Pengertian dan Hukum Puasa Berdasarkan Sumber Dalilnya
Pengertian Puasa |
Puasa secara bahasa adalah Al-Imsak yang artinya menahan. Sedangkan menurut
Istilah puasa adalah menahan dari makan, minum, jima’dan segala yang
membatalkan sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat
beribadah.
تَعْرِيْفُ اَلصِّيَامُ : اَلاِمْسَاكُ
عَنِ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَغَشْيَانِ النِّسَاءِ وَسَائِرِ الْمُفطْرَاتِ مِنْ
طُلُوْعِ الْفَجْرِ اِلَى غُرُوْبِ الشَّمْسِ بِنِيَّةِ التِّعَبُّدِ
Pengertian puasa : Puasa
adalah menahan dari makan, minum, jima’dan segala yang membatalkan sejak terbit
fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat beribadah
Puasa atau shaum di
bagi 2 macam 1) sahaum fardu, 2)Shaum sunnah
اَلصِّيَامُ نَوْعَانِ صِيَامُ الْفَرضِ
وَصِيَامُ التَّطُوُّعِ
Adapun shaum fardu
yaitu 1) shaum Ramadhan, 2) shaum Kifarat dan3)
shaum Nadzar
اَمَّا صِيَامُ الْفَرضِ وهِيَ
رَمَضَانُ وَالْكَفَّارَاتُ وَالنَّذرُ
A.
Puasa
Fardhu dan dalil-dalilnya
1.
Dalil
Puasa Ramadhan
1)
دَلِيْلُ صَوْمِ رَمَضَانَ (البقرة:185)
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ
أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ
سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ
عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ١٨٥
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir
(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.”
Sabda Nabi saw. :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري)
“ barangsiapa
berpuasa ramadhan dengan keimanan dan pahala keridhoan-Nya maka diampuni dosa-dosanya
yang terdahulu”(HR.al-Bukhari)
2.
Dalil puasa
Kifarat
2)
صَوْمُ الْكَفَّارَاتُ
Kifarat ini
disyari’atkan berdasarkan firman Allah:
إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ
يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ ١١٤
“ Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat.” (Hud:114)
Yaitu tebusan yang
harus dilakukan atas pelanggaran hukum yang dilakukan, seperti bersetubuh di
siang hari pad bulan Ramadhan, atau makan dan minum dengan sengaja. Wajib
melakukan Kifarat dengan melakukan satu diantara tiga alternative; 1) Memerdekakan
sahaya mu’minah atau 2) Puasa
dua bulan berturut-turut, atau 3) Memberi makan enam puluh
orang miskin, tiap-tiap satu satu orang diantara mereka satu mud gandum sya’ir,
atau kurma (tamar) sesuai dengan kemampuannya.
Hikmah
disyari’atkan kifarat adalah demi terpeliharanya syari’at agar tidak
dipermainkan dan tidak dilecehkan kehormatannya. Dan juga sebagai sarana untuk
mensucikan jiwa orang Islam dari noda dosa akibat pelanggaran hukum yang
dilakukannya.
3.
Dalil Puasa
Nazar
3)
صَوْمُ الْنذر
Nazar
yaitu janji untuk melakukan sesuatu kebaktian terhadap Allah s.w.t. untuk
mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan syarat ataupun tidak.
Allah berfirman:
وَمَآ
أَنفَقۡتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوۡ نَذَرۡتُم مِّن نَّذۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ
يَعۡلَمُهُۥۗ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٍ ٢٧٠
“ apa saja
yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya. orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun
baginya”.(QS.al-Baqarah:270)
Apabila
seseorang tidak melaksanakan nazarnya, baik karena mampu maupun karena tidak
mau, maka nadzarnya harus dibayar dengan membayar kifarat, yaitu kifarat
sumpah. Kifaratnya sebagaimana Firman Allah Swt :
فَكَفَّٰرَتُهُۥٓ إِطۡعَامُ
عَشَرَةِ مَسَٰكِينَ مِنۡ أَوۡسَطِ مَا تُطۡعِمُونَ أَهۡلِيكُمۡ أَوۡ كِسۡوَتُهُمۡ
أَوۡ تَحۡرِيرُ رَقَبَةٖۖ فَمَن لَّمۡ يَجِدۡ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٖۚ
ذَٰلِكَ كَفَّٰرَةُ أَيۡمَٰنِكُمۡ إِذَا حَلَفۡتُمۡۚ ٨٩
Kafarat
(melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin yaitu dari
makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada
mereka atau memerdekakan budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang
demikian, maka kifaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar) .
(al-Maidah:89)
B.
Macam-Macam
Puasa Sunat dan dalilnya
1.
Puasa
‘Arofah (يَوْمُ ْعَرَفَةَ
)
Berdasarkan
riwayat Imam Muslim dari Abu Qotadah, bahwa Nabi SAW bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ
عَرَفَةَ اَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ اَنْ يُكَفِّرَ السِّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ
“Aku memohon kepada Allah agar puasa hari
arofah menutupi kesalahan setahun yang lalu dan setahun yang akan datang”
2.
Puasa
Hari ‘Asyura dan Tasu’a ( يَوْمُ عَاشُورَاءِ وَيَوْمِ
تَاسُوعاَءِ )
Puasa
Asyuro yaitu puasa hari ke Sembilan dan hari kesepuluh bulan muharram. Dalam
riwayat Imam Muslim dari Qotadah, Rasulullah saw. bersabda :
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءِ اَحْتَسِبُ
عَلَى اللَّهِ اَنْ يُكَفِّرَ السِّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى
بَعْدَهُ
“Saya memohon kepada Allah SWT agar puasa
‘Asyura menutup kesalahn tahun lalu dan tahun yang akan datang “
Dalam
riwayat Imam Ahmad , Nabi SAW. bersabda:” Berpuasalah kalian pada hari
‘Asyura,berbedalah dengan orang-orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelumnya
atau sesudahnya “.
Berdasarkan
hadits ini seseorang boleh berpuasa pada hari kesembilan dan hari kesepuluh
atau kesepuluh dan kesebelas agar berbeda dengan orang-orang yahudi.
3.
Puasa
Enam hari di bulan syawal ( سِتَّةُ أَيَّامٍ
مِنْ شَوَّالٍ)
Imam
Muslim meriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari r.a berkata Rasulullah saw.
bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ
بِسِتِّ مِنْ شَوَّالَ فَقَدْ صَامَ الدَهْرَ كلَه
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan
dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan syawal maka seolah-olah dia
berpuasa setahun penuh”
4.
Puasa
Hari-hari Putih (أَيَّامُ الْبَيْضِ)
Rasulullah saw.
bersabda kepada Abu Dzarr :
إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَهْرِ ثَلاَثاً ، فَصُمْ ثَلَاثَ
عَشَرَة وَأَرْبَعَ عَشَرَة وَخَمْسَ عَشَرة
“ Wahai Abu Dzarr
apabila engkau puasa tiga hari dalam sebulan, puasalah pada hari ketiga belas,
empat belas dan lima belas” (HR.At-Tirmidzi)
5.
Puasa
Hari Senin dan Kamis ( يَوْمُ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْس)
Dalam
Hadits riwayat Imam Ahamad, Rasulullah saw. bersabda :
إنَّ اْلأَعْمَالَ تُعْرَضُ كُلَّ
اثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ فَيَغْفِرَ اللَّهُ لِكُلِّ مُسْلِمٍ اَوْلِكُلِّ
مُؤْمِنٍ اِلاَّ الْمُتَحَاجَرَيْنِ فَيَقُولُ أَخِّرْهُمَا
“Sesungguhnya
amal-amalan itu dilaporkan pada setiap hari Senin dan Kamis. Lalu Allah
mengampuni setiap muslim atau mu’min, kecuali dua orang yang bermusuhan
sehingga Allah berfirman “Tangguhkanlah keduanya!”
6.
Puasa
Daud (
صَوْمُ دَاوُد)
Nabi saw. bersabda :
اَحَبُّ الصِّيَامِ اِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ
وَاَحَبُّ الصَّلاَةِ اِلَى اللهِ صَلاَةُ دَاوُودَ يَنَامُ نِصْفَهُ وَيَقُوْمُ
ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا (متفق
عليه)
“Puasa yang paling dusenangi Allah adalah puasa Daud dan
shalat yang paling disenangi Allah adalah shalat Daud . Dia telah membagi
waktunya separuh untuk tidur, sepertiga untuk bangun dan seper enamnya untuk
tidur lagi. Sehari untuk puasa, dan sehari untuk berbuka puasa “
7.
Puasa
bagi Perjaka (اَلصِّيَامُ لِلأَعْزَابِ )
Nabi
SAW.bersabda :
يَا مَعْشَرَ الشَبَابَ ، مَنِ
اسْتَطَاعَ مِنْكُمَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ
؛ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ ، فَلْيَصُمْ
؛ فَإِنَّ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai
para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk menikah,
hendaklah menikah. Sebab nikah itu akan lebih mampu memejamkan penglihatan dan
akan lebih mampu memelihara kemaluan. Sedangkan bagi yang belum mampu menikah,
hendaklah ia berpuasa. Sebab puasa baginya akan menjadi pemelihara”. (HR.Bukhari)
0 Response to "Pengertian dan Hukum Puasa Berdasarkan Sumber Dalilnya"
Post a Comment