Makalah Penelitian Pengaruh Modernisasi Terhadap Keagamaan
Makalah Pengaruh Modernisasi terhadap agama | Makalah Pengaruh Organisasi Terhadap Budaya masyarakat.
PENGARUH MODERNISASI TERHADAP
RELIGIUSITAS MASYARAKAT PERKOTAAN
Studi Penelitian Di Mekarwangi
Cikarang Barat Bekasi
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Modernisasi merupakan suatu istilah yang sarat dengan arti dan
berkonotasi ganda, lebih kurang merupakan perubahan-perubahan saling tergantung
yang telah menguasai masyarakat idustrial. Dalam kerangka global modernisasi
menandakan suatu sempalan terhadap tradisi atau semua bentuk sosial dan budaya
yang dikenal pada masa lalu. Modernisasi meruntuhkan tatanan lama yang
didominasi oleh pertanian dan agama, dan memacu seluruh perubahan teknologis
dan budaya yang berkembang selama beberapa abad.[1]
Dalam proses transformasi tersebut, akar-akar agama dalam masyarakat
tersebut tidak hilang seiring dengan perubahan tradisi, namun membuat suatu
bentuk yang berpengaruh pada bentuk agama dikemudian hari. Tradisi dalam
masyarakat berkembang menjadi keberagamaan internal dari tradisi masyarakat
lokal dan diferensasi struktural tradisi tersebut hingga akhirnya agama harus
berjuang dengan dua dilema, yaitu modernisasi sebagai tantangan-tantangan
pluralisme budaya dan kritik yang berdasarkan ilmu pengetahuan.[2]
Secara historis, modernisasi lahir pada tahun 1950-an di Amerika Serikat
dan merupakan respons kaum intelektual terhadap perang dunia bagi penganut
evolusi sebagai jalan optimis menuju perubahan.
Dari sudut pandang sosiologi, teori modernisasi menjelaskan modernisasi
dengan merujuk pada awal mula dari proses yang disebutkan Talcott Parsons
sebagai differensiasi struktural. Ini adalah proses yang dapat didorong oleh
berbagai cara, namun yang sangat mungkin disebabkan oleh perkembangan teknologi
dan nilai-nilai. Sebagai akibat dari proses ini, lembaga/institusi berlipat
ganda, struktur yang sederhana dari masyarakat tradisional ditransformasikan ke
dalam struktur yang kompleks dari masyarakat modern. Modernisasi melibatkan
indutrialisasi, urbanisasi, meningkatnya masyarakat yang berpendidikan,
mobilisasi sosial dan berbagai tatanan yang lebih kompleks dan beragam.[3]
Bagi para pendiri sosiologi, modernisasi adalah peralihan dari mayarakat
tradisional menuju masyarakat industrial yang menyiratkan adanya disolusi
cara-cara organisasi masyarakat tradisional. Agama, korporasi atau badan hukum
dan komunitas pedesaan akan lenyap dengan munculnya industrialisasi dan
urbanisasi. Kota
modern, industri besar dan pasar ditandai dengan adanya bentuk-bentuk baru
sosiobilitas, dimana individu menjadi anonim dan tercabut dari akarnya.
Implikasinya hubungan sosial menjadi impersonal.[4]
Dalam masyarakat modern, rongrongan terhadap agama, moral, budi pekerti,
warisan budaya lama dan tradisi telah menimbulkan ketidakpastian fundamental di
bidang norma, nilai, moral dan etika. Perubahan-perubahan sosial yang serba
cepat itu, menyebabkan warga masyarakat kehilangan identitas.
Kebanyakan masyarakat dunia dewasa ini terkait pada jaringan
modernisasi, baik yang baru memasukinya maupun yang sedang meneruskan tradisi
modernisasi.[5] Aspek
yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu masyarakat adalah pergantian teknik
produksi dari cara-cara tradisional menuju cara-cara modern yang tertampung
dalam pengertian revolusi industri.[6]
Pengaruh abad industri, sebagai ciri khas modernisasi, tidak saja
menyantuh aspek ekonomi tetapi juga moral dan agama. Agama pada era ini, juga
mengalami proses “Industrialisasi”, yaitu sebuah proses yang mereduksi agama
sedemikian rupa sehingga kehilangan nilai-nilai kasih sayang. Gaya hidup masyarakat industri, yang muncul
di perkotaan, yang rasional dan sekuler mengasumsikan agama secara terpisah
dari kegiatan ekonomi dan industri, sosial dan politik, juga sains dan
teknologi.[7]
Agama menjadi terasing dari kehidupan sosial, dan lama-lama mengalami
apa yang disebut dengan krisis relevansi. Krisis relevansi adalah ungkapan
tentang posisi agama diluar kehidupan sosial dan tidak adanya konsep-konsep
yang diberikannya dalam menyelesaikan problem-problem kemanusiaan. Agama seakan
terpenjara dalam hati, pasif dan tidak teraktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Ia seakan hanya merupakan himpunan nilai, ide, norma, doktrin dan keyakinan,
yang tidak peduli tarhadap kejadian dan problem sosial yang ada di sekitarnya.
Namun demikian, sekuler sains dan teknologi ini, menyebabkan timbulnya
dehumanisasi dan petologi-petologi sosial. Oleh karenanya, pada era tersebut
orang kembali melirik kepada agama. Agama, dengan nilai-nilai spiritual yang
dimilikinya, diharapkan memberikan sumbangan bagi pemecahan berbagai problem
yang sekarang dihadapi oleh ummat manusia.
Dalam hal tersebut, kota merupakan tempat bagi masyarakat industri–sekuler
yang memiliki karakteristik antara lain, perkembangan iptek mempengaruhi
kehidupan beragama masyarakat, sekularisasi menggantikan nilai sakral,
organisasi keagamaan terpecah-pecah dan majemuk, munculnya teloransi beragama,
keyakinan dan ritus sebagai pusat kebersamaan kelompok dalam tatanan sosial,
upacara-upacara sakral-seremonial pada organisasi keagamaan dan pemerintahan,
tingkah laku masyarakat dibentuk berdasarkan nilai-nilai keagamaan, dan
terdapat tipe penyesuaian terhadap masalah keutuhan kepribadian dalam
masyarakat industri modern, yaitu terintegrasi atas dasar nilai-nilai
oragnisasi keagamaan dan melalui proses penggolongan.
Agama, bagi masyarakat kota ,
berfungsi sebagai pengisi kekosongan jiwa, kekosongan sosial dan non-status
pada individu. Pada sisi lain, agama dinilai kembali secara ilmiah dan
terkadang justru dijadikan alat bagi kelompok-kelompok masyarakat tertentu
untuk mencapai kepentingannya.
Modernisasi telah menghasilkan perkembangan yang signifikan
ditengah-tengah masyarakat perkotaan khususnya daerah Mekarwangi. Sebagai salah
satu kawasan industri di Bekasi, pengaruh modernisasi telah melahirkan wacana,
konsep dan pemikiran baru tentang nilai-nilai agama yang selama ini dianut
masyarakat Mekarwangi. Semua berkembang, berubah dan mencari bentuk paling
ideal yang diinginkan masyarakat setempat.
Moderisasi merupakan gejala masyarakat yang berubah dan implikasi logis
untuk memenuhi kebutuhan dan tatanan sosial. Perkembangan ini memberikan corak
baru bagi masyarakat dan terakses dalam segala bidang manusia tak terkecuali
corak keberagamaan masyarakat Mekarwangi. Pengaruh Modernisasi memberikan aspek
positif untuk mengatasi ketegangan-ketegangan dari berbagai persoalan hidup,
namun disisi lain aspek negatifnya justru dapat membawa disintegrasi sosial.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas, peneliti akan mengangkat beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi dan fenomena
keagamaan masyarakat Mekarwangi?
2.
Sejauh manakah dampak modernisasi
terhadap perubahan sosial-agama masyarakat Mekarwangi?
C. TUJUAN
DAN MANFAAT PENELITIAN
Peneliti mempunyai dua tujuan, yaitu formal akademik dan tujuan
non-formal. Sebagai tujuan formal akademiknya adalah guna memenuhi
syarat-syarat dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu Studi
Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta menyumbangkan suatu karya
ilmiah yang berkaitan dengan bidang studi peneliti. Adapun tujuan non-formal
akademiknya adalah:
1.
Untuk menjelaskan kondisi dan
fenomena keagamaan masyarakat Mekarwangi sekaligus menerapkan model budaya
sebagai paradigma modernisasi.
2.
Untuk mendeskripsikan pengaruh
modernisasi terhadap perubahan sosial-agama dalam masyarakat Mekarwangi?
Sedangkan peneliti berharap,
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan studi sosiologi agama, guna mengembangkan
disiplin ilmu agama dalam mempelajari fenomena keagamaan masyarakat akibat
pengaruh modernisasi.
D. TELAAH
PUSTAKA
Secara umum, agama dan modernisasi
sudah sering menjadi kajian para sarjana sosiologi dan antropologi. Mereka
tertarik membicarakan bagaimana nasib agama ketika berhadapan dengan modernisasi
yang sedang melanda semua masyarakat dunia. Hampir semua sarjana sosiologi dan
antropologi menganggap bahwa ketika agama berhadapan dengan modernisasi, ia akan
tersisihkan peranannya sebagai faktor legitimasi utama dalam masyarakat,
digantikan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat
itu sendiri yang didasarkan oleh ilmu pengetahuan.
Pembahasan problema modernisasi sebagai
krisis dan tanggapan, dapat ditemui dalam berbagai literatur seperti:
buku-buku, majalah, jurnal, surat
kabar, artikel internet dan sebagainya. Namun umumnya literatur yang ada
kebanyakan ditulis dari titik tunggal. Sedang dalam penelitian ini, peneliti
berusaha untuk menyuguhkan beberapa sudut pandang dalam memahami fenomena
keagamaan didalam masyarakat.
Dikatakan dalam buku Modernisasi
Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, bahwa
modernisasi merupakan suatu cabang dari sosiologi yang mempelajari
perubahan-perubahan dalam masyarakat dunia ketiga, termasuk Indonesia .
Cabang pengetahuan ini dikenal pula dengan sebutan sosiologi pembangunan karena
masalah yang diteliti menyangkut gejala akulturasi, kontak kebudayaan dan
urbanisasi. Pembahasan J.W. Schoorl dalam buku ini berkisar pada proses
modernisasi yang diawali dengan uraian tentang modernisasi sebagai gejala
sosial, negara sedang berkembang sebagai obyek penelitian kemudian diteruskan dengan
tema-tema pokok seperti: ciri-ciri masyarakat modern dan masyarakat sedang
membangun, modernisasi politik, modernisasi pedesaan dan urbanisasi.
Pengaruh modernisasi terhadap
hilangnya nilai-nilai tradisi, krisis masyarakat modern dan pasang naiknya
sosiologi merupakan pembahasan utama dalam buku Teori-teori Sosiologi
Modernitas dan Posmodernitas karangan Bryn Turner. Namun buku yang luas
jangkauannya ini tentang teori-teori modernisasi, bergerak melampaui pembahasan
filsafat dengan menjelajahi gagasan kepascamodernan.
Dalam buku Kriminalitas,
Modernitas dan Identitas Dalam Sejarah Indonesia , modernitas dan
identitas adalah dua tema menarik yang mendapat tempat utama dalam buku ini.
Tema identitas yaitu mencari asal usulnya terjadi perubahan dalam masyarakat
dengan menggunakan sumber-sumber historigrafi tradisional. Sedangkan
modernisasi dilihat dari konteks budaya dan kaitannya dengan pembentukan
institusi-institusi sosial kemasyarakatan.
Secara spesifik, masyarakat muslim
perkotaan dapat dilihat dari pandangan Mastuki H.S. dalam buku Beragama Di Abad
Dua Satu. Muslim perkotaan memiliki keunikan dan kekhasan sebagai bagian dari masyarakat yang menghadapi masalah yang
sangat kompleks, menjadi sasaran awal dari pengaruh modernisasi. Tantangan
hidup keagamaan bagi masyarakat perkotaan lebih terasa langsung dan mendesak.
Adapun pudarnya nilai-nilai moral beragama dalam masyarakat modern menurt Yahya
Ilyas, disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama,
kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama.
Kedua,
kuatnya arus pluralisme moral yang terjadi dizaman sekarang ini
[1] Richard Osborne &
Borin Van Loon, Mengenal Sosiologi For Beginners (Bandung: Mizan, 1998),
hlm. 20.
[4] Philippe Cabin & Jean
Francois (ed.), Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2004), hlm. 407.
[6] J. W. Schoorl, Modernisasi
Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang (Jakarta:
Gramedia, 1980), hlm. 1.
[7] Syafi'i Mufid &
Munawwar Fuad (ed.) Beragama Di Abad Dua Satu (Jakarta: Zikrul Hakim,
1997), hlm. 115.
0 Response to "Makalah Penelitian Pengaruh Modernisasi Terhadap Keagamaan"
Post a Comment