Contoh Makalah Tentang Islam Abad Klasik | Kajian Historis Meninjau Islam Masa 650-1250 M
ISLAM ABAD KLASIK
(Kajian Historis Meninjau Islam
Masa 650-1250 M)
A. ABSTRAKSI
Sudah sejauh mana umat Islam memahami Islamnya ? apakah kita telah
mengetahui secara komprehensif tentang Islam?, sehingga apa yang kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari merupakan cerminan dari apa yang kita ketahui
tentang Islam. Tentu pertanyaan ini tak perlu dijawab dengan rangkaian
kata-kata yang kadangkala hanya dijadikan sebagai apologi kita.
Pertanyaan ini akan terjawab dengan melihat kondisi umat Islam
saat ini, dimana umat Islam masih dihadapkan pada permasalahan wacana-wacana
Islam yang terkadang dianggap berbenturan dengan realitas. Contoh kecil saja
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin pada realitasnya masih sebuah dilema dengan
adanya claim-claim negatif Barat misal Islam
is Teroris dan masih banyak permasalahan lain yang akan menjadi bahan
wacana tentang Islam.
Kemudian kita bertanya sesungguhnya siapa yang salah, apakah umat
Islamnya atau mereka yang tidak tahu tentang Islam. Atau kesalahan kita dalam
mengkaji dan memahami Islam?. Dalam pengantar penerbit buku Islam Historis
karangan Kamaruzzaman Bustamam-hmad disebutkan bahwa salah satu kelemahan umat
Islam dalam mengkaji dan mempelajari Islam adalah masalah metodologi. Sebab
metode yang dipakai umat Islam dalam mempelajari Islam, umumnya meninjau
kategori al-Jabiri bertumpu pada tiga hal pertama “Nalar Eksplikasi” (al-bayani)
yang epistemologinya didasarkan pada pemikiran analogis dengan menyandarkan
pada “apa yang tidak tampak” terhadap “apa yang tampak” dan menyandarkan “apa
yang tidak diketahui” pada “apa yang diketahui”. Kedua, “Nalar Gnotisme” (Irfani)
yang epistemologinya didasarkan pada “pandangan alam”, sisi bathin dan wahyu.
Dan ketiga, “Nalar Inferensial” (al- burhani) yang epistemologinya
menggunakan observasi empiris dan inferensi intelektual.
Dengan ketiga model nalar tersebut terutama dengan nalar pertama
(eksplikasi), konsekuensinya adalah ajaran Islam dianggap sebagai doktrin,
sakral dan tidak mengenal inovasi radikal. Maka berawal-dari sini muncullah
gugatan terhadap model pemahaman Islam yang eksplikatif ini. Antara
lain munculnya pendekatan-pendekatan dalam mengkaji Islam yaitu pendekatan
Filsafat, pendekatan sosiologi dan pendekatan sejarah.
Dari fenomena diatas mengingat pentingnya sebuah pendekatan dalam
mengkaji Islam, maka makalah ini mencoba mengkaji Islam dari pendekatan sejarah
dengan mengungkap perjalanan sejarah Islam pada abad klasik (650-1250 M.)
B. PERADABAN ISLAM
Islam lahir di tengah-tengah peradaban masyarakat Arab yang
kontradaktif. Sebelum Islam lahir kebudayaan Arab sudah dibilang cukup tinggi,
terbukti dengan dilaluinya jalur perdagangan yang menghubungkan Yaman dan
Syria, telah menjadikan Arab maju di bidang perdagangan, begitu juga dengan
banyaknya penyair-penyair di bidang sastra.’ Namun dengan menjadikan berhala
sebagai Tuhan dan Ka’bah sebagai tempat pemujaan berhala, kesukaannya berperang
yang telah merendahkan harkat derajat wanita, telah mengantarkan mereka pada
sebutan zaman jahiliyah.
Nabi Muhammad sebagai pengemban amanat misi Islam yang dibai’at
pada tanggal 17 Ramadhan 611 M. mulai menyampaikan ajarannya secara diam-diam
dan kemudian dengan terang-terangan. Atas kerja keras dan ketabahan sang Nabi
akhirnya Islam dapat berkembang di Mekkah dan Madinah.
Sebelum Nabi wafat di tahun 632 M. seluruh semenanjung Arabia
telah tunduk di bawah kekuasaan Islam. Perkembangan Islam
Selanjutnya diteruskan oleh Khulafaur Rasydin Dan Khalifah-Khalifah lainnya.
Pada periode klasik perkembangan baik masa ekspansi, integrasi, keemasan serta
masa disintegrasi akan meliputi zaman Khulafa ‘ur Rasydin, Bani Umayah dan
Abbasiyah.
I. Masa Khulafaur Rasydin
Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang
akan menggantikannya sebagai pemimpin umat Islam seteláh beliaü wafat, maka
tidak lama kemudian sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshor mengadakan musyawarah
untuk memilih seorang pemimpin (khalfah). Setelah melalui perdebatan yang alot
akhimya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Perjalanan sejarah pun
seiring dengan masa kekhalifahannya selama dua tahun.
1. AbuBakar
Sebagai khalifah umat Islam pertama (632 M), Abu Bakar melanjutkan
tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Langkahnya di awali
dengan menyelesaikan masalah dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan
oleh suku-suku bangsa Arab yang melepaskan diri dan tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintahan Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat
dengan Nabi dengan sendirinya batal setelah beliau wafat, karena itu mereka
menentang Abu Bakar.
Gerakan pembelotan agama yang lebih dikenal dengan
gerakan riddat (pemurtadan) dengan munculnya tiga tokoh yang
mendakwakan dirinya sebagai nabi yaitu Musailamah (w. 11 H./633 M.) dan Thulhah
(w. 11 H1632 M) dan Aswad Al-Insya (w. 11 H/632 M). Gerakan riddat semakin
meluas di semenanjung Arabia sampai meluas ke wilayah Hadramaut dan wilayah
Mabro serta Oman. Keadaan im memaksa Abu Bakar untuk menyelesaikannya dengan
yang dikenal sebagai perang Riddah (Nasution, 1985: 57).
Abu Bakar membentuk sebelas pasukan yang dikirim ke berbagai
wilayah Arabia.6 Akhirnya gerakan riddat itu dapat diatasi dan wilayah yang
tadinya lepas kini tunduk kembali di bawah khalifah Abu Bakar dan Kahlid Ibn
Walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam perng Riddah mi.7
Setelah urusan dalam negeri selesai, barulah ia mengirimkan
kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai
a!Hirah (634 M). Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jendral
yaitu Abu Ubaidah, Amr Ibn Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil.
Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18
tahun. Untuk memperkuat tentara mi, khalid Ibn Walid diperintahkan memnggalkan
Irak dan ia sampai ke Syria. Setelah ia mendapatkántambà han kekuatan tempur ia
memutar haluan dalam wilayah Nofud arah ke tenggara, dan memasuki dataran
tinggi tempat kediaman suku besar Asad dan Ghatfan Mura dan Fezzara yang telah
menggabungkan din dengan Thulhah Ibn Khawalid. Khalid langsung mengirimkan
utusan untuk menyampaikan pesan Abu Bakar, namun utusan itu malah dicemoohkan
maka terjadilah pertempuran.8 Dalam ekspansinya selain mengirimkan
pasukan-pasukan ke wilayah Syria dan menguasai kerajaan Hira di masa
kekhalifahannya ia hams menghadapi impenum Persia dan Roma.
Pada masa Abu bakar i, Umar Bin Khattob yang juga seorang tokoh
dan menjadi khalifah ke dua setelah Abu Bakar, mengusulkan untuk membukukan
Al-Qur’an yang pada waktu itu masih berupa catatan-catatan dan hafalan pribadi
yang tersebar pada para sahabat Nabi. Awalnya Abu Bakar menolak karena dianggap
tidak pemah dicontohkan oleh Nabi semasa hidupnya. Namun atas desakan Umar yang
disertai argumen logis dan setelah dimusyawarahkan dengan sahabat-sahabat lain,
Abu Bakar menerimanya dan langsung menunjuk Zaid Ibn Tsabit untuk memimpin
panitia pembukuan AlQur’an danjadilah satu naskah pertama kitab suci Islam.9
Pada tahun 634 M. Ta meninggal dunia dan sebelum ia meninggal
yaitu pada akhir tahun kedua kekhalifahannya dan merasa bahwa azalnya sudah
dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar
sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam.’°
2. Umar Bin Khatab
Sosok Umar Bin Khatab adalah sosok yang oleh Nabi semasa hidupnya
pernah disebut sebagai seorang yang paling mungkin menjadi utusan Tuhan
seanthinya Nabi sendiri bukanlah Rasul Allah yang terakhir. Umar adalah seorang
sahabat Nabi yang sekalipun sangat hormat kepadanya, namun tidak segan-segan
mengajukan keberatan pada gagasan atau tinthkan Nabi jika dirasakan
olehnya bukan langsung dan Allah. Dalam ilmu tafsir diketahui tentang adanya
beberapa ayat suci yang turun tidak untuk mendukung gagasan tertentu Nabi
melainkan gagasan Umar.” Sebagai orang yañg mempunyai pemikiran kreatif, dalam
kekhalifahannya pun sering mengeluarkan kebijakan yang sepintas bertentangan
dengan A1-Qur’an dan hadits, seperti kebijakannya untuk tidak membagi-bagikan
tanah pertanian di Syria dan Irak yang barn dibebaskan kepada tentara Muslim,
malah justeru ia berikan kepada para petani kecil setmpat sekali pun mereka
bukan (belum Muslim).’2
Di zaman khalifah Umar Bin Khathab gelombang ekspansi pertama
terjadi di ibu kota Syria, damaskus yang jatuh pada tahun 635 M. dan setahun
kemudian, setelah tentara Bizantium kalah dalam pertempuran Yarmuk, seluruh
daerah Syria takluk di bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis,
ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr Ibn Ash dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa’ad Ibn Abi waqash. Iskandariah ibu kota Mesir ditakiukan tahun 641,
Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian pada masa kepemimpinan Umar, wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar
wilayah Persia dan Mesir.’3
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Uamr segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang
terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi meliputi Mekkah, Madinah, Syria, jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan
Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah, pengadilan
didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban jawatan kepolisian dibentuk. Demikian
pula jawatan pekerjaan umum.14Umar juga mendirikan Baitul Ma!, menempa mata uang
dan membentuk permulaan tahun Hijriyah.’3
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H!634-644 M), masa
jabatannya berakhir dengan kematian, dia dibunuh oleh seorang budak dan Persia
bemama Abu Lu’luah. Sebagai pengganti dipilihlah enam orang sahabat yaitu
Usman, Abu, Thalhah, Zubair, Sa’ad Abi Waqash dan Abdur Rahman Ibn Auf dan
akhimya terpilihlah Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga.
3. Utsman Bin Affan
Pada kekhalifahan Utsman (644-656) Tripoli, Ciprus, Rhodus dan
bagian yang tersisa dan persia, Transoxania dan tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam berhenti sampai di sini.
Utsman bin Affan sekali pun banyak mempunyai kelebihan dan jasa di
bidang lain misalnya membangun bendungan (irigasi) untuk menjaga banjir dan
mengatur pembagian kota-kota, pembangunan jalan dan jembatan serta pembangunan
masjid-masjid begitu juga perluasan masjid Nabi di Madinah.
Namun sayangnya dalam kepemimpinan dicatat sebagai seorang yang
iemah, karena itu muncullah berbagai tuduhan yang dialamatkan pada Utsman
sebagai khalifah yang bertindak kurang adil dan menderita nepotism (Nurcholish,
him 9). Kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tertinggi di
antaranya Marwan Ibn Hakam dan setelah banyaknya anggota anggota keluarga yang
duduk dalam jabatan-jabatan penting
Utsman laksana boneka dihadapan kerabatnya. Dia tidak dapat
berbuat banyak dan tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan
negara oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa kontrol oleh Utsman. Sikap seperti
ini yang telah menyayat hati rakyat sehingga memunculkan protes keras dan berbagai
kalangan yang datang hampir dan seluruh penjuru dunia Islam dan menginginkan
Utsman turun, namun mereka hanya membawa tangan hampa dan akhimya Utsman mati
terbunuh.2°
4. Ali Bin Abi Thalib
Sebagai khalifah terpilih, Ali bin Abi Thalib dihadapkan pada malapetaka
politik yang lebih besar yaitu setelah Utsman terbunuh, kelompok bani Umayah
menuntut Ali untuk menguak dan menghukum kasus pembunuhan Utsman dan mereka
menunda bai’at terhadap Ali sebelum tuntutan mereka terpenuhi. Tetapi Ali tidak
berhasil, maka akhimya bani Umayah serta merta mulai menuduh ini terlibat thlam
pembunuhan Utsman, tetapi tuduhan itu sulit dibuktikan. Karena pertentangan
yang semakin memuncak antara Au dan Muawiyah akhirnya perang pun tak
terhindarkan dan terjadilah al-fitnah al-kubra. Ali lebih mengutamakan kesatuan
umat, oleh karena itu ia memilih jalan damai dengan menerima usul kompromi dari Mu’awiyah.
Namun ternyata Ali kalah dan kehilangan legitimasi politiknya
sehingga legitimasi beralih pada Mu’awiyah. Peristiwa ini dikenal sebagai
peristiwa Shifin yang menyebabkan pendukung Ali terpecah dan memisahkan diri kemudian membentuk kelompok ke tiga dengan nama khawaryz. Setelah terbentuk
mereka melancarkan program sosial-politik yang radikal dengan ekstrimisme yang
menganggap orang yang bukan golongannya adalah kafir dan harus dibunuh, karena
itu ia memandang Ali dan Mu’awiyah sebagai orang kafir yang harus diperangi dan
dibunuh. Namun mereka hanya berhasil membunuh Ali pada tanggal 20 Ramadhan 40
H/1660 M.
II. Dinasti Bani Umayah
Cambuk kekuasaan selanjutnya adalah dibawah otoritasi kelompok
Bani Umayah. Khalifah pertama yaitu Mu’awiyah bin Abi Sufyan (661-680 M) telah
merubah sifat pemerintahan dan demokrasi menjadi monarchiheridetis (kerajaan
turun-menumn). Pada masa ini ibu kota negara dipindahkan dan Madinah ke
Damaskus. Ekspansi diteruskan dengan menguasai wilayah-wilayah.seperti tunisia
di sebelah Timur daerah khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai
ke Kabul, ke wilayah Barat terjadi di zaman Al-Walid Musa Ibn Nusayr yang menyerang
Jazair dan Maroko.
Dinasti Bani Umayah berumur ± 90 tahun. Selama itu ekspansinya
telah menjadikan Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dan persatuan
berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan
peradaban Islam yang baru. Pembahan bahasa admimstrasi dan Yunani dan bahasa
Pahiawi ke dalam bahasa Arab di mulai oleh Abdul Malik. Kekuasaan dan kejayaan
Dinasti Bani Umayah mencapai puncaknya pada zaman Al-Walid I. Sesudah itu
kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya dipatahkan oleh bani Abbas di tahun
750 M.22
0 Response to "Contoh Makalah Tentang Islam Abad Klasik | Kajian Historis Meninjau Islam Masa 650-1250 M"
Post a Comment