Image1

Kontroversi Sejarah Perumusan Pancasila

 Kontroversi Sejarah Perumusan Pancasila
Pendahuluan | Selama pemerintahan Orde Baru sengaja direkayasa sejarah lahirnya Pancasila. Hal ini bertalian dengan strategi pengendalian sejarah dengan mengecilkan jasa Soekarno dan melebih-lebihkan peran Soeharto.
Dalam kaitan 1 Juni 1945 saat Soekarno berpidato tentang dasar negara yang dinamai Pancasila dikatakan, M Yamin berpidato sebelum Bung Karno. Supomo telah menguraikan dasar negara. Bahkan, pada buku-buku sejarah yang digunakan di sekolah diajarkan, Pancasila merupakan karya seluruh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.
             Sejak 1 Juni 1970 Kopkamtib melarang peringatan lahirnya Pancasila. Tanggal 22 Juni 1970, Presiden Soekarno wafat. Sejarawan Perancis, Jacques Leclerc, mengatakan, pada dasarnya Bung Karno "dibunuh dua kali". Berstatus "tahanan rumah" tetapi tak dirawat sehingga kesehatannya memburuk lalu meninggal, dan pemikirannya dilarang didiskusikan.
            Kontroversi lahirnya Pancasila dimulai awal Orde Baru (Orba) dengan terbitnya buku Nugroho Notosusanto, Naskah Proklamasi jang otentik dan Rumusan Pancasila jang otentik (Pusat Sejarah ABRI, Departemen Pertahanan-Keamananan, 1971). Nugroho mengatakan, ada empat rumusan Pancasila: disampaikan M Yamin 29 Mei 1945; Soekarno (1 Juni 1945); berdasarkan hasil kerja Tim Sembilan yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (22 Juni 1945) dan seperti termaktub dalam UUD 1945 (18 Agustus 1945). Menurut Nugroho, rumusan Pancasila yang autentik adalah rumusan 18 Agustus 1945 karena Pancasila seperti dalam pembukaan UUD 1945 dilahirkan secara sah (berlandaskan Proklamasi) tanggal 18 Agustus 1945.
            Pada bagian akhir, Nugroho menandaskan lahirnya Pancasila tidak perlu dikaitkan dengan tokoh secara mutlak. Karena lahirnya sesuatu gagasan sebagai yang abstrak, tidak mudah ditentukan dengan tajam. Yang dapat dipastikan, saat pengesahan formal dan resmi daripada suatu dokumen".
Sejarah Perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya berjalan berabad-abad dengan cara bermacam-macam dan bertahap. Sejarah perumusan Pancasila erat hubungannya dengnan sejarah perjuangan bangsa Indonesia sekalipun didalamnya terdapat kontroversi tentang perumusan Pancasila. Karena sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak berabad-abad yang lalu panjang sekali maka  perlulah ditetapkan tonggak-tonggak sejarah itu yaitu yang menonjol, terutama dalam hubungannya dengan Pancasila.[2]
Berikut kami paparkan tentang histoiritas Pancasila versi Orde baru yang selama ini kita tahu melalui buku-buku terbitan era Orde Baru ataupun melalui pendidikan disekolah.
Pada hakekatnya nilai-nilai pancasila telah tertanam pada bangsa Indonesia sejak dahulu. Kronologisnya adalah dimulai sejak abad VII-XVI yaitu pada jaman kerajaan-kerajaan tempo dulu.[3] Kemudian berlanjut ketika penjajahan bangsa barat hingga perlawanan fisik bangsa Indonesia. Pada tanggal 29 Mei 1945 BPUPKI mengadakan sidang yang pertama. Peristiwa ini dijadikan sebagai tonggak sejarah karena pada saat itu Muh. Yamin menyampaikan lima asas dasar untuk negara Indonesia merdeka yakni:
Pertama, Peri Kebangsaan.
Kedua, Peri Kemanusiaan.
Ketiga, Peri Ketuhanan.
Keempat, Peri Kerakyatan dan
Kelima, Kesejahteraan Rakyat.[4]
Setelah berpidato, beliau menyampaikan usul tertulis mengenai rancanngan UUD RI. Didalam pembukaan rancangan UUD itu tercantum perumusan lima asas dasar negara yang berbunyi sebagai berikut:
  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
  3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan dalam permisyawaratan perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia[5]
Atas dasar ini Muh. Yamin meyakinkan kita bahwa Pancasila tidaklah lahir  pada tanggal 1 Juni 1945 karena pada tanggal 29 Mei tersebut, Muh. Yamin telah mengucapkan  pidato serta menyampaikan usul Rancangan UUD NKRI yang berisi lima asas dasar negara. Bahkan lebih dari itu, perumusan dan sistematika yang dikemukakan oleh Muh. Yamin hampir sama dengan Pancasila yang sekarang ini (Pembukaan UUD 1945). Sedangkan pidato Ir. Soekarno dihadapan BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 dianggap mengikuti  pandangan dari Muh. Yamin. Sejarah bangsa  Indonesia masih terus berjalan dari Piagam Jakarta yang  membahas sila ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Proklamasi Kemerdekaan RI hingga Pengesahan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.[6]
Sebagai catatan tambahan bahwa selain rumusan diatas terdapat pula rumusan-rumusan lainnya seperti yang dipakai dalam konstitusi RIS yang berlaku pada tanggal 29 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950.[7]   

Kontroversi Sejarah Perumusan Pancasila 
Ada berbagai  macam  pandangan perihal lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Ada pendapat, ide Pancasila pertama kali dicetuskan Muhamad Yamin pada 29 Mei 1945 di depan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lebih dari 30 tahun zaman Orde Baru, sejarawan dan penatar P4 tidak berani menyatakan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Padahal, Yamin dalam enam tulisannya mengakui bahwa ide Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan pertama kali oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945.
Ada juga polemik golongan tua dan muda dalam proklamasi. Golongan tua, diwakili Hatta, menyatakan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia membuat skenario proklamasi pada 16 Agustus 1945. Gara-gara ulah golongan muda, proklamasi tertunda satu hari, menjadi 17 Agustus. Golongan muda, diwakili Adam Malik, menyatakan, kalau tidak didesak golongan muda, sampai September pun belum tentu proklamasi dikumandangkan.[8]
Ada pula sejarawan Dr Anhar Gonggong masih ragu menyatakan Soekarno sebagai penggali Pancasila. Menurut Anhar, Soekarno amat berperan dalam tiga peristiwa yang terkait proses lahirnya Pancasila, yaitu 1 Juni, 22 Juni, dan 18 Agustus 1945. Pada ketiga kejadian itu Soekarno menduduki posisi penting (1 Juni) sebagai penyampai pidato, (22 Juni) sebagai Ketua Tim Sembilan yang melahirkan Piagam Jakarta, (18 Agustus 1945) sebagai Ketua PPKI yang lalu dipilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia.[9]
Dari uraian itu dapat disimpulkan, Soekarno tokoh pertama yang menyampaikan Pancasila sebagai dasar negara. Ada tokoh lain yang berbicara tentang dasar negara, tetapi hanya Soekarno yang secara eksplisit menyampaikan gagasan tentang Pancasila, termasuk nama Pancasila. Formulasi Pancasila yang disampaikan Soekarno 1 Juni 1945 telah melalui dinamika pembicaraan di antara founding fathers dirumuskan menjadi Pancasila seperti dikenal sekarang, yang tidak sama rumusan maupun urutannya dengan yang disampaikan Bung Karno pada 1 Juni 1945.
Peringatan lahirnya Pancasila 1 Juni seyogianya tidak lagi memasalahkan kontroversi yang diciptakan era Orba, tetapi lebih memusatkan perhatian tentang penerapan ideologi pada semua bidang kehidupan bangsa. Bagaimana cara meyakinkan seluruh komponen bangsa bahwa Pancasila adalah ideologi paling tepat bagi bangsa kita. Pancasila memberi tempat kepada semua agama, golongan, dan suku bangsa. Bila mau memilih ideologi lain, pasti menimbulkan friksi bagi golongan yang tidak setuju. Dalam memperingati lahirnya Pancasila, sebaiknya kita tidak mengultuskan seseorang. Kita menghargai jasa Soekarno sebagai penggali Pancasila meski rumusan Pancasila yang sekarang digunakan adalah hasil rumusan kolektif bapak-bapak pendiri bangsa. Kita tidak boleh melakukan kultus individu. Sebaliknya tuduhan pada seorang proklamator seperti Bung Karno seharusnya dicabut. Pelecehan terhadap Soekarno tampak dalam TAP MPRS Nomor XXXIII/1967 tentang pengalihan kekuasaan terhadap Soeharto. Kita tidak menggugat pengalihan kekuasaan itu karena telah terjadi. Tetapi konsiderans yang menyebutkan Soekarno melakukan kebijakan yang "menguntungkan G-30-S/PKI dan melindungi tokoh-tokoh G-30-S/PKI" perlu dipertanyakan. Bila diakui G30S/1965 itu merupakan gerakan kudeta untuk menggulingkan Presiden Soekarno, mengapa Soekarno memihak dan melindungi pelakunya? Saat itu Soekarno masih menjadi presiden, tak mungkin ia membantu kelompok yang ingin menggulingkan diri sendiri. Rehabilitasi nama baik Soekarno agar segera diberikan pemerintah. Apakah itu akan dikeluarkan segera oleh Presiden RI yang kebetulan putri biologis Bung Karno? Terserah. Masyarakatlah yang akhirnya menilai semuanya ini.[10]

Kesimpulan
Sebagian besar masyarakat yakin bahwa Rumusan Pancasila dicetuskan pertama kali oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, sehingga  tanggal tersebut pernah dijadikan tonggak sejarah hari kelahiran Pancasila.   Namun perkembangan jaman sempat memudarkan keyakinan itu.  Pada era orde baru, ada pergeseran paradigma sejarah, sehingga peran Bung Karno sebagai pencetus  pertama Pancasila sebagai dasar negara sempat menjadi dikaburkan. Hal seperti ini wajar, karena sejarah itu adalah history ( his  story/cerita dia ), sehingga wajar saja jika peran seorang tokoh sangat bergantung pada kesan dan pesan subyektif si pembuat versi sejarah itu kepada tokoh yang akan diceritakan.
Upaya pengubahan orientasi serta paradigma sejarah Pancasila pada era orde baru sebenarnya membawa dampak positif terhadap citra Pancasila itu. Momentum kesaktian Pancasila, terlepas dari versi sejarah mana yang benar, disengaja atau tidak, justru  mengangkat harkat Pancasila, karena  terdapat kesan bahwa Pancasila itu dirumuskan oleh seseorang yang dianggap memiliki catatan negatif menurut anggapan yang beredar luas pada saat itu.  Bahkan paradigma sejarah versi rezim orde baru yang menganggap bahwa rezim orde lama di bawah pimpinan sang pencetus rumusan Pancasila itu terlibat dalam pengkhianatan  Pancasila, turut serta membersihkan pamor Pancasila.
Akan tetapi sayang seribu kali sayang, penyelewengan yang dilakukan oleh sebagian tokoh serta pemimpin orde baru yang berhasil secara halus bernaung atau berlindung di balik jubah Pancasila, nilai luhur Pancasila itu menjadi kusam. Pada masa orde baru  banyak orang mencari pembenaran atas hasrat serta kepentingannya dengan menggunakan dalih Pancasila.  Dengan alasan “musyawarah mufakat”, maka dihalalkanlah praktek-praktek korupsi, kolusi, dan manipulasi. Dengan alasan “ini negeri Pancasila”, “demi menyelamatkan Pancasila”,…  ini dan itu,… maka dibebaskanlah para pelaku kecurangan, penyelewengan, kedzaliman, kemunafikan, kemunkaran, kemaksiatan, dan berbagai bentuk penyimpangan lain  di satu sisi,  sementara di sisi lain tidak sedikit orang yang benar-benar membela kebenaran malah dipersalahkan bahkan harus mendekam di dalam ruang bertirai besi dengan tuduhan “ ekstrimis, .. anti pancasila, orde lama, komunis, dsb…
Kemahiran oknum penguasa orde baru berlindung di balik Pancasila telah menyebabkan pencemaran keluhuran Pancasila.
Menjelang akhir dari kejayaan rezim orde baru, secara terbuka sudah mulai bermunculan pernyataan yang mempertanyakan Pancasila. Bahkan tidak sedikit yang membuat pernyataan anti sakralisasi Pancasila, dengan alasan bahwa Pancasila telah disakralkan oleh rezim orde baru.

DAFTAR PUSTAKA

·         Adam, Asvi Warman . Kontroversi Sejarah Pancasila, www.kompas.com, 13 Juli 2004
·         Darmodiharjo, Darji. Santiaji Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya, 1991
·         Notonagoro. Pancasila Secara Ilmiah Populer, Pantjuran Tudjuh, Djakarta, 1975
·         Joeniarto Sejarah Ketatanegaraan, Bina Aksara, Jakarta, 1996
·         Herbert Feith & Lance Castles, Ed., Pemikiran Politik Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1995
·         Notonagoro, Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, Pantjuran Tudjuh, Jakarta, 1974
·         Arus Balik Suara yang Hilang (Kumpulan pidato Bung Karno tahun 1965-1967), Laporan Utama GATRA, Edisi 42 Beredar Jumat 29 Agustus 2003
·         Kartaprawira, M. Djumaini.  Liku-liku Sejarah Perjalanan Pancasila, www.kompas.com. 13 Juli 2004
·         Hadinagoro, Rono. Lima Puluh Delapan Tahun Perjalanan Pancasila, www.google.com. 13 Juli 2004

[1] Asvi Warman Adam, Kontroversi Sejarah Pancasila, www.kompas.com, 13 Juli 2004
[2] Prof. Darji Darmodiharjo, S.H., Santiaji Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya, 1991
[3] Ibid
[4] Prof. Dr. Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Pantjuran Tudjuh, Djakarta, 1975
[5] Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan, Bina Aksara, Jakarta, 1996
[6] Herbert Feith & Lance Castles, Ed., Pemikiran Politik Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1995
[7] Prof. Dr. Drs. Notonagoro, Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, Pantjuran Tudjuh, Jakarta, 1974
[8] Arus Balik Suara yang Hilang (Kumpulan pidato Bung Karno tahun 1965-1967), Laporan Utama GATRA, Edisi 42 Beredar Jumat 29 Agustus 2003
[9] M Djumaini Kartaprawira PhD,  Liku-liku Sejarah Perjalanan Pancasila, www.kompas.com, 13 Juli 2004
[10] K.R.T.H. Rono Hadinagoro, Lima Puluh Delapan Tahun Perjalanan Pancasila, www.google.com, 13 Juli 2004

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kontroversi Sejarah Perumusan Pancasila"

Post a Comment