Makalah Kesehatan Mental dalam Islam
Kesehatan Mental adalah | Kesehatan mental dalam Islam |Kesehatan mental psikologi |Kesehatan mental | Kesehatan mental dalam Psikologi |
KESEHATAN MENTAL
A.
Pengertian Kesehatan Mental
Islami
Secara etimologi kesehatan mental merupakan terjemahan
dari mental hygiene yang terdiri dari dua unsur kata hygiea dan
mental. Hygiea adalah nama dewi kesehatan Yunani, kata hygiea
tersebut kemudian berubah menjadi hygiene yang berarti ilmu kesehatan.
Sementara mental berasal dari bahasa latin mens, mentis yang berarti
jiwa, nyawa, sukma, roh dan semangat. Dengan demikian, secara etimologis dapat
dikatakan bahwa mental hygiene adalah ilmu mengenai kesehatan mental.
Pengertian mental hygiene secara terminologis menurut Kartini-Kartono
ialah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental yang mencegah timbulnya
gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, berusaha mengurangi atau
menyembuhkan mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.[1]
Menurut Horace dan English, dkk berpendapat, orang
yang sehat mental adalah pribadi yang dapat menyesuaikan diri, dapat menikmati
hidup dan dapat mencapai aktualisasi diri dan realisasi diri. Kesehatan mental
menurutnya keadaan yang positif.[2]
Abdul Aziz El-Qussy menyebutkan, bahwa kesehatan
mental adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi jiwa
yang disertai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang
ringan yang biasa terjadi pada setiap orang, di samping itu secara positif
dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan.[3]
Musthofa Fahmi menegaskan pada penyesuaian sebagai
tolak ukur terhadap sehat tidaknya mental seseorang yaitu keadaan seseorang
yang menentukan dinamisme sosialnya yaitu kesanggupan interaksi dan memberi
pengaruh pada masyarakat serta kesanggupannya merespon secara dinamis dengan
masyarakat di mana ia hidup dan bagaimana respon itu memuaskan kebutuhannya.[4]
Adapun kesehatan mental menurut Prof. Dr. Zakiyah Drajat
yaitu :
1.
Kesehatan mental adalah
terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari
gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.
Kesehatan mental adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dengan orang lain dan masyarakat
serta lingkungan tempat ia hidup.
3.
Kesehatan mental adalah
terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi
serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
4.
Kesehatan mental adalah
pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi. Bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga
membawa kepada kebahagiaan diri dari orang lain, serta terhindar dari gangguan
dan penyakit jiwa.
5.
Kesehatan mental adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya,
berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.[5]
Dari
kelima definisi kesehatan mental menurut Zakiyah Daradjat, yang memasukkan
unsur-unsur agama adalah pada nomor lima
saja, karena pada definisi nomor lima ,
memasukkan prinsip-prinsip kesehatan mental dan ada hubungan baik dengan
manusia dan lingkungannya sesuai dengan ketentuan Allah SWT. yang bertujuan
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, serta ada penyesuaian diri yang selalu
didasarkan pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Rumusan di atas menjadi komponen fundamental kesehatan
mental Islam yang menurut Thohari Musnamar selalu dihubungkan dengan akidah
keimanan, perilaku ibadah (dalam arti luas), budi pekerti yang luhur dengan
kehidupan ukhrowi.[6]
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka ada
perbedaan antara orang yang bermental sehat menurut Barat dan menurut Islam.
Kalau kesehatan mental menurut Barat lebih dititikberatkan pada aspek
manusianya saja tanpa melibatkan aspek ketuhanan. Adapun kesehatan mental Islam
mengutamakan kedua aspek tersebut yaitu aspek manusia itu sendiri dan aspek
hubungan dengan kholik sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan adalah
dengan cara meningkatkan keimanan dan amal saleh, sebagaimana firman Allah :
“Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik (Ar-Ra’d: 28).[7]
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik. (An-Nahl:
97).[8]
Dari arti kesehatan mental dan kandungan ayat di atas
dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang konsep kesehatan mental Islam yaitu
mereka yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Beriman kepada Allah SWT.,
beramal shaleh, hatinya bersih, berakhlak mulia, terhindar dari sifat-sifat
tercela, semangat dalam bekerja dengan tujuan untuk meraih kebahagiaan dunia
dan akhirat.
B.
Kriteria Kesehatan Mental
Islami
Sesuai dengan pengertian
dasar kesehatan mental Islami, maka kriteria mental yang sehat mengacu pada
konsep Islam tentang perkembangan kepribadian manusia secara keseluruhan dalam
rangka untuk mencapai insan kamil, dimana potensi religiusitas yang ada pada
setiap individu dijadikan sebagai dasar untuk berpijak. Islam sendiri
memberikan perhatian yang besar tentang pengembangan pribadi untuk meraih
kualitas insan kamil tersebut. Sebab manusia merupakan makhluk Allah
yang paling mulia, istimewa dan diberi keunggulan dibanding dengan makhluk
Allah yang lain. untuk itu manusia dituntut untuk memiliki kematangan secara
psikis, emosional, sosial serta keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt,
sehingga setiap sikap dan perilakunya benar-benar mencerminkan nilai-nilai
keislaman yang teguh.[9]
Proses pencapaian manusia
yang bermental sehat atau dalam kerangka Insan Kamil, membutuhkan
kondisi jiwa manusia yang menyerap sifat-sifat illahiyah dan berusaha
merealisasikan di dalam kehidupan, baik dalam konteks keberagamaan (hablumminallah)
maupun dalam konteks kemanusiaan (hablumminannas). Hubungan dengan Allah
bersifat kualitatif, bukan kedekatan dalam arti ruang dan hal ini dapat
diperoleh di dunia. Kedekatan kepada Allah ini akan dicapai oleh setiap
individu, bila dilakukan dengan pribadi upaya secara sadar, aktif dan terencana
sesuai dengan prinsip yang ditetapkan al-Qur’an.[10]
Menurut Ibnu Arabi, Insan
kamil adalah duplikasi Tuhan (nuskhah al-Haqq) yaitu Nur Muhammad
yang merupakan tempat penjelmaan (tajalli) asma’ dan dzat Allah yang paling menyeluruh
yang dipandang sebagai khalifah-Nya di muka bumi.[11]
Menurut pengamatan penulis
dari beberapa uraian di atas, maka kriteria kesehatan mental Islam adalah
seseorang yang merasakan kebahagiaan, ketenangan, sesuai dengan rambu-rambu
ajaran Islam, sehingga terwujudnya insan kamil. Maksud dari insan kamil yaitu manusia yang sempurna, bebas dari cela.
Menurut M. Iqbal insan kamil berarti seorang mukmin yang di dalam dirinya
terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan.
Dengan demikian, secara
umum dapat dikatakan bahwa mental yang sehat dalam kesehatan mental Islami
adalah terwujudnya taqarrub illahi yang diidealisasikan sebagai pribadi
yang disebut Insan kamil. Hal ini dapat diwujudkan dengan :
1.
Adanya keseimbangan antara
kebutuhan fisik dan psikis.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 27 :
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan
(kenikmatan) duniawi.[12]
Mengacu
pada ayat di atas, jelaslah bahwa Islam sangat menganjurkan kepada setiap
muslim untuk menuju ke dalam keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan fisik
biologis dengan kebutuhan mental psikis dalam batas-batas yang diperintahkan
oleh ajaran Islam. Kaitannya dengan hal
ini, M. Utsman Najati mengemukakan :
“bahwa bisa keseimbangan antara keseluruhan fisik dan pshikis
itu terrealisir, maka akan terrealisir pula kepribadian manusia dalam citranya
yang hakiki dan sempurna, seperti yang tercermin dalam kepribadian Nabi
Muhammad Saw. yang di mana pada dirinya terdapat keseimbangan antara kekuatan
spiritualnya yang mendalam dan vitalitas fisiknya yang tinggi.[13]
Dengan
demikian, dapat digambarkan secara ideal bahwa orang-orang yang benar-benar
sehat mentalnya menurut perspektif kesehatan mental Islami adalah terciptanya
keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pshikis (spiritual) dalam hal
ini adalah adanya hablumminallah dan hablum minannas.[14]
Dari beberapa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikis tersebut, maka akan mempengaruhi kesehatan
fisik seperti badan terasa sehat, nafsu makan normal, serta mampu melaksanakan
segala aktifitas kesehariannya.
2.
Terciptanya ketenangan dan
kebahagiaan serta terhindar dari gangguan kejiwaan.
Salah
satu syarat terwujudnya integritas pribadi muslim adalah terciptanya ketenangan
jiwa. Terciptanya ketenangan jiwa inilah yang pada gilirannya menjadikan hidup
memperoleh kebahagiaan (sa’adah). Ketenangan jiwa merupakan anugerah
yang terbesar yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Karena dengan ketenangan
jiwa tersebut manusia mendapatkan kebahagiaan.
Nafs
atau jiwa manusia secara umum dapat dikategorisasikan menjadi tingkatan
yaitu nafsu amarah, nafsu lawamah dan nafsu muthmainnah. Nafsu
Amarah merupakan pribadi yang tunduk pada kemauan syahwat yang merupakan
ajaran syaitan. Nafsu lawamah merupakan pribadi yang ketundukkannya pada kebaikan tidak
sempurna, karena kelalaiannya dalam beribadah, meskipun ia memperoleh nafsu
syahwat. Sedangkan nafsu muthmainnah merupakan nafsu yang senantiasa
patuh dan tunduk pada perintah Tuhan dan melawan nafsu syahwat.[15]
Dengan
didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt, maka dengan berproses ketiga nafs
atau jiwa tersebut harus diarahkan menuju kesempurnaan artinya nafsu amarah
yang mempunyai dimensi kejahatan harus dirubah ke arah penyadaran agar dapat
dikendalikan, sebab jiwa yang dikendalikan tersebut akan dapat mendorong
manusia ke arah kesempurnaan yang pada akhirnya akan mendapatkan ketenangan dan
kebahagiaan. Inilah yang berarti sekarang telah memiliki mental yang sehat.
Seseorang
yang memiliki kesehatan mental dengan ciri terciptanya ketenangan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat-dalam hal ini bisa diaktualisasikan dengan
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, serta merealisasikan nilai-nilai agama
dengan beramal shaleh, berakhlak mulia terhadap sesama makhluk, serta mampu
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, masyarakat maupun lingkungan.
Adapun
kriteria jiwa yang sehat adalah :
a)
Zuhud
Zuhud
adalah bertapa di dalam dunia, atau dengan kata lain zuhud yaitu
bersiap-siap di dalam hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban
sekemampuannya dan menyingkir dari dunia yang haram serta menuju kepada Allah
SWT baik lahir maupun batin.
b)
Sabar
Sabar
merupakan sendi dasar yang harus dimiliki sesama kita hidup di dunia ini, ia
pun mengandung akhlak yang mulia dan
keutamaan-keutamaan yang agung.[16]
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Az -Zumar : 10 yaitu :
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala tanpa batas. (Q.S Az-Zumar: 10). [17]
c)
Tawakal
Hendaklah
kita selalu bertawakal kepada Allah SWT.
karena barangsiapa tawakal dan pasrah kepada Allah SWT., maka ia akan
dicukupi, ditolong dan selalu dikasihani-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat
Ali-Imron, 159 yaitu :
‘Maka bertawakallah kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah
SWT mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada Allah SWT.’ (Q.S
Al-Imron: 159).[18]
d)
Syukur
Allah
SWT menganjurkan kepada manusia untuk selalu bersyukur, mensyukuri nikmat yang
telah diberikan Allah SWT kepada kita. Barang siapa yang mau bersyukur pada
Allah SWT, maka Allah SWT akan menambah nikmat, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Ibrahim:
7 yaitu :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan
menambah nikmat kepadamu.”(Q.S. Ibrahim: 7). [19]
e)
Ridho
Mengenai
ridho, al-Harits mengatakan, ridho adalah ketenangan kalbu di bawah alur
hukum, dan Dzun Nun al-Mishri menegaskan, “Sukacita kalbu lahir dari kepahitan qadha.”
Allah SWT berfirman: Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya.
(Q.S. Al-Bayinah: 8).[20]
C.
Macam-macam Gangguan
Kejiwaan
Setiap orang dalam kehidupannya selalu mengalami
berbagai persoalan yang harus diatasi dan diperjuangkan dalam hidupnya. Tidak
seorang pun yang mendambakan ketenangan dan kebahagiaan. Persoalan yang belum
dapat diatasi menimbulkan gangguan keseimbangan dan tekanan perasaan. Hasil
penyelidikan menyatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental.[21]
1.
Hysteria
Hysteria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi kesukaran-kesukaran tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan
pertentangan batin. dalam menghadapi kesukaran itu, orang tidak mampu
menghadapinya dengan cara yang wajar, lalu melepaskan tanggungjawab dan lari
secara tak sadar kepada gejala-gejala hysteria yang tidak wajar.[22]
Di antara gejala-gejalanya ada yang berhubungan dengan fisik yaitu :
a)
Lumpuh Hysteria
Lumpuh hysteria adalah lumpuhnya satu anggota
fisik, akibat tekanan atau pertentangan batin yang tidak dapat diatasi.
Biasanya si sakit menggunakan gejala ini secara tidak sadar untuk membela diri
dan untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang dihadapinya. Ciri-ciri khas yang
menyertai gejala hysteria antara lain : sering pusing, anggapan yang salah
yaitu merasakan sakit yang sebenarnya tidak sakit, menderita kelumpuhan anggota
badan menjadi kaku, buta dan tuli, selalu gemetar, muntah-muntah, dan sering
mendapatkan gangguan pada saat pernafasan.[23]
b)
Kejang Hysteria
Kejang hysteria yaitu badan seluruhnya menjadi kaku
tidak sadarkan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan
teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan, tapi air mata tidak keluar, dan
tanda-tanda kejang hysteria adalah dalam pandangan matanya terlihat
kebingungan. Setelah kejadian itu, biasanya si sakit kebingungan, sering
tersinggung, perasaan tertekan, penyesalan. Sedih dan sebagainya.[24]
2.
Neurasthenia
Neurasthenia ditandai oleh adanya kondisi
syaraf yang lemah tanpa memiliki energi untuk hidup, selalu terus-menerus
merasa capek dan lemah yang hebat disertai dengan keluhan atau kecemasan dan
perasaan-perasaan nyeri, sehingga individu menjadi malas dan segan berbuat
sesuatu. Neurasthenia ini dianggap sebagai gangguan-gangguan atau penyakit
fungsional.[25]
Gejala-gejala neurasthenia antara lain, seluruh badan
letih tidak bersemangat, lekas merasa payah walaupun sedikit tenaga yang
dikeluarkan. Perasaan tidak enak, sering marah, menggerutu dan sebagainya.
Tidak sanggup berpikir tentang suatu persoalan, sukar mengingat dan memusatkan
perhatian. Sebab terpenting dari neurasthenia adalah adanya ketidaktenangan
jiwa, kegelisahan, tekanan, dan pertentangan batin serta persaingan.[26]
Dari gejala-gejala di atas dapat dilihat bahwa mereka memiliki kepribadian yang
kurang sempurna dan emosinya tidak stabil yang disebabkan karena
ketidaktenangan jiwa.
3.
Psychasthenia
Psychosthenia adalah semacam gangguan jiwa yang
bersifat paksaan atau kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan
integrasi yang normal.[27]
Penyakit ini disebabkan oleh : trauma terhadap pengalaman-pengalaman masa lalu,
rasa malu dan merasa bersalah (berdosa), konflik-konflik internal yang
mengakibatkan kondisi mentalnya menjadi lemah. Gejala-gejala penyakit ini
antara lain :
a)
Phobia
Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal,
atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan. Si sakit tidak tahu mengapa
ia takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. kadang-kadang rasa takut
itu yang tidak masuk akal menyebabkan tertawaan orang, sehingga makin merasa
cemas. Di antara phobia yang dikenal adalah talut berada di tempat yang
tertutup, tinggi, luas, di tengah orang ramai, melihat darah dan sebagainya.[28]
b)
Obsesi
Obsesi yaitu gejala gangguan jiwa, di mana si
sakit dikuasai oleh pikiran yang tidak bisa dihindarinya. Misal seorang gadis
yang merasa bahwa ia akan sengsara saja. apabila ia sedang menimba air, maka ia
merasa akan jatuh ke dalam sumur. Ia merasa pula bahwa hidupnya selalu diliputi
kesusahan.[29]
c)
Kompulsi
Kompulsi ialah gangguan jiwa yang menyebabkan
orang terpaksa melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tidak, apabila
tindakan itu tidak dilakukannya, maka si penderita akan merasa gelisah dan
cemas. Kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu
dilakukan. Gejalanya antara lain : paksaan mengulangi pekerjaan (repetitive
compulsive), paksaan mengikuti urutan-urutan tertentu (compulsive or
derlinase), dan lain-lain.
D.
Gangguan Jiwa Menurut Islam
Dalam uraian di atas telah dijelaskan tentang
kesehatan mental Islami yaitu tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat yang
didasarkan pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT., Untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat seseorang harus meninggalkan beberapa akhlak madzmumah.
Akhlak madzmumah merupakan suatu perilaku buruk yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi sesat dalam kehidupannya, karena tidak sesuai dengan ajaran
agama.
Oleh karena itu, seseorang yang memiliki perilaku
akhlak madzmumah dalam kesehatan mental Islami dipandang memiliki
gangguan jiwa (neurose) yang oleh Sukanto dan A. Dardiri disebut dengan
gangguan (penyakit) nafsaniyah.[30]
Akhlak madzmumah yang dapat menjadikan individu
mengalami gangguan mental/jiwa menurut Islam antara lain :
1.
Riya
Riya merupakan penyakit mental yang mengandung
tipuan/mencari muka. Riya dikategorikan sebagai syirik yang tersembunyi, sebab
menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya untuk mendapatkan pujian maupun
sanjungan dari orang lain. Rasulullah bersabda ; “Sesuatu yang amat aku
takuti yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil yaitu Ria.” (HR. Ahmad).[31]
Penyakit riya ini
masuk dalam jiwa manusia dengan halus dan tidak terasa, sehingga
hampir-hampir tidak ada orang yang selamat darinya. Timbulnya penyakit riya,
disebabkan seseorang membesarkan sesuatu makhluk. Adapun riya dalam perbuatan
merupakan amal akhirat yang seharusnya untuk tujuan taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT, tetapi beralih menjadi motivasi duniawi.[32]
Penyakit ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang melaksanakan ibadah tidak
sungguh-sungguh karena Allah SWT semata. Contohnya melaksanakan sholat agar
dipuji orang lain.
2.
Dengki
Rasulullah Saw. bersabda :
“Jauhilah sifat dengki, karena dengki itu menghanguskan amal-amal yang
baik sebagaimana api menghanguskan kayu bakar. (H.R. Abu Daud).”
Sifat dengki semakna dengan sifat iri hati. Sifat
dengki yang ada pada diri seseorang bisa menimbulkan sifat-sifat atau perilaku
lainnya yang lebih tercela.[33]
3.
Tamak
Tamak merupakan penyakit hati yang sangat membahayakan
bagi kehidupan umat manusia, terlebih bagi umat Islam. Ia akan menggerogoti
kejernihan hati dan pikiran sehat, sehingga setiap orang yang mengidap penyakit
ini maka hatinya tidak akan bisa berkonsentrasi dalam mengabdikan diri kepada
Allah SWT.[34]
4.
Ghibah
Ghibah atau menggunjing adalah perbuatan yang
nyata-nyata diharamkan atau dilarang oleh Allah SWT.[35]
sebagaimana firman-Nya :
Dan janganlah kalian menggunjing orang lain. sukakah kamu memakan
daging saudaramu yang sudah mati ? niscaya kalian akan merasa jijik padanya.”(Q.S.
Al-Hujurat : 12)[36]
Dalam ayat tersebut Ghibah disamakan dengan memakan
daging saudara sendiri yang telah mati.
5.
Marah
Marah merupakan penyakit hati yang menyebabkan banyak
kejahatan dan amal yang buruk. Maskawaih menganggap marah merupakan penyakit
jiwa yang berbahaya. Marah itu sendiri tidak dilarang. Ia ditanamkan dalam jiwa
untuk menghilangkan segala sesuatu yang merusak dan ia akan mendapat maksud ini
jika ia sederhana dan tidak berlebihan atau kekurangan.[37]
Maksud marah yang tidak dilarang yaitu marah yang membantunya untuk menjaga
diri, karena marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungus esensial
bagi kehidupan manusia.
6.
Was-was
Penyakit was-was merupakan akibat bisikan hati,
cita-cita dan angan-angan dalam nafsu dan kelezatan. Bila nafsu dan kelezatan
semakin meluap, maka seseorang menjadi lupa daratan, lupa pada kebenaran dan
sesat tak tentu arah, sehingga orang tersebut akan melakukan perbuatan-perbuatan
yang paling buruk dan akhirnya jatuh pada penyakit mental. Seseorang yang telah
dimasuki penyakit was-was ini akan sulit melepaskan diri, sebab penyakit was-was
berasal dari Syetan yang memasuki dada seseorang. Syetan menunjukkan bahwa jalan sesat itulah
yang lebih baik, sifat durhaka itulah yang lebih indah sehingga manusia
diperdaya dengan rasa was-was itu.[38]
7.
Rakus
Rakus adalah keinginan yang berlebihan untuk makan,
keinginan makan adalah wajar pada manusia dan bertujuan untuk menyehatkan badan
yang dapat digunakan untuk kebahagiaannya. Tetapi pemuasan yang sederhana
terhadap keinginan ini yang dapat mencapai tujuan ini.[39]
8.
Bakhil
Bakhil artinya kikir, yaitu keengganan atau
ketidaksediaan untuk memberikan sebagian hartanya kepada pihak-pihak lain yang
membutuhkan. Di lain pihak orang bakhil biasanya tidak pernah puas untuk
mengumpulkan harta benda, sekalipun hartanya itu menurut ukuran normal cukup
banyak.[40]
Dalam ayat al-Qur’an dijelaskan tentang orang bakhil
akan mengalami kesulitan yaitu :
“Adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya serba cukup dan
mendustakan yang baik, kami akan mudahkan untuk mendapatkan kesulitan.[41]
(Q.S. Al-lail (92): 8-10)
[1]
Katini-Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung, Mandar Maju, 1989), hlm. 3.
[2] Thohari
Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta
: UII Press, 1992), hlm. Xiii.
[3] Abdul
Aziz El-Qussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1974), hlm. 38.
[4] Musthofa
fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), hlm. 24.
[5] Zakiyah
Daradjat, Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran,
Pidato Pengukuhan Guru Besar, (Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1984).
[6] Thohari
Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta
: UII Press, 1992), hlm. xiv.
[7] Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama, 1985), hlm. 373.
[8] Ibid.,
hlm. 417.
[9] Khufrin
Iddah Fitriyatin, Kesehatan Mental Islami dalam Pembentukan Kepribadian
Muslim, (Yogyakarta
: Skripsi Fak. Tarbiyah, 2002), hlm. 36.
[10] Ibid,
hlm. 37.
[11] Amin
Syukur, Menggugat Tasawuf , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 70.
[12] Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama, 1985), hlm. 613.
[13] M.
Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa , (Bandung : Pustaka, 1985), hlm.
255.
[14] Hanna
Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995),
hlm. 84.
[15] Hanna
Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, menuju Psikologi Islam,
(Yogyakarta L Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 83.
[16] Sayid
Abdullah Alwi al-Hadadh, Risalah Mu’awanah, (Surabaya : Mutiara Ilmu,
1995) hlm. 205.
[17] Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama, 1985) hlm. 747.
[18] Ibid.,
hlm. 103.
[19] Ibid,
hlm. 380.
[20]
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama,
1985),, hlm. 1085.
[21] Zakiyah
Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : Gunung Agung, 1982), hlm 53.
[22] Ibid.
[23] Kartini
Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung
: Mandar maju, 1989), hlm. 98
[24] Ibid.
[25] Ibid.,
hlm. 117
[26] Zakiyah
Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta
: Gunung Agung, 1982), hlm. 34
[27] Ibid.,
hlm. 44.
[28] Ibid.
[29] Ibid.
[30] Sukanto
dan Dardiri Hasyim , Nafsiologi, (Surabaya : Risalah Gusti, 1995), hlm. 84.
[32] Uwes
al-Qarni, 60 Penyakit Hati, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 43.
[33] Fuad
Kauma dan Nifan, Kisah-kisah Akhlak
Tercela, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1998), hlm. 53.
[34] Ibid.,
hlm. 79.
[35]
Ibid., hlm. 99.
[36]
Departemen Agama, al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama, 1985), hlm. 847.
[37]
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta : Pustaka
al-Husna, 1992), hlm. 348.
[38] Ibid.,
hlm, 334.
[39]
Ibid., hlm. 333.
[40] Hanna
Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 136.
[41]
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen Agama, 1985), hlm. 1064.
0 Response to "Makalah Kesehatan Mental dalam Islam"
Post a Comment