui kejujuran nya sebagai seorang hakim. Al Sakhrawi yang keras
mengkritik Ibnu Khaldun, terus terang mengakui Ibnu Khaldun seorang yang
terkenal sebagai penegak keadilan.39
4. Kondisi
Bangsa Arab (Umat Islam) di zaman Ibnu Khaldun
Kondisi umat Islam pada waktu Ibnu Khaldun menjalani kehidupannya
sangatlah memprihatinkan. Kota
demi kota di
Andalus telah berjatuhan ke tangan bangsa Spanyol. Di waktu kunjungan Ibnu
Khaldun yang terakhir ke Spanyol abad keempat belas, yang tinggal hanya wilayah
Granada dan
Cordova yang dikuasai oleh Bani Ahmar.
Di Afrika negara- negara Islam yang kecil- kecil itu tengah bertarung sesama mereka. Dinasti Murin,
Hafas, Yamu dan Abdul Wad tengah berperangdan saling berebut tanah sekeping.
Mereka tak ingat dan lupa bahwa mereka baru saja diusir oleh musuh dari Andalus
sesudah berkuasa 800 tahun.
Di Timur, Mesir, Syam, Baghdad
keadaan lebih parah lagi. Kalau tadinya Hulako telah menduduki Baghdad sesudah menghancurkan kota - kota Islam di Persia, kemudian Timur laut
yang telah beragama Islam telah
bersemayam pula di kota
Damsyik dalam usahanya hendak menyerbu ke Mesir, pusat peradaban Islam yang
masih semarak dan utuh.
Ibnu khaldun melihat dengan mata kepalanya sendiri kerontokan ummat dan
negara Islam. Dia menyaksikan bangsa Spanyol menghantam dari Barat dan bangsa
Mongol menyerang dan melanda dari Timur, di tengah- tengah itu umat dan negara
Islam terjepit. Sayangnya mereka tidak juga insaf dan sadar dan terus bergolak
juga sesama mereka.
Di saat- saat seperti itulah Ibnu Khaldun mengeluarkan bukunya yang
bernama Muqaddimah Ibnu Khaldun dan menyerahkan buku sakti itu kepada rajanya
Sultan Abi Abbas, pada permulaan tahun 1382 M
Sebenarnya Ibnu Khaldun hendak menahan kuruntuhan umat pada waktu itu
dengan memunculkan buku itu, namun sayang sekali sultan- sultan Islam di
masanya tidak sempat lagi mempelajari dan mempedomani petunjuk- petunjuk dan
konsep- konsep yang ditawarkan Ibnu khaldun karena terlalu sibuk dan bernafsu
dalam berebut kekuasaan dan kemegahan serat kebesaran suku- suku.
Ibnu Khaldun tidak dapat menemukan di Barat, Andalus dan Afrika sultan
yang gagah perkasa, adil dan bijaksana untuk menyusunkembali umat Islam yang
telah terkeping- keping. Akhirnya Ibnu Khaldun hijrah ke Timur, Mesir dan Syam
mencari pahlawannya, tetapi dia lebih kecewa lagi karena pusat- pusat Islam
telah dikuasai oleh bangsa Tar- Tar. Sedangkan sultan- sultan yang berasal dari
tentara sewaan Mamluk tengah bertarung
sesama mereka untuk berebut kekuasaan dan mahkota.40
Keadaan ini diperparah dengan kondisi intelektual umat Islam yang juga
sangat memprihatinkan. Pada waktu itu terjadi kemerosotan pemikiran yang sangat
tajam. Ibnu Khaldun hidup di zaman sesudah masa Ibnu Rusyd, seorang filosof
yang sangat hebat. Umat Islam yang pernah berjaya pada masa khilafah Abbasiyah di
bidang ilmu pengetahuan, kemudian menjadi hancur karena perebutan kekuasaan dan
pengaruh serangan dari pihak luar.
Merosotnya pengetahuan disebabkan pula rasionalitas kembali terbelenggu
dan mulai tidak mendapat tempat, karena pada waktu itu pengaruh tulisan tentang
“ketidakbaikan” filsafat.
Dalam kondisi intelektual umat yang seperti inilah Ibnu Khaldun
memaparkan konsep pendidikannya yang menekankan pada rasionalitas namun tidak
melupakan peran agama. Dia juga menekankan pentingnya doronmgan dari
pemerintahan dalam pendidikan. Karena dalam pemerintahan yang berperadaban
lebih maju maka akan menimbulkan pendidikan yang lebih maju dan system
pendidikan yang lebih mapan dan baik.
5. Karya-
karya Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun termasyhur
karena buku karangannya Tarikh Ibnu Khaldun. Buku ini terdiri dari tiga juz/
kitab Muqaddimah, I’bar dan Ta’rif .41 sedangkan isi dari kitab- kitab
tersebut ialah :
1.
Muqaddimah, buku ini dikarangnya
pada pertengahan tahun 1377 M dalam jangka waktu lima bulan. Ibnu Khaldun merasa sangat sukses
dengan hasil ciptaanya tersebut dan berkata : “ Saya telah menyelesaikan
Muqaddimah itu dengan cara yang aneh, saya seperti telah diilhami, sehingga kata-
kata dan pikiran- pikiran mengalir saja ke otakku “.42
kitab ini merupakan pengantar dari al- I’bar, yang oleh orang Barat
dinamakan “ Prologema “. Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti
dari seluruh persoalan, dan buku ini yang mengangkat nama Ibnu Khaldun begitu
harum.43 Kitab ini diawali dengan bab satu yang
berisikan ulasan tentang nilai- nilai sejarah dan bentuk- bentuknya, kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh para ahli sejarah dalam mecatat tanggal dan
peristiwa, baik karena sengaja dengan maksud- maksud tertentu maupun karena
kecerobohan yang tidak disengaja. Uraian ini disertai contoh- contoh dan
penjalasan- penjelasan yang menarik Ibnu Khaldun dari peristiwa- peristiwa yang
sesuai dengan hukum- hukum sosiologinya. Beliau juga menerangkan watak-watak
pergaulan masyarakat manusia bermasyarakat dan perbedaan di dalam masyarakat
menurut iklim masing- masing. Dijelaskan pula bagaimana iklim itu mempengaruhi
sifat- sifat dan karakter warna dan keadaan manusia.
Dalam bab kedua Ibnu Khaldun menerangkan tentang masyarakat Badui serta
sifat- sifatnya, karena masyarakat Badui nomadden maka mereka lebih
kasar daripada orang kota .
Mereka juga lebih ingin merdeka dan tidak tunduk pada kekuasaan. Dalam bab
kedua ini Ibnu Khaldun juga menerangkan tentang konsep ‘ashabiyahnya.
Dalam bab tiga beliau menjelaskan tentang negara dan kedaulatan,
asal usul negara, faktor- faktor yang
mempengaruhi tegaknya negara serta kedaulatannya. Batas maksimum suatu imperium
dan sebagainya.
Bab empat membahas tentang masyarakat pedesaan dan perkotaan,
asal- usul kota
dan keadaannya.
Bab lima
menjelaskan tentang ekonomi, pertukangan, dan tentang bagaimana mencari
penghidupan serta sedikit tentang spesialisasi.
Bab enam berisikan penjelasannya tentang ilmu pengetahuan,
dan pendidikan44
2.
Kitab Al I’bar Wa Diwan Al
Mubtada’ Wal Akhbar fi Ayyaam Al ‘Arab Wal ‘Ajam Wal Bar Bar wa man Ashrahum
min Dzawi Al Sulthan Al Akbar45. Kitab
ini memuat tentang sejarah bangsa Arab, generasi- generasi mereka, kerajaan-
kerajaan mereka sejak Khalifah Ar Rasyidi sampai zaman beliau, di samping itu ,
sejarah bangsa- bangsa lainnyapda zaman itu ditulis beliau juga secara ringkas
seperti bangsa Nabatan, Suryani, Parsi, Quthbi, Yunani dan lainnya.46
3.
Kitab ketiga yaitu At Ta’rif bi
Ibni Khaldun Wa Rihlatuhu Syarqan Wa Gharban. Buku ini disebut oleh orang Barat
sebagai Autobiografie of Ibn Khaldun.47
Buku ini bertutur tentang bangsa Bar Bar dan kerajaannya di Afrika utara.48
Selain beberapa karya yang
terkenal tersebut, selagi ia masih menjadi mahasiswa Ibnu Khaldsun telah
menulis buku- buku. Akan tetapi ia tidak pernah menyebutnya dalam Muqaddimah,
mungkin karena semua itu hanya buku- buku kecil saja, dan buku tentang Afrika
utara yang ditulisnya tahun 1401 M untuk Panglima Timur Lenk tak pernah
disebutnya karya ilmiah.49
Selain itu beliau juga
menulis tentang karya- karya orang di bebagai bidang di antaranya50
:
a.
Ringkasan Kitab Muhashal Al Karif
Mutaqaddimin Wa Mutaqakhi karangan Imam Fakhruddin Ar Razi, mengenai tauhid dan
teologi.
b.
Menulis tentang tasawuf, kitab itu
diterbitkan oleh Paus Agnathaus dengan pendahuluan panjang untuk meyakinkan
bahwa itu benar karangan Ibnu Khaldun.
c.
Ringkasan kecil tentang ushul
fiqh. Namun Ibnu Khaldun tidak pernah menyebutnya dalam kitabnya at Ta’rif.
d.
Menulis tentang Kitab Burdah,
kumpulan kasidah terkenal karangan Al Bushiri yang berisi tentang pujaan
terhadap Rasulullah SAW dalam bentuk Syair
1 Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan
Para Filosof Muslim, (Yogyakarta, Al Amin Press, 1997 ) hal.127
2 Ali Abdul Wahid Wafi, Ibnu Khaldun, Riwayat
dan Karyanya, terj. Ahmadie Thoha, (Jakarta, PT Temprin, 1985) hal. 3
3 Ibid. hal.4
4 Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu
Khaldun, tej. Ahmadie Thoha, ( Jakarta, Pustaka Firdaus, 1986 ) hal. 1
5 Lihat Osman Raliby, Ibnu
Khaldun Tentang Masyarakat dan Negara, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1978 )
hal.15- 16.
6 Ali abdul Wahid Wafi, Op Cit,
hal.9
7 Ibid. hal. 10.
8 Osman Raliby, OP cit,
hal..17,
9 Zainab Al Khudary, Filsafat
Sejarah Ibnu Khaldun, terj. Ahmad Rafi Usman ( Bandung Puataka, 1981 )
hal.10
10 Lihat Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu
Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, (Jakarat, Pustaka Firdaus, 1989 )
hal. Dari Ta’rif , Ibnu Khaldun, hal.16
11 Ali abdul Wahid Wafi, Op
Cit, hal. 11
12 Ibid,
13 A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan
dan Negara, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun, (Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 1992) hal. 46
14 Osman Raliby, Op Cit, hal
22
15 Zainab Al Khudary, Op Cit, hal. 10
16 Ali Abdul Wahi Wafi, Op Cit,
hal. 12- 13
17 Ibid, hal.1
18 Ibid
19 Pada saat itu ia pun sudah terbiasa
dalam kegiatan tulis- menulis, yaitu ketika ia menjadi mahasiswa, tetapi ia tak
pernah menyebut- nyebut kegiatannya dalam Muqaddimah boleh jadi itu disebabkan
karena buku- buku beliau belum berupa karya ilmiah. Lihat Osman Raliby, Op
Cit, hal.22
20 Ali Abdul wahid Wafi, Op Cit,
hal.167
21 Nasrudin Thoha, Tokoh-
Tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya,
Imam Ghazali, Ibnu Khaldun, Jakarta ,
Mutiara, 1979 hal.78
22 Osman Raliby, Op Cit, hal.
20
23 Mukti Ali, Ibnu Khaldun dan
Asal- usul Sosiologi, ( Yogyakarta, Yayasan Nida, 1970)
24 Syafi’I Ma’arif, Ibnu
Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur,( Jakarta, Gema Insani
Press, 1996 ) hal.5
25 Ibid, hal.14
26 Ibid, hal.15
29 Fathiyah Hasan Sulaiman, Op
Cit, hal. 18
30 Nasrudin Thoha, Op
Cit, hal. 88- 89
31 Ali Abdul Wahid Wafi, Op Cit,
hal.55
32 Nasrudin Thoha, Op
Cit, hal 90
33 Ibid, hal. 91
34 Ibid
35 Ibid, hal. 92
36 Ibid. hal. 58
37 Mukti Ali, Op Cit, hal.57
38 Ali Abdul wahid Wafi, Op Cit,
hal. 62
39 Ibid, hal. 63- 64
39 M A Enan, Ibnu Khaldun : His
Life And Work, Lahore, Ashraf Press, 1969 dalam Fuad Baali dan Ali Wardi, Op
Cit, hal.11
40 Disarikan dari Nasrudin Thoha, Op
Cit hal.67- 69
41 Busyairi Madjidi, Op Cit,
hal 159
42 Osman Raliby, Op Cit, hal.
30
43 Zainal Abidin Ahmad, Ilmu
Politik Islam IV, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1979 ) hal. 254
44 Lihat Ibnu Khaldun, Muqaddimah
Ibn Khaldun, terj Ahmadie Thoha.
45 Mukti Ali, Op Cit, hal. 9
46 Busyairi Madjidi, Op Cit,
129- 130
47 Zainal Abidin Ahmad, Op Cit,
hal. 253- 254.
48 Busyairi Madjidi, Op Cit,
hal. 130
49 Osman Raliby, Op Cit.
hal. 22
50 Ali Abdul Wahid Wafi, Op Cit,
hal.171- 173
51 Osman Raliby, Op Cit,
hal.23
0 Response to "Riwayat Singkat Ibnu khaldun dan Pemikirannya"
Post a Comment