Image1

Akhlak dalam Puasa Beserta Dalil-dalilnya

Akhlak adalah tsamrah (buah) dari ilmu dan iman, maka tidaklah cukup orang berpuasa dari sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi iapun harus berpuasa dengan akhlak orang berpuasa seperti berpuasa dari memakan daging sesamanya (ghibah). Karenanya Rasul SAW bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَع قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِو فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةً فِى اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
”siapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaganya” (al-Bukhari)
Tahu saja tidaklah cukup dan sekedar pengakuan tidaklah berarti bermakna, ilmu dan pengamalan juga iman dan keteguhan keduanya harus talahhum  (bersenyawa) dalam kehidupan. Rasulullah SAW ditanya :
 يَا رَسُولَاللهِ قُلْ لِى فِى الاِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسأَلُ عَنْهُ اَحَدًا غَيْرَكَ, قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللّهِ ثُمَّ اسْتَقِم ! (مسلم)
Wahai Rasulallah, terangkan padaku tentang Islam dimana aku tidak pernah bertanya-tanya kepada orang lain? Nabi SAW menjawab:” Katakan “aku beriman kepada Allah lalu teguhlah !” (HR. Muslim)
Sabda Rasul SAW :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اَلْجُوعُ وَالْعَطَشُ, وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ اَلسَّهْرُ (احمد حاكم)
“betapa banyak yang shaum tapi hasilnya hanya lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang melakukan sholat  tapi hasilnya sekedar berjaga” (HR. Hakim)



Oleh karena itu ada beberapa sikap akhlaqi ketika  ramadhan antara lain:
1)      اَلْخُضُوع لِلَّهِ Tunduk patuh kepada Allah
Allah berfirman :
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (al-An’am:162)
Dalam Hadits disebutkan :
عن ابي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال الله عز و جل يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتيِ اَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنىً وَأَسَدُّ فَقْرَكَ وَاَلَّا تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَيْكَ  شُغْلاً وَلمَ ْاَسُدَّ فَقْرَكَ (الترمذى )

Dari Abi Hurairah dari Nabi SAW. Allah Azza Wajalla
hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan aku hindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan” (HR.at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dan dalam hadits lain :
السِّعَادَةُ كُلُّ السَّعَادَةِ طُولُ الْعُمُرِ فِى طَاعَةِ اللَّهِ
“Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur dalam keta’atan kepada Allah” (HR. ad-Dailami)
2)      اَلتَّوَاضَعُ لِلْخَلقِ Tawadhu terhadap sesama mahluk
Ta’rif Tawadhu’ kata kata para ‘Ulama Akhlaq antara lain :
 لَيِّنُ الْجَانِبِ وَالْبُعْدُ عَنِ الاِغْتِرَرِ بِالنَّفْسِ
“berlemah lembut (ramah tamah) dan jauh dari menipu dirinya sendiri”
Firman Allah :
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
 “dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” (al-Furqan:63)
Firman Allah :
وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٢١٥
 “dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman”.(as-Syu’ara:215)
dan Firman-Nya :
لَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ٨٨
“ janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (al-Hijr : 88)

Hadits dari Abu Hurairah r.a dari Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ تَوَاضَعَ لأَخِيْهِ رَفَعَهُ اللَهُ , وَمَن ارْتَفَعَ وَضَعَهُ اللَّهُ (رواه الطبرانى)
“ barang siapa bertawadhu’ kepada saudaranya, Allah akan mengangkat derajatnya, dan barang siapa yang tinggi hati, Allah akan merendahkannya”. (HR. at-Thabrani)

Masih hadits dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
مَانَقَصَتْ مِنْ مَالٍ وَمَ زَادَ اللّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ اِلاَّ عِزَّا , وَمَا تَوَاضَعَ َحَدٌ لِلَّهِ اِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ (رواه مسلم)

“Tidaklah menguragi harta yang disedekahkan, tidaklah seorang hamba memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaan dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya”. (HR.Muslim)

Nabi Isa ‘alaihissalam bersabda :
طُوبَى لِلْمُتَوَاضِعِيْنَ فِى الدُّنيَا هُم أَصْحَابُ الْمَنَابِر يَوْمَ الْقِيَامَةِ , طُوبَى لِلْمُصْلِحِيْنَ بَيْنَ النِّاس فِى الدُّنْيَا هُمْ الَذِيْنَ يَرَثُونَ الْفِرْدَوْسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ , طُوبَى لِلْمُطَهّرَةِ قُلُوبهم فِى الدُّنْيَا هُمْ الَذِيْنَ يَنْظُرُوْنَ اِلَى اللّهِ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَة
“Berbahagialah bagi orang-orang yang tawadhu’ di dunia, mereka itulah pemilik mimbar-mimbar di hari kiamat. Berbahagialah orang-orang yang memperbaiki kehidupan manusia di dunia, mereka itu adalah para pewaris surga firdaus di hari kiamat. Dan Berbahagialah yang menyucikan hati mereka di dunia, mereka itulah orang-orang yang melihat Allah di hari kiamat”.
Kata Hukama :
 التَّوَاضَعُ مِنَ الْخَلقِ كُلُّهُم حَسَنٌ وَفِى الأَغْنِيَاءِ أَحْسَنُ ,التَّوَاضَعُ مِنْ اَخْلاَقِ الْكِرَام وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلاَقِ اللّئَامِ
Tawadhu’ dengan mahluk itu semuanya baik dan lebih baik lagi bagi para aghnia (orang kaya), Tawadhu itu diantara akhlaq mulia, sedang Takabbur  diantara akhlaq tercela

3)      اَلتَّحَمُّلُ للِشَّدَائِد'   mampu memikul beban
Firman Allah :
 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?,  dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (al-‘Ankabut:2-3)

Dari Mush’ab bin sa’ad dari ayahnya berkata “aku bertanya” :
يَارَسُولَ اللهِ ، أيُ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً  ؟ قَالَ : « الأَنْبِيَاءُ ، ثُمَّ الَصَالِحُوْنَ ، ثُمَّ الأمْثَلُ فَاْلأَمْثَل مِنَ النَّاسِ ؛ يُبْتلَىَ  الرَّجُلُ عَلَى حَسْبِ دِيْنِهِ ، فَإِنْ كَانَ فيِ دِيْنِهِ صَلاَبَةٌ زِيْدَ فِي بَلاَئِهِ ، وَإِنْ كاَنَ فيِ دِيْنِهِ رِقَّةٌ ؛ خَفَفَتْ عَنْهُ ، وَلاَ يَزَالُ الْبَلاَءُ فيِ الْعَبْدِ حَتَى يَمْشِي فيِ الأرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“wahai Rasulullah siapakah orang yang paling dahsyat ujiannya?, beliau bersabda :” para Nabi kemudian orang-orang shalih lalu orang-orang semisalnya, seseorang akan diuji sesuai dengan (kekuatan)agamanya. Bila agamanya  kuat, ditambahlah ujiannya. Dan apabila agamanya lemah, ringanlah ujiannya. Dan ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai dia berjalan di muka bumi tanpa kesalahan,”
Maka Allah SWT. Berfirman :
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّنۡهُمۡ زَهۡرَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا لِنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِۚ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ ١٣١
dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.(Toha :131)

dan Seorang faqih berkata :
ذُو هِمَةٍ يُبْلَى بِعَيْشٍ ضَيِّقٍ
“orang yang bercita-cita tinggi akan diuji dengan kehidupan yang sempit”
4)      اَلثَّبَات عَلى الْحَقِّ Teguh dalam haq
Ats-Tsabat adalah bahwa hendaknya seorang yang beriman senantiasa bekerja sebagai mujahid dalam memperjuangakan tujuannya, meski masa amat jauh dan tahun-tahun terasa panjang, sampai bertemu dengan Allah swt. dalam keadaan seperti itu. Dengan begitu ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan; mencapai tujuan atau berakhir dengan mati syahid ” (Risalah Ta’alim)
مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا ٢٣
 di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), ”(al-Ahzab:23)

Tsabat (teguh) dalam Haq (Islam) merupakan tuntutan asasi bagi setiap muslim yang punya cita-cita (’himmah ’aliyah), dan Perang Badar adalah contoh kongkrit sebuah keteguhan dimana kelompok yang sedikit bisa mengalahkan musuh yang banyak bi idznillah. Dan itu terjadi bahkan ketika umat Islam sedang harus berpuasa, 17 ramadhan  2 H.
Rasulullah saw. Bersabda:
إن مثل الرجل المسلم كالشجرة الخضراء التي لا يسقط ورقها
bahwa perumpamaan seorang muslim itu seperti pohon rindang menghijau, yang daun-daunnya tidak berguguran.”  Kemudian beliau betanya
« وهل تدري أي شجرة هي ؟ »
tahukah kalian pohon apakah itu? ”, kemuadian Ibnu Umar berkata” lalu aku berdiri ketika melihat sekitar maka akupun merasa malu karena ternyata aku yang paling kecil, kemudian  Rasulullah bersabda:
« هي النخلة »
” itulah pohon kurma”
Dan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
«مثل المؤمن القوي كمثل النخلة ، ومثل المؤمن الضعيف كمثل خامة الزرع »
“perumpamaan seorang mu’min yang kuat adalah seperti pohon kurma. Dan perumpamaan seorang mu’min yang lemah seperti kebun yang mentah (belum diolah)”.

Allah berfirman :
فَٱسۡتَمۡسِكۡ بِٱلَّذِيٓ أُوحِيَ إِلَيۡكَۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٤٣
 “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus “. (az-Zukhruf:43)
5)      اَلْبُذْلُ وَالتَّضْحِيَّةُ   Berkorban
Tadlhiyah  (berkorban) menurut kata as-Syahid Hasan Al-bana ialah:
بَذلُ النَّفْسِ وَالْمَالِ وَالْوَقْتِ وَالْحَيَاةِ وَكُلِّ شَيْءٍ فِى سَبِيْلِ الْغَايَةِ
“Mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan  dan apapun demi mencapai tujuan “
Tentang pengorbanan harta, Allah berfirman :
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
 “perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (al-Baqarah:261)

[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. “
Dan firman-Nya :
۞لَّيۡسَ عَلَيۡكَ هُدَىٰهُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَلِأَنفُسِكُمۡۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّهِۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ ٢٧٢

“bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (al-Baqarah:272)

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
أَفْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقْهُ الرَجُلُ : دِيْنَارُ يُنْفِقْهُ عَلَى عِيَالِهِ ، دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلىَ دَابَتِهِ فِي سَبِيْلِ اللهِ ، دِيْنَارٌ يُنْفِقْهُ عَلََى أَصْحَابِهِ فيِ سَبِيْلِ اللهِ (اخرجه المسلم عن ثوبان)

“sebaik-baik harta yang digunakan oleh seseorang ialah: harta yang dikeluarkan untuk keluarganya, harta yang dikeluarkan untuk kendaraannya di jalan Allah , dan harta yang dikeluarkan untuk temannya yang sedang berjuang di jalan Allah”. (HR.Muslim)

Dari Imam ‘Ali r.a, Rasulullah SAW bersabda :” bahwa di surga itu terdapat banyak kamar, dimana luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dari dalamnya bisa dilihat dari luarnya. Surga itu disiapkan oleh Allah untuk orang :
اَطْعَمَ الطَّعام وَاَلاَنَ الْكَلاَم وَتَابع الصِّيَام وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَام (رواه الترمذى)
“yang memberikan makanan, yang berbicara dengan lembut, yang melakukan shaum dan yang sholat malam disa’at manusia lain sedang tidur “ (HR.at-Tirmidzi)
6)      الاِهْتِمام بِشُئُونِ الأُمَّةِ Perduli dengan urusan ummat
Firman Allah :
وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلرِّزۡقِۚ فَمَا ٱلَّذِينَ فُضِّلُواْ بِرَآدِّي رِزۡقِهِمۡ عَلَىٰ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَهُمۡ فِيهِ سَوَآءٌۚ أَفَبِنِعۡمَةِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ ٧١
 “dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah[832]?”. (an-Nahl:71)

[832] Ayat ini salah satu dasar Ukhuwah dan Persamaaan dalam Islam.
Dari Hudzaifah  bin Yaman r.a Rasulullah saw bersabda :
 مَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“barang siapa tidak memperdulikan urusan umat Islam maka tidak termasuk mereka,”.

*Disarikan dari Buku Titian Ramadhan Karya KH. Jeje Turmudzi, Lc (Allohu Yarham)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhlak dalam Puasa Beserta Dalil-dalilnya"

Post a Comment