Jawa dan Tradisi Islam | Mistisisme dan Ortodoksi Tradisi Islam Jawa
Pendahuluan| Obyek kajian adalah “Jawa dan Tradisi Islam” sebuah
tradisi yang tidak asing lagi bagi kita, kenapa harus Jawa yang kita kaji?
karena kebudayaan Jawa mempunyai keunikan dan keanekaragaman, selain itu
tradisi jawa memiliki sumber-sumber yang mudah untuk ditelusuri (penulis adalah
orang Jawa) dan orang-orang Jawa mempunyai watak yang mudah untuk menerima dan
menghargai kebudayaaan dari luar meskipun kebudayaan tersebut tidak sesuai
dengan watak dan pribadi orang Jawa.
Mereka sangat
pintar menyembunyikan sesuatu yang tidak disukainya, atau dengan kata lain
pandai menjaga diri, pedoman yang mereka gunakan adalah “Likulli Maqomin
Maqolun Walikulli Maqolun Maqomin” dan tidak bisa untuk menilainya secara
gebyar uyah (pukulrata).
Dan di sisi lain
juga masih banyak Tradisi Jawa yang menyimpang dari Norma-Norma yang berlaku,
salah satu contoh adalah Tradisi yang sudah mengekar pada orang-orang Jawa,
Pandangan bahwa Raja adalah titisan Dewa, konsep tersebut terwakili dalam
istilah “Raja Gung Binatawa” penerapannya adalah Rakyat tidak mempunyai Hak dan
wewenang, yang ada adalah daulat Raja.
Raja selalu
benar dan bila hal ini cukup mengakar
pada Rakyat kita sampai saat ini, hingga generasi kita mewarisi apa yang
dinamakan KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) dan ini adalah satu contoh warisan
dari Tradisi yang menyimpang dari rel-rel yang bersifat Normatif.
Masih banyak
lagi contoh tradisi orang-orang Jawa namun penulis membatasi pembahasan ini
pada penilaian terhadap sumber-sumber sejarahnya, serta proses Islam ditegarkan
sebagai Agama Jawa, serta bagaimana
orang Jawa menafsirkan Tradisi-Tradisi tekstual, mistik dan ritual, dan banyak
lagi tipe Islam Jawa.
Tipe-tipe penafsiran-penafsiran ini tidak memunculkan
satu, tetapi beragam tipe Islam local Jawa, sejarah Islam Jawa maih sangat
kabur hal ini dibuktikan dengan adanya konsensus kesarjanaan yang mengakui
adanya problem yang signifikan dikalangan masyarakat Jawa tentang asal-muasal
persebaran Islam di Asia Tenggara, yang barang tentu membuat tidak tertuntaskan
secara utuh, namun Kami akan mencoba untuk sedikit memberikan usulan tentang
persebaran Islam di Asia Tenggara yang sumber-sumbernya kami peroleh dari
litertur yang ada disekitar kita, kami mulai dari periode kontak dan konversi
(Drewes 1968) yang mencatat telah ada Muslim di Jawa pada akhir Abad ke-14,
data tradisional mengenai jatuhnya Majapahit (tahun 1478) dan tahun ini kami
jadikan patokan sebagai awal masuknya Islam di tanah Jawa dan meskipun nantinya
tidak mungkin bisa sampai pada kesimpulan yang tegas, namun setidaknya telah ditemukan
titik awal sebagai patokan untuk melangkah pada bab berikutnya.
Mistisisme
dan Ortodoksi dalam Tradisi Islam | Mistisisme
bisa diartikan sesuatu yang Ghaib yang tidak mudah untuk dijelaskan dengan
materi atau dirasionalkan namun diyakini didalam hati bahwa ada suatu kekuatan
diluar kehendak manusia yang mengatur serta mengawasi setiap gerak dan langkah
manusia. Sedangkan ortodoksi bisa diartikan sesuatu yang normatif atau dengan
bahasa kasarnya sesuatu yang kolot ataupun yang idealis yang sedikit banyak
bersebrangan dengan Tradisi setempat, dan persoalan mengenai ortodoksi selalu muncul
dikalangan praktek para Sufi dan ini menjadikan perdebatan para penganut mistis
dan ulama yang menjadikan peran sentral dalam studi Islam, ada tiga alasan
untuk menolak pandangan tentang Ortodiksi :
1.
Teori mengenai ulama setidaknya sangat dipengaruhi oleh Tradisi-Tradisi
non-Islam sebagaimana juga Sufisme
2.
Ide dasar mengenai formulasi Islam yang murni dan ortodoks menentang formulasi
sebelumnya.
3.
Sebagaimana ditunjukan Goldziher (1981) dan lainnya, Muhammad memberikan
Paradigma untuk perkembangan Sufisme.
Klaim terhadap ortodoksi hanya menyadarkan pada
Al-Qur’an, serta sistem doktinal dan ritual yang hanya bisa didapatkan melalui
penafsiran itu kami anggap hanya sebagai suatu bentuk hukuman jika dinilai dari
sejumlah keagamaan yang bersifat umum, dan hal ini (doktrin) dimulai sejak
wafatnya Nabi Saw, dan pada puncaknya dalam bentuk hadist dan syariah. Karena
hadist dan syariah tidak didapati didalam Al-Qur’an, serta hadist yang salah
satu tujuan disusunya hadist adalah dilegalkannya kedudukan teologis dengan
mengaitkannya pada Nabi. Dan apabila proses pengumpulan hadis dalam jangka yang
penjang, bukan tidak mungkin akan terjadinya pemalsuan yang cukup mengkhawatirkan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut dikembangkanlah Ilmu-Ilmu tranmisi hadis dan
temuan-temuan yang terangkum dalam enam semikanonik yang nantinya bersama
dengan Al-Qur’an menjadi inti dari ajaran Islam ortodoks. Alasan terakhir yang menolak
bahwa Sufisme berasal dari inti doktrinal Islam, didasari dari isra’ serta
mi’raj nya Nabi Saw, perjalanan malam itu menegaskan kemurnian Illahiah yang
hakiki tentang kesalehan normative (baca:Islam ortodoks).
Pandangan
Jawa terhadap mistisisme dan kesalehan normative | Hubungan antara Sufisme dan kesalehan normatif pada
umumnya sering digambarkan dalam istilah perbedaan antara lahir dan batin.
Salah satu prinsip utama dalam pemikiran keagamaan Jawa adalah segala sesuatu
yang ada dan tersusun dari wadah dan isi alam,bentuk fisik,dan kesalehan
Normatif adalah wadah,Allah,sultho,jiwa,Iman dan mistisisme adalah isi. Tujuan
wadah adalah menjaga, dan membatasi isi justru meruntuhkan itu semua.
Dalam konsep
Islam hamba dan Tuhan secara harfiah itu tunduk dan patuh kepada Allah, dipandang
dari kacamata kesalehan normatif, dengan berkelakuan sebagai hamba yang baik
harus mengikuti tuntunan hukum. Di Jawa pembedaan hamba/Tuhan digunakan secara
lebih luas dan diterapkan pada teori politik mengenai hieraraki sosial dan
pemikiran mistik. Pasangan istilah kawula dan gusti sangat umum dalam teks-teks
keagamaan pada akhir abad ke-18 dan akhir abad ke-19 berdasarkan kenyataan
kawulo berarti hamba/warga sultan sedangkan gusti berati untuk menyebut tuan
(lord) dalam pengertian “tuan” dan “Tuhan” hubungan hamba dan Tuhan
Wali
sufi dan jalan Mistik
Nabi Muhammad
adalah penutup para Nabi dan tidak mungkin bagi siapapun Umat Islam menyatakan sebagai
penerusnya yang sejati hal ini menimbulkan masalah bagi pengembangan teori
mistik yang secara eksplisit berdasarkan pada penyamaan Muhammad Saw. Ia
mewakili kesempurnaan yang orang lain tidak akan dapat mencapainya. Sebagian
besar golongan Sufi menolak perkembangan filsafat rasional yang diilhami
yunani, dengan lebih mengarahkan pada persoalan keselamatan pribadi lewat
pengalaman mistik dan divosionalisme. Keselamatan diartikan kembali pada
keadaan “Al-aslu” waktu sebelumpenciptaan. Dalam bentuk tak berbeda ini adalah
yang ada, yang lainnya tidak memiliki kehendak dan pikiran selain-Nya. Tujuan
agama adalah memberi kebebasan (membiarkan bagian manusia yang merupakan essensi
bahwa Tuhan muncul sebagai kekuatan dominan bagi kehidupan manusia). Rumusan tentang
jalan mistik sangat bervariasi, tetapi secara umum dapat diartikan sebagai
intenalisasi dan adaptasi Psikko spiritual prinsip-prinsip Al-qur’an. Wali
adalah kekasih Allah (orang-orang yang mengenal allah) karena dengan
pencapaiannya itulah para Wali diberi kekuatan-kekuatan khusus sebagai anugerah
dari Tuhan dan wali juga diberi karomah.
Tauhid
(Monotheisme)
1.
Persoalan yang muncul dari hal ini adalah persoalan
Nama-Nama,sifat-sifat, dan esensi allah, serta bagaimana keesaan-Nya dipahami
dan diterapkan manusia.
2.
Tiga tingkatan Tauhid menurut Zamakhsari :
a.
Kepercayaan dasar umat Islam
b.
Orang yang memiliki komitmen kuat padd praktek Islam tetapi berusaha
memperoleh keuntungan dan Barokah pribadi sebagai hasil.
c.
Orang motif utamanya mengabdi pada Allah
Penyamaan
Mikrokosmos dan Makrokosmos
Hal ini memang
sudah umum dikalangan sufi dan Tradisi Hindu-Budha, tetapi yang terpenting
disini adalah penyaman Tradisi tersebut dipahami dalam Tradisi Indus dan Islam
dalam Tradisi Sufi penyamaan ini dalam kaitannya aspek kemanusiaan dan keTuhanan, memang
Tradisi Sufisme dan Hindu-Budha menekankan kesejajaran Mikrosmos dan Makrokosmos
akan tetapi sangat berbeda persoalan sifat kosmosnya. Di Jawakedua teori
dikombinasikan. Negara dan Kraton adalah model untuk kosmos dam makrokosmosnya
terletak dan berpusat pada dua persoalan dasar :
1.
Hubungan antara Makrokosmos dan Mikrokosmos satu identitas
ontologi/semata Analogi struktural.
2.
Siapa/apa yang merupakan jembatan antaraMakrokosmos dan Mikrokosmos.
Ringkasnya di
Jawa tidak ada satu Islam lokal tetapi beberapa diantaranya mempunyai jumlah pemeluk
yang besar, sementara yang lain perseorangan.
Tujuan etnologinya bukan untuk membangun suatu katalog yang komperehensif
mengenai kepercayaan, keagamaan, dan bentuk-bentuk kegiatan ritual yang
tujuannya tidak dibatasi pada penafsiran personalis.
Penutup | Sejarah
persebaran Islam di Jawa masih sangat kabur dan ini terbukti pada konsensus kesarjanaan
yang mengakuinya, yang mungkin tidak tertuntaskan yang disebabkan oleh
kurangnya sumber-sumber yang bisa diyakini, serta adanya keyakinan yang melandasi
pola pikir orang Jawa yang telah tercampurnya antara kebudayaan Islam dan
kebudayaan sebelum datangnya Islam ditanah Jawa.
Hal ini juga
merupakan salah satu penyebab sulitnya ditelusurinya literatur-literatur Islam,
yang dapat ditemui hanyalah Islam yang merupakan budaya setempat, yang
merupakan peninggalan kebudayaan
Hindu-Budha.
Sedangkan
kehidupan Mistis dan Islam ortodoks belum dapat merangkul secara mengakar
disetiap lini kehidupan masyarakat setempat Kehidupan spiritual mereka sedikit
banyak dikuasai oleh kebedayaan dan ini merupakan realita yang ada
dimasyarakat, dan orang yang benar-benar menerapkan Islam normatif cendrung
teralienasi oleh masyarakat dan dianggap sebagai aliran garis keras/muslim
fundamental.
Masyarakat saat
ini mulai menyadari (bayi yang sadar) mereka mulai merasakan kehampaan
spiritual dalam kehidupan moderen, mereka yang tadinya berfikiran yang serba
rasional sekarang mulai menyadari, betapa pentingnya kehidupan keagamaan yang
benar-benar murni (memurnikan Tauhid) dengan jalan proses menuju Amal-amal
Islam normatif, dan itulah yang menjadi tujuan hidup manusia tanpa
menyekutukan-Nya.
0 Response to "Jawa dan Tradisi Islam | Mistisisme dan Ortodoksi Tradisi Islam Jawa"
Post a Comment