Sinopsis Buku Revolusi Belajar "Just Do It" Belajar Lebih Baik
Buku Revolusi Belajar |
Revolusi Cara Belajar | Revolusi Cara Belajar The Learning Revolution| Ada yang menarik berkaitan dengan buku The Learning.
Revolution karya Dryden dan Vos. Buku ini telah dua
kali didiskusikan (lebih tepat: dibedah). Diskusi pertama berlangsung di Solo
dan hasilnya dilaporkan oleh situs Detikcom. Diskusi ini berlangsung pada
Sabtu, 9 Desember 2000. Menurut hasi; diskusi tersebut, sebagaimana dilaporkan
Detikcom, “The Learning Revolution: “Model Pendidikan yang Mustahil
Dijalankan”.
Diskusi kedua berlangsung di Yogyakarta pada 10 Februari 2001.
Sebagaimana dilaporkan oleh situs Mizan.com, yang laporannya ditulis sebelum
diskusi berlangsung, diskusi tersebut menghadirkan pembicara Dr. Komaruddin
Hidayat, Khoiruddin Bashori, dan saya sendiri.
Di rubrik “Plong” kali ini saya akan tampilkan apresiasi saya
terhadap buku The Learning Revolution yang telah mengubah
kehidupan saya---terutama berkaitan dengan ajakan buku tersebut untuk (mengutip
slogan perusahaan terkenal Nike) “just do it!”.
THE LEARNING REIOLUTION: AJAKAN MEMPERBAIKI KEADAAN
“SEKOLAH” LEWAT TINDAKAN
“Just Do It!”
Anda belajar berjalan dengan berjalan
Anda belajar bermain golf dengan bermain golf
Anda belajar mengetik dengan mengetik
Anda belajar paling baik dengan mempraktikkannya!
The Learning Revolution, h. 162
Beberapa tahun lalu, saya termasuk orang yang tidak percaya bahwa
teks mampu memotivasi seseorang untuk, melakukan satu perbuatan baik. Teks
biasanya hanya memberikan pemahaman saja kepada seseorang yang membaca teks
itu. Dan banyak orang yang merasa puas, atau lalu berhenti tidak melakukan
apa-apa, setelah mampu memahami sesuatu. Kayaknya ada sebongkah batu besar yang
menindih orang itu begitu pemahaman yang telah diperolehnya ingin ditindaki.
Dave Meier, dalam Accelerated Learning Handbook (edisi
Indonesianya akan diterbitkan Kaifa), memecahkan sebagian teka teki saya di
atas. Katanya, teks memang dapat menimbulkan “penyakit”. Dalam bahasa saya,
“penyakit” itu sama dengan menjalarnya rasa malas yang hebat begitu kita
selesai membaca (memahami gagasan yang ada di buku. Abstraksi verbal, yang
menjadi ciri buku, menggantikan pengalaman konkret. Pengalaman konkretlah yang
akan membuat seseorang mampu bergerak, mampu menciptakan sesuatu (kreatif).
Sebelum saya membaca karya Meier, persepsi saya tentang buku
memang telah diubah oleh The Learning Revolution karya Dryden
dan Vos. Dan, rupanya, proses pengubahan tersebut tidak berlangsung secara
revolusioner. Sebelum membaca The Learning Revolution, saya telah
membaca lebih dahulu Quantum Learning dan Quantum
Teaching garapan Bobbi DePorter dan kawan-kawannya. Kebetulan, saat
saya membaca dua karya Bobbi, saya waktu itu sedang belajar menjadi guru.
Tulisan berikut akan menunjukkan beberapa hal yang saya peroleh dari pembacaan
teks yang disajikan oleh buku-buku yang saya sebutdi atas.
Paradigma Baru Membaca Buku
Quantum Learning (QL), Quantum
Teaching (QT), dan The Learning Revolution (LR)
adalah buku-buku yang masuk kategori buku “how to” (bagaimana melakukan
sesuatu) atau buku DIY (do it yourself). Hanya bedanya dengan buku-buku “how
to” yang lain, buku-buku tersebut dikemas dengan mengikuti rumusan produk
zaman sekarang: simpel, efektif, dan “fun” (menyenangkan). Buku QL, QT, dan LR
terasa simpel terutama berkaitan dengan bahasa yang digunakannya. Istilah
pendidikan yang terasa berat bagi telinga saya saat ini diubahnya menjadi
learning sebuah istilah yang menunjukkan kegiatan belajar yang mengasyikkan
untuk dijalani.
Buku QL, QT, dan LR terasa efektif dalam mengupas setiap persoalan
penting yang berkaitan dengan masalah learning pada era yang
penuh perubahan seperti saat ini. Mengikuti teori pertama efektivitasnya
Stephen Covey, ketiga buku itu menerapkan benar strategi “the inside out”
(dari dalam ke luar). Secara radikal dan enak, QL, QT, dan LR mengajak para
pembacanya masuk ke dalam diri, memahami kehebatan potensi diri, dan ke luar
dengan kepercayaan diri yang tinggi bahwa “the brain is like a sleeping
giant”.
Yang terakhir, “fun” karena seluruh konsep learning dikembalikan
dan diletakkan ke masa balita kita dan ke dunia olahraga. Tidak ada masa
kanak-kanak yang tidak menyenangkan dan membahagiakan. Tidak ada pula sebuah
dunia yang di dalamnya unsur-unsur vital pembelajaran---seperti kesungguhan,
ketekunan, kejujuran, kegigihan, dsb.---begitu tarnpil prima dan real selain di
dunia olahraga. Hanya di dunia olahragalah sebuah kegagalan itu dapat menjadi
umpan-balik positif dan dapat diterima secara menyenangkan serta mampu
memotivasi ke arah pencapaian yang lebih baik di kemudian hari.
Ketiga unsur---simpel, efektif, dan “fun”---itu kemudian
diintegrasikan dalam wujud sebuah buku yang terasa ringan dikunyah sebab
halaman genap dan ganjil ditampilkan berbeda (di QL dan LR), sementara di QT
dipenuhi dengan ikon yang membuat otak kiri dan kanan bekerja secara sinergis.
Hanya Ada Satu Perintah: Do It ! Buku LR
mensugesti kita untuk tampil secara luar biasa. Coba perhatikan secara saksama halaman 6 di buku Bagian I: Keajaiban
Pikiran. Buku setebal hampir 600 halaman ini dapat dibaca dalam tempo 15 hingga
30 menit. Pengarangnya, secara rinci memberikan petunjuk bagaimana memanfaatkan
buku ini dalam waktu amat singkat. Dan sebagian besar halaman poster yang
ditampilkan di halaman genap, selain memotivasi, juga mengajak kita berubah
dengan melakukan sesuatu.
Lalu di halaman 8, masih di Bagian I, buku ini menantang kita yang
ragu akan kemanjuran model-model pembelajaran atau metode-metode praktis yang
ditawarkan LR. Bisakah metode di dalam buku LR dipraktikkan? Buku ini menjawab,
“Kami secara hati-hati hanya memasukkan di dalam buku ml hasil-hasil yang telah
terbukti.” Lalu tampillah sederetan keberhasilan pembelajaran di beberapa
wilayah di seluruh penjuru dunia yang disajikan secara menarik oleh LR.
Terakhir, sebelum mengajak para pembaca untuk melakukan sesuatu
dalam memperbaiki keadaan pendidikan, buku ini menyajikan gambaran-menyeluruh (the
big picture) terlebih dahulu mengenai perubahan-perubahan yang sedang
terjadi di dunia.
Lewat judul bab “Revolusi Terbaru dalam Sejarah: Kekuatan yang
akan Mengubah Hidup Anda” (halaman 19-35), para pembaca diberi ringkasan
mencerahkan yang dapat digunakan sebagai bekal memasuki secara detail kelima
belas bab berikutnya. Sekali lagi, kunci untuk mengubah keadaan terdapat di
halaman 26: Untuk mempelajari sesuatu, praktikkanlah! Jangan Sampai Kita Mati
Digilas oleh Perubahan.
Saat saya sedang menyelesaikan tulisan ini, saya memperoleh
sesuatu yang menarik dari koran Kompas, edisi Sabtu, 3 Februari 2001, di
halaman 9. Judul berita itu adalah “Guru Harus Terus Mendapat Pelatihan”.
Rupanya Kompas mewawancara Prof. Suyanto, MEd., Ph.D lewat telepon mengenai
kemampuan profesional guru.
“Dalam era globalisasi seperti sekarang,” ujar Prof. Suyanto,
“semua ilmu pengetahuan itu cepat usang. Apalagi kalau guru tidak
bisa di-training dan tidak bisa memperoleh akses informasi yang baru. Jika itü
terjadi, otomatis ia akan ketinggalan.
Buku LR, secara tidak Iangsung, menunjukkan kecepat usangan ilmu
pengetahuan. Tidak hanya ilmu pengetahuan yang terus berubah, juga hasil-hasil
yang diproduksi oleh ilmu pengetahuan pun terus menyajikan yang fresh dan baru.
“Di masa depan Anda mungkin dapat mengenakan di pergelangan tangan, apa yang
kini di atas meja, apa yang dulu memenuhi ruangan;” tulis “Bapak Multimedia”,
Nicholas Negroponte (h. 42).
“Kini sedang tumbuh sebuah generasi baru yang akan mengubah dunia
menjadi berbeda sama sekali dengan sebelumnya,” tulis Don Tapscott dalam
Growing Up Digital (h. 82--- buku karya Tapscott ini akan diterbitkan Mizan
bersamaan penerbitan HighTech, HighTouch-nya John Naisbitt). Dan, “Para guru
menjadi manajer pembelajaran di pusat-pusat pembelajaran dengan menempatkan
siswa menjadi klien, sama seperti klien pengacara atau profesi lain,” tulis
David Kerr dalam Education is Change (h. 86).***
0 Response to "Sinopsis Buku Revolusi Belajar "Just Do It" Belajar Lebih Baik"
Post a Comment