Akhlak dalam Puasa Beserta Dalil-dalilnya
Akhlak adalah tsamrah (buah) dari ilmu dan iman, maka tidaklah cukup orang berpuasa dari sekedar menahan
lapar dan dahaga, tetapi iapun harus berpuasa dengan akhlak orang berpuasa seperti berpuasa dari memakan daging sesamanya (ghibah).
Karenanya Rasul SAW bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَع قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِو فَلَيْسَ
لِلَّهِ حَاجَةً فِى اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
”siapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka
Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaganya” (al-Bukhari)
Tahu saja tidaklah cukup dan sekedar pengakuan tidaklah
berarti bermakna, ilmu dan pengamalan juga iman dan keteguhan keduanya harus talahhum (bersenyawa) dalam kehidupan. Rasulullah SAW
ditanya :
يَا رَسُولَاللهِ قُلْ لِى فِى الاِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ
أَسأَلُ عَنْهُ اَحَدًا غَيْرَكَ, قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللّهِ ثُمَّ اسْتَقِم !
(مسلم)
“Wahai Rasulallah, terangkan padaku
tentang Islam dimana aku tidak pernah bertanya-tanya kepada orang lain? Nabi
SAW menjawab:” Katakan “aku beriman kepada Allah lalu teguhlah !” (HR. Muslim)
Sabda
Rasul SAW :
رُبَّ
صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اَلْجُوعُ وَالْعَطَشُ, وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ
مِنْ قِيَامِهِ اَلسَّهْرُ (احمد حاكم)
“betapa banyak yang shaum tapi hasilnya hanya
lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang melakukan sholat tapi hasilnya sekedar berjaga”
(HR. Hakim)
Oleh
karena itu ada beberapa sikap akhlaqi ketika
ramadhan antara lain:
1) اَلْخُضُوع لِلَّهِ Tunduk
patuh kepada Allah
Allah
berfirman :
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
(al-An’am:162)
Dalam
Hadits disebutkan :
عن ابي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم
قال الله عز و جل يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتيِ اَمْلَأُ صَدْرَكَ غِنىً
وَأَسَدُّ فَقْرَكَ وَاَلَّا تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَيْكَ شُغْلاً وَلمَ ْاَسُدَّ فَقْرَكَ (الترمذى )
Dari Abi Hurairah dari Nabi
SAW. Allah Azza Wajalla
“hai anak Adam, luangkan
waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan
dan aku hindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak Aku penuhi tanganmu dengan
kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan”
(HR.at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dan dalam hadits lain :
السِّعَادَةُ كُلُّ السَّعَادَةِ طُولُ
الْعُمُرِ فِى طَاعَةِ اللَّهِ
“Kebahagiaan yang paling bahagia ialah
panjang umur dalam keta’atan kepada Allah” (HR.
ad-Dailami)
2)
اَلتَّوَاضَعُ لِلْخَلقِ Tawadhu
terhadap sesama mahluk
Ta’rif Tawadhu’
kata kata para ‘Ulama Akhlaq antara lain :
لَيِّنُ الْجَانِبِ وَالْبُعْدُ عَنِ
الاِغْتِرَرِ بِالنَّفْسِ
“berlemah lembut (ramah tamah) dan jauh
dari menipu dirinya sendiri”
Firman Allah :
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى
ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
“dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati”
(al-Furqan:63)
Firman
Allah :
وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
٢١٥
“dan rendahkanlah
dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman”.(as-Syu’ara:215)
dan
Firman-Nya :
لَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ
إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا تَحۡزَنۡ عَلَيۡهِمۡ وَٱخۡفِضۡ
جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ٨٨
“ janganlah sekali-kali kamu menunjukkan
pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa
golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman”. (al-Hijr : 88)
Hadits dari Abu Hurairah r.a dari
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ تَوَاضَعَ لأَخِيْهِ رَفَعَهُ اللَهُ , وَمَن
ارْتَفَعَ وَضَعَهُ اللَّهُ (رواه الطبرانى)
“ barang siapa bertawadhu’ kepada saudaranya, Allah akan
mengangkat derajatnya, dan barang siapa yang tinggi hati, Allah akan
merendahkannya”. (HR.
at-Thabrani)
Masih hadits
dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
مَانَقَصَتْ مِنْ مَالٍ وَمَ
زَادَ اللّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ اِلاَّ عِزَّا , وَمَا تَوَاضَعَ َحَدٌ لِلَّهِ
اِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ (رواه مسلم)
“Tidaklah menguragi harta yang disedekahkan, tidaklah seorang
hamba memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaan dan tidaklah seseorang
bersikap tawadhu’ karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya”.
(HR.Muslim)
Nabi Isa
‘alaihissalam bersabda :
طُوبَى لِلْمُتَوَاضِعِيْنَ فِى
الدُّنيَا هُم أَصْحَابُ الْمَنَابِر يَوْمَ الْقِيَامَةِ , طُوبَى
لِلْمُصْلِحِيْنَ بَيْنَ النِّاس فِى الدُّنْيَا هُمْ الَذِيْنَ يَرَثُونَ
الْفِرْدَوْسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ , طُوبَى لِلْمُطَهّرَةِ قُلُوبهم فِى
الدُّنْيَا هُمْ الَذِيْنَ يَنْظُرُوْنَ اِلَى اللّهِ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَة
“Berbahagialah bagi
orang-orang yang tawadhu’ di dunia, mereka itulah pemilik mimbar-mimbar di hari
kiamat. Berbahagialah orang-orang yang memperbaiki kehidupan manusia di dunia,
mereka itu adalah para pewaris surga firdaus di hari kiamat. Dan Berbahagialah
yang menyucikan hati mereka di dunia, mereka itulah orang-orang yang melihat
Allah di hari kiamat”.
Kata Hukama :
التَّوَاضَعُ مِنَ الْخَلقِ كُلُّهُم حَسَنٌ
وَفِى الأَغْنِيَاءِ أَحْسَنُ ,التَّوَاضَعُ مِنْ اَخْلاَقِ الْكِرَام
وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلاَقِ اللّئَامِ
Tawadhu’ dengan mahluk itu semuanya baik dan lebih baik lagi bagi
para aghnia (orang kaya), Tawadhu itu diantara akhlaq mulia, sedang Takabbur diantara
akhlaq tercela
3)
اَلتَّحَمُّلُ للِشَّدَائِد' mampu memikul beban
Firman Allah :
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن
يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن
قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ
٣
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?, dan Sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta. (al-‘Ankabut:2-3)
Dari Mush’ab bin sa’ad dari
ayahnya berkata “aku bertanya” :
يَارَسُولَ
اللهِ ، أيُ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً ؟ قَالَ
: « الأَنْبِيَاءُ
، ثُمَّ الَصَالِحُوْنَ ، ثُمَّ الأمْثَلُ فَاْلأَمْثَل مِنَ النَّاسِ ؛ يُبْتلَىَ الرَّجُلُ عَلَى حَسْبِ دِيْنِهِ ، فَإِنْ كَانَ
فيِ دِيْنِهِ صَلاَبَةٌ زِيْدَ فِي بَلاَئِهِ ، وَإِنْ كاَنَ فيِ دِيْنِهِ رِقَّةٌ
؛ خَفَفَتْ عَنْهُ ، وَلاَ يَزَالُ الْبَلاَءُ فيِ الْعَبْدِ حَتَى يَمْشِي فيِ الأرْضِ
لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“wahai Rasulullah siapakah orang yang paling dahsyat ujiannya?,
beliau bersabda :” para Nabi kemudian orang-orang shalih lalu orang-orang
semisalnya, seseorang akan diuji sesuai dengan (kekuatan)agamanya. Bila
agamanya kuat, ditambahlah ujiannya. Dan
apabila agamanya lemah, ringanlah ujiannya. Dan ujian itu akan selalu menimpa
seorang hamba sampai dia berjalan di muka bumi tanpa kesalahan,”
Maka Allah SWT. Berfirman :
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيۡنَيۡكَ
إِلَىٰ مَا مَتَّعۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّنۡهُمۡ زَهۡرَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
لِنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِۚ وَرِزۡقُ رَبِّكَ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ ١٣١
dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu
adalah lebih baik dan lebih kekal.(Toha :131)
dan
Seorang faqih berkata :
ذُو هِمَةٍ يُبْلَى بِعَيْشٍ ضَيِّقٍ
“orang yang bercita-cita tinggi akan diuji
dengan kehidupan yang sempit”
4)
اَلثَّبَات عَلى الْحَقِّ Teguh dalam haq
“Ats-Tsabat adalah bahwa hendaknya
seorang yang beriman senantiasa bekerja sebagai mujahid dalam memperjuangakan
tujuannya, meski masa amat jauh dan tahun-tahun terasa panjang, sampai bertemu
dengan Allah swt. dalam keadaan seperti itu. Dengan begitu ia akan mendapatkan
salah satu dari dua kebaikan; mencapai tujuan atau berakhir dengan mati syahid
” (Risalah Ta’alim)
مِّنَ
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم
مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا ٢٣
“di antara orang-orang
mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula)
yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), ”(al-Ahzab:23)
Tsabat (teguh) dalam Haq (Islam) merupakan tuntutan asasi bagi setiap muslim yang
punya cita-cita (’himmah ’aliyah), dan Perang Badar adalah contoh kongkrit
sebuah keteguhan dimana kelompok yang sedikit bisa mengalahkan musuh yang
banyak bi idznillah. Dan itu terjadi bahkan ketika umat Islam sedang
harus berpuasa, 17 ramadhan 2 H.
Rasulullah saw. Bersabda:
إن
مثل الرجل المسلم كالشجرة الخضراء التي لا يسقط ورقها
“bahwa perumpamaan seorang muslim itu seperti pohon
rindang menghijau, yang daun-daunnya tidak berguguran.” Kemudian beliau betanya
«
وهل تدري أي شجرة هي ؟ »
“tahukah kalian pohon apakah itu? ”, kemuadian Ibnu Umar berkata” lalu aku berdiri ketika
melihat sekitar maka akupun merasa malu karena ternyata aku yang paling kecil,
kemudian Rasulullah bersabda:
« هي النخلة
»
” itulah pohon kurma”
Dan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
«مثل المؤمن القوي كمثل النخلة ، ومثل المؤمن الضعيف كمثل خامة
الزرع »
“perumpamaan
seorang mu’min yang kuat adalah seperti pohon kurma. Dan perumpamaan seorang
mu’min yang lemah seperti kebun yang mentah (belum diolah)”.
Allah berfirman :
فَٱسۡتَمۡسِكۡ
بِٱلَّذِيٓ أُوحِيَ إِلَيۡكَۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٤٣
“Maka
berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus “.
(az-Zukhruf:43)
5)
اَلْبُذْلُ وَالتَّضْحِيَّةُ
Berkorban
Tadlhiyah (berkorban) menurut kata as-Syahid Hasan
Al-bana ialah:
بَذلُ
النَّفْسِ وَالْمَالِ وَالْوَقْتِ وَالْحَيَاةِ وَكُلِّ شَيْءٍ فِى سَبِيْلِ
الْغَايَةِ
“Mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan apapun demi mencapai tujuan “
Tentang
pengorbanan harta, Allah berfirman :
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ
أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ
فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ
وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
“perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
(al-Baqarah:261)
[166]
Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan
jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan
lain-lain. “
Dan
firman-Nya :
۞لَّيۡسَ عَلَيۡكَ هُدَىٰهُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ
يَهۡدِي مَن يَشَآءُۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَلِأَنفُسِكُمۡۚ وَمَا
تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّهِۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ
يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ ٢٧٢
“bukanlah
kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk
kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari
keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu
akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan)”. (al-Baqarah:272)
Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
أَفْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقْهُ الرَجُلُ : دِيْنَارُ يُنْفِقْهُ
عَلَى عِيَالِهِ ، دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلىَ دَابَتِهِ فِي سَبِيْلِ اللهِ ، دِيْنَارٌ
يُنْفِقْهُ عَلََى أَصْحَابِهِ فيِ سَبِيْلِ اللهِ (اخرجه المسلم عن ثوبان)
“sebaik-baik harta yang digunakan oleh seseorang
ialah: harta yang dikeluarkan untuk keluarganya, harta yang dikeluarkan untuk
kendaraannya di jalan Allah , dan harta yang dikeluarkan untuk temannya yang
sedang berjuang di jalan Allah”. (HR.Muslim)
Dari
Imam ‘Ali r.a, Rasulullah SAW bersabda :” bahwa di surga itu terdapat banyak
kamar, dimana luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dari dalamnya bisa dilihat
dari luarnya. Surga itu disiapkan oleh Allah untuk orang :
اَطْعَمَ
الطَّعام وَاَلاَنَ الْكَلاَم وَتَابع الصِّيَام وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ
نِيَام (رواه الترمذى)
“yang memberikan makanan, yang berbicara
dengan lembut, yang melakukan shaum dan yang sholat malam disa’at manusia lain
sedang tidur “ (HR.at-Tirmidzi)
6)
الاِهْتِمام بِشُئُونِ الأُمَّةِ Perduli dengan urusan ummat
Firman
Allah :
وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ
عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلرِّزۡقِۚ فَمَا ٱلَّذِينَ فُضِّلُواْ بِرَآدِّي رِزۡقِهِمۡ
عَلَىٰ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَهُمۡ فِيهِ سَوَآءٌۚ أَفَبِنِعۡمَةِ ٱللَّهِ
يَجۡحَدُونَ ٧١
“dan
Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki,
tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki
mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki
itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah[832]?”.
(an-Nahl:71)
[832] Ayat
ini salah satu dasar Ukhuwah dan Persamaaan dalam Islam.
Dari
Hudzaifah bin Yaman r.a Rasulullah saw
bersabda :
مَنْ لَمْ يَهْتَمْ بِأَمْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“barang siapa tidak memperdulikan urusan
umat Islam maka tidak termasuk mereka,”.
0 Response to "Akhlak dalam Puasa Beserta Dalil-dalilnya"
Post a Comment