Makalah Perbedaan Teori Behaviorisme dengan Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran
TEORI BEHAVIORISME DAN TEORI KOGNITIFISME
k
k
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang mengandung
banyak misteri. Dalam diri manusia banyak hal-hal yang sekiranya belum
terungkap. Hal ini disebabkan oleh adanya keunikan tersendiri dibanding
makhluk-makhluk lain. Akal sebagai karunia dan yang maha kuasa telah menjadikan
manusia sebagai makhluk yang berkepribadian.
Para ahli psikolog atau tokoh-tokoh
dunia dari zaman ke zaman telah mencoba mengungkap sebagian tentang sifat-sifat
dan hakikat manusia. Mereka melakukan penelitian-penelitian dan analisa
terhadap objek manusia dari sudut pandang yang berbeda-beda. Hal inilah yang
melahirkan banyaknya aliran psikologi.
Behaviorisme adalah salah satu
aliran psikologi yang menganalisa manusia dari sudut pandang prilaku. Tingkah
laku dianggap sebagai sesuatu yang nyata dan terbuka dapat diukur secara
obyektif. Aliran ini bisa dikatakan orthodok, karena hanva memandang manusia dari
luarnya saja, tidak mau tahu akan adanya kesadaran pada diri manusia. Maka
tidaklah heran jika aliran behavioris merumuskan psikologi sebagai tingkah laku
bukan kesadaran.
Terlepas dari sepakat atau tidaknva pada pemahaman aliran tersebut, makalah ini kami sajikan sebagai bahan kajian diskusi. Dengan maksud menemukan kelebihan dan kekurangan dalam kedua aliran ini, sehingga kita dapat mengambil manfaat dan menamhah dari segi kekurangannya.
Terlepas dari sepakat atau tidaknva pada pemahaman aliran tersebut, makalah ini kami sajikan sebagai bahan kajian diskusi. Dengan maksud menemukan kelebihan dan kekurangan dalam kedua aliran ini, sehingga kita dapat mengambil manfaat dan menamhah dari segi kekurangannya.
A.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang hanya
mempelajari tingkah laku nyata, terbuka, dan dapat diukur secara objektif. Behaviorisme
hanya mau tahu soal tingkah laku manusia (badaniah) saja. Gejala-gejala psikis
yang mungkin terjadi adalah akibat dari adanya gejala-gejala atau
perubahan-perubahan jasmaniah sebagai reaksi terhadap stimulus- stimulus
tertentu.
Menurut aliran ini psikologi yang objektif adalah yang mempelajari
hal-hal yang konkrit saja, yaitu tingkah laku yang jelás-je1as dapat diamati
dan diukur secara langsung, tidak perlu diselidiki melalui introspeksi. Itulah
sebabnya maka menurut kaum behavioris (W. James) “orang tidak menangis
karena susah, tetapi orang susah karena menangis”. J.B. Watson seorang
behavioris yang lebih radikal lagi mengatakan bahwa : Bahasa adalah
gerakan-gerakan tertentu dari pangkal tenggorokan dan bagian-bagian mulut
lainnya, dan bunyi yang diakibatkannya. Senyum adalah gerak-gerak tertentu dari
cuping hidung dan sudut mulut disertai kerlipan mata.2
lstilah-sttlah seperti stimulus (rangsang) dan respon,
habit (kebiasaan), learning. mendapat tempat dalam psikologi
aliran ini, akan tetapi istilah-istilah yang terlalu mentalistis (menyangkut
segi kejiwaan yang abstrak) seperti continuous (kesadaran), will (kehendak),
sensation (penginderaan) dan sebagainva sedapat mungkin dihindari.
Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah J. B. Watson
dari Amerika Namun sebelumnya sudah ada tókoh-tokoh behavior seperti Thorndike,
Pavlov. yang telah melakukan percobaan-percobaan terutama pada prilaku hewan.
Watson tidak mengakui metode introspeksi, karena ia
menganggap introspeksi menggambarkan berlangsungnya berbagai hal dalam
organisme yang tidak dapat dilihat atau diukur secara objektif. 3
Namun Watson juga mengakui akan adanya behavior (tingkah
laku) yang tidak dapat langsung terlihat dari luar, misalnya berpikir atau
beremosi. Tingkah laku seperti ini dinamakannya covert behavior (tingkah
laku tertutup). Covert behavior ini pun merupakan tingkah laku sebagai
akibat kontraksi atau sekresi kelenjar-kelenjar. Hampir sama dengan halnya
tingkah laku terbuka (Overt Behavior), bedanya adalah bahwa
gerakan-gerakan dalam tingkah laku covert sangat kecil dan lemah
sehingga tidak bisa langsung terlihat, tetapi tetap dapat diukur dan luar.4
Dari penjelasan di atas, jelas-jelas mereka hanya mngakui hal-hal yang
realistis dan empiris. Lalu apa pengertian tingkah laku (behavior)?
Menurut JB. Watson tingkah laku adalah kompleks dan dapat
dianalisis menjadi kesatuan-kesatuan dari stimulus (rangsang) dan respon-respon
yang disebutnya refleks atau juga dalam kamus psikologi karangan James
Drever, behavior adalah reaksi total, motor dan kelenjar yang diberikan suatu
organisme ke dalam situasi yang dihadapinya. Tingkah laku manusia tidak dapat
dilepaskan dengan proses pematangan organ-organ tubuh. (Sarlito W S, 1982, 30) Tingah
laku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis timhul dan hilang di
saat-saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan (kontiunitas) antara satu
perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Tingkah laku manusia tidak pernah berhenti
pada suatu saat, perbuatan terdahulu merupakan persiapan bagi perbuatan yang
kemudian, sedangkan perbuatan yang kemudian merupakan kelanjutan dari perbuatan
sebelumnya.
Tiap-tiap tingkah laku manusia selalu mengarah pada suatu
tugas tertentu. Hal ini nampak jelas pada perbuatan-perbuatan seperti belajar
atau bekerja, tetapi hal ini juga terdapat pada tingkah laku lain yang
nampaknya tidak ada tujuannya.
Rogers menyatakan bahwa tingkah laku individu adalah
mempunyai arah tujuan dan kehendak. Sedangkan menurut Kurt Lewin, tingkah laku
dapat dirumuskan sebagai fungsi pribadi dan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat mengenai behavior (Perilaku)
dapatlah disimpulkan bahwa tingkah laku mempunyai empat konsep penting yaitu:
1. Tingkah
laku merupakan suatu peristiwa dimana organisme individu yang hidup itu sebagai
subjeknya.
2. Tingkah
laku sebagai suatu fungsi bagi sistem kepribadian itu berlangsung dalam ruang
dan waktu.
3. Tingkah
laku selalu mempunyai aspek arah tujuan, dan tujuan ini mendapatkan pengaruh
besar dari kondisi-kondisi reinforcement.
4.
Tingkah
laku ditentukan pula oleh adanya harapan-harapan (expectancy) berdasarkan
pengalaman-pengalaman di samping pentingnya motif, tujuan dan besarnya
reinforcement.
Dalam hal pshikis. Watson mengemukakan berbagai fungsi
pshikis pada prilaku yaitu
1.
Stimulus dan Respon
Stimulus adalah keadaan (situasi) objektif yang dapat
dimanipulasi atau direkavasa oleh lingkungan sebagai upaya membentuk prilaku
manusia melalui respon yang muncul sebagaimana yang diharapkan lingkungan itu
Respon adalah reaksi objektif dari individu terhadap
situasi sebagai perangsang. Dalam hal ini Watson membagi-bagi respons pada
beberapa jenis yaitu sebagai benkut:
a.
Respons
yang dipelajari (learned), (misalnya respons membaca terhadap stimulus
tulisan) dan respons yang tidak dipelajari (unlearned) misalnya respons
menangis pada anak kecil terhadap stimulus sakit.
b.
Respon
eksplisit (terbuka) dan implisit (tertutup). Eksplisit misalnya
makan, minum dan sebagainya sedangkan implisit seperti berpikir dan emosi.
2.
Pengrnderaan (sensation) dan persepsi
Watson sulit menerima bahwa binatang-binatang mempunyai
kesadaran, sehingga dia sulit juga mengatakan bahwa binatang-binatang itu dapat
melihat, mendengar, atau membaui sesuatu. Ia mengabaikan peranan penginderaan
sebagai reseptor (alat penerima rangsang) yang penting adalah
respons-respons yang dinyatakan setelah mengalami penginderaan ini karena
respon-respon inilah yang objektif.
3.
Feeling (perasaan dan emosi)
Perasaan senang atau tidak senang, diakui oleh banyak ahli
sebagai peristiwa-peristiwa sentral, tanpa ada : alat-alat iridera yang
menimbulkannya, tanpa ada ekspresi-ekspresi motoris yang nyata. tetapi Watson
mengemukakan bahwa perasaan senang atau tidak senang adalah tidak lain dan path
benar-benar peristiwa sensomotoris dimana rangsangrangsang sensoris datang dan
alat-alat genital (kelamin). Terlepas dan benar atau tidaknya pendapat mi,
perlu kita perhatikan dua hal sebagai benkut:
1.
Watson
tidak menganggap perasaan dan emosi sebagai suatu yang misterius, karena ia justru
berusaha untuk menerangkannya.
2.
Bila
mana perasaan dan emosi merupakan proses-proses sensomotoris, maka juga
merupakan tingkah laku, sekalipun bersipat implisit dan hypothetis.
Mengenai emosi telah lama diakui sebagai gejala pshikis
yang lebth kompleks daripada perasaan senang tak senang. Pandangan lama
mengatakan bahwa emosi menimbulkan perubahan-perubahan pada aspek kebutuhan.
Pandangan ini ditentang oleh Wiliam James dari Carl Lage. Menurut Watson ada
tiga emosi dasar yaitu fear (takut), rage (gusar), dan love
(cinta).
B.
Teori Kognitifisme
Kognitifisme bisa disebut juga psikologi kognitif, yaitu
salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang
gejala-gejala kehidupan mental atau psikis sejauh berkaitan dengan cara manusia
berpikir, seperti terwujud dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan
yang masuk melalui penginderaan, menghadapi masalah-masalah untuk mencari suatu
penyelesaian, serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang
dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.
Psikologi ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang
bersifat kognitif Kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif,
afektif, konatif dan sampai taraf tertentu psikomotons, baik dalam berhadapan
dengan din sendiri maupun dengan orang lain. Oleh karena itu psikologi kognitif
tidak hanya menggali dasar-dasar dan gejala yang khas kognitif, tetapi juga
meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain seperti apa pertimbangan
yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan keputusan kehendak (konatif).
Kebanyakan psikologi kognitif di Amerika Serikat berpegang
pada suatu kerangka teoritis yang dikenal dengan nama “pemrosesan informasi?’ (information
processing), yang di dalamnya berpikir digambarkan sebagai suatu rangkaian
kejadian atau peristiwa dalam otak yang meliputi urutan langkah pengolahan
“informas , dan saat diterima sampai saat dilepaskan lagi. Setiap langkah
pengolahan merupakan suatu proses penanganan informasi tersendiri, yang memegang
peranan terbatas dalam keseluruhan pengolahan informasi.
Psikologi kognitif khusus mempelajari cara representasi
mental itu berlangsung dalam alam kognitif manusia dan bagaimana hasil
representasi mental ini disimpan dalam ingatan, khususnya ingatan jangka
panjang. Untuk istilah “tanggapan” digunakan juga istilah “gambaran” (image);
untuk istilah gagasan yaitu “ide”(idea).
Para psikolog kognitif menaruh perhatian khusus pada
struktur dalam ingatan jangka panjang sebagai ruang yang penuh dengan
proposisi-proposisi, yang masing-masing menjadi unit informasi dasar.
Psikologi kognitif juga membahas tentang kecerdasan.
Seorang pakar psikologi kognitif (Steinber, 1985, 1986) melihat kecerdasan
manusia dari segi kebolehan berpikir secara kreatif. Berdasarkan hal tersebut
Ia berpendapat bahwa kecerdasan tidak harus diformulasikan dalam satu bentuk
saja. Beliau menyarankan bahwa kecerdasan manusia dalam tiga jenis, dan hal ini
dinyatakan dalam tepro Triarkik.
Pertama, kecerdasan komponen yang memperlihatkan tentang
kebolehan memproses informasi yang ada. individu yang mempunyai kecerdasan
jenis ini berupava berpikir secara analitikal dan kritikal. Mereka inilah yang
sering mendapat point tinggi dalam pemeriksaan formal dan kebolehan akademiknya
sukar ditandingi.
Jenis kedua, yaitu kecerdasan pengalaman. Indiviu yang
mempunyai kebolehan ini adalah mereka yang cerdik akal dan amal, kebanyakan
membentuk ide-ide baru dan asli. Mereka berupaya melihat sesuatu fenomena dari
berbagai sudut yang berperan, serta memaharninya dengan cepat.
Ketiga, adalah kecerdasan kontekstual, yaitu kecerdasan
yang berasal pada kebolehan untuk menyesuaikan diri dalam berbagai suasana
serta situasi. Mereka ini amat praktikal dan mempunyai usaha yang menakjubkan.
C.
Perbedaan Behaviorisme dan Kognitifisme
Setelah kita uraikan kedua faham diatas, jelaslah kiranya
ada perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan dan bahkan dapat kita anggap
sebagai dua faham yang kontradiktif.
Aliran behaviorisme memandang manusia dari segi kenyataan
yang terbuka. Sesuatu yang berada dibalik itu disangkalnya mentah-mentah,
seperti halnya dia menolak adanya .kesadaran. Manusia dianggap sebagai mesin
robot yang hanya berprilaku bila ada stimulus dari luar. Setidaknya aliran ini
tidak mau tahu akan adanya pshikis (mental) manusia.
Sedangkan aliran kognitifisme mencoba mengkaji manusia
secara lebih mendalam yaitu dengan melihat dari segi pshikis mental yang
mempunyai kaitan dengan bagaimana manusia itu berpikir. Penginderaan diakuinya
sebagai penerima kesan-kesan sehingga manusia jelas-jelas mempunyai titik
kesadaran. Gejala-gejala mental seperti kognitif, afektif dan konatif
merupakan objek kajian aliran ini
.
Yogyakarta 25 Februari 2001
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sumardi
Suryabrata Psikologi Pendidikan” PT. R.aja Grafindo Persada, Jakarta Cet
VII
2.
Drs.
M . Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan” Rosda Karya, Bandung cet IX
1994
3.
Dr
Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi” Mutiara Jakarta 1985
4.
W
S Winkel Psikologi Pengajaran PT (Gramedia Jakarta Cet IV 1996
5.
H
Sukamto Bahan Kuliah Psikologi Umum” LSIS Yogyakarta, 1989 hIm. 71
0 Response to "Makalah Perbedaan Teori Behaviorisme dengan Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran"
Post a Comment