Image1

Review Buku Quantum Quotient | Menjadi Pintar Tanpa Beban

Quantum Quotient | Buku Quantum Quotient| Makalah quantum quotient | model pembelajaran quantum quotient| “ALL Children are born genius. Seluruh anak dilahirkan sebagai genius baik genius secara logis, genius secara emosional maupun genius secara spiritual, kata Buckminster Fuller. UNGKAPAN tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya semua manusia mempunyai potensi untuk menjadi pintar. Potensi berupa kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Semua kecerdasan tersebut merupakan modal yang dimiliki oleh setiap manusia dalam mencapai kesuksesan. Namun dalam realitasnya sebagian orang tidak mengetahui potensi-potensi tersebut atau mengetahuinya akañ tetapi sulit mengoptimalkan potensi itu secara bersamaan sehingga tidak sedikit orang yang mengalami kegagalan.
TINJAUAN BUKU
Judul : Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, (Cara Prakils Melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis)
Penulis             : JR. Agus Nggermanto
Penerbit           : Nuansa Bandung
Cetakan           : November 2001
Tebal               : 218 halaman

 BAGAIMANA MENJADI P1NTAR TANPA BEBAN?

“ALL Children are born genius. Seluruh anak dilahirkan sebagai genius baik genius secara logis, genius secara emosional maupun genius secara spiritual,” kata Buckminster Fuller. UNGKAPAN tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya semua manusia mempunyai potensi untuk menjadi pintar. Potensi berupa kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Semua kecerdasan tersebut merupakan modal yang dimiliki oleh setiap manusia dalam mencapai kesuksesan. Namun dalam realitasnya sebagian orang tidak mengetahui potensi-potensi tersebut atau mengetahuinya akañ tetapi sulit mengoptimalkan potensi itu secara bersamaan sehingga tidak sedikit orang yang mengalami kegagalan.
Buku yang hadir di tengah-tengah pergolakan kajian ide-ide kecerdasan Quantum yang diawali dengan munculnya Quantum Learning oleh Boby Deporter kemudian Quantum Teaching dan sebagainya, mencoba menghadirkan formulasi dari quantum-quantum tersebut dengan lebih menekankan pada cara mengquantumkan berbagai kemampuan kecerdasan dengan menawarkan cara-cara praktis untuk meningkatkan kemampuan intelektualitas mulai dari yang sederhana, seperti kemampuan menghafal dan menghitung. Dalam kajiannya buku ini meliputi cara peningkatan IQ, EQ dan SQ sehingga diharapkan dapat mengalami loncatan (quantum) inteiektual.
Berpegang pada pandangan bahwa manusia memiliki otak yang berkembang dengan baik, buku ini memberikan kajian yang cukup mendasar dan sangat penting sebagai langkah awal dalam pengembangan potensi, dengan membahas secara detail hal-hal yang berkenaan dengan otak dari mulai struktur otak dan fungsinya sampai bagaimana cara mengoptimalkan peran otak.
Quantum Quotient (kecerdasan Quantum) yang dijadikan judul buku oieh penulis diartikan sebagai kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (SQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
IQ meliputi pengenalan potensi otak manusia yang sangat besar, terdiri dan sekitar 100 milyar sd otak aktif sejak lahir dan kemudian masing-masing sel dapat membuat jaringan sampai 20.000 sambungan tiap detik, serta penyeimbangan otak kiri yang berpikir secara unit, parsial dan logis dengan otak kanan yang berpikir acak, holistik dan kreatif, kemudian mengaktifkan lapisan otak reftil-instinstive, lapisan mamalia-feeling, dan lapisan neo cortex berpikir tingkat tinggi. Otak sadar dan bawah sadar juga merupakan bagian penting untuk optimalisasi intelektual (hlm 152).
Ternyata untuk mencapai kompetensi kesuksesan, tidak hanya sebatas mengoptimalkan IQ saja karena menurut Daniel Goleman 75 % kesuksesan manusia iebih ditentukan oleh kecerdasan emosionainya dan hanya 4 % yang ditentukan oleh IQ-nya. Dari sini IQ hanya merupakan syarat minimum kompetensi.
Sementara untuk mencapai prestasi puncak dua kecerdasan lainnya yaitu EQ dan SQ mempunyai peranan yang lebih besar. Dengan kata lain ketiga syarat itu perlu dikembangkan untuk mencapai sukses (hlm 37).
Daniel Goleman menjelaskan kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada din sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Dalam hal ini Daniel Goleman memerinci aspek-aspek EQ manusia menjadi kecakapan pribadi dan kecakapan sosial.
Kecakapan pribadi terdiri atas tiga faktor yakni kesadaran diri pengaturan diri dan motivasi. Kecakapan sosial terdiri atas dua faktor yakni empati dan keterampilan sosial (hlm 98).
Spiritual Quotient (SQ) merupakan pusat Quantum Quotient dalam diri kita merupakan perenungan, pemaknaan dan momen transendensi yang perlu dibiasakan sebagai aktivitas harian dengan tujuan untuk mengetahui nilai-nilai yang ada dan juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru (him 115).
Quantum Quotient (QQ) memberikan teori dasar dan seperangkat latihan praktis untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan potensi diri baik IQ, EQ maupun SQ. Langkah yang ditawarkan terdiri dari tujuh langkah praktis yaitu, komitmen untuk memulai, satu manfaat, biasakan manfaat, SQ pagi malam, integrasi QQ, kritik QQ dan jadilah diri sendiri. Langkah pertama merupakan langkah keberanian dan keteguhan kita berkomitmen untuk memulai QQ. Langkah kedua sampai ke lima merupakan proses pencapaian QQ, sedangkan langkah ke enam dan ke tujuh dapat dikatakan sebagai evaluasi dari proses pencapaian QQ yang dimulai dengan memberikan kritik terhadap konsep QQ dan berusaha memberikan usulan perbaikan dan kemudian kita berhadapan dengan ‘diri’ terdalam (hlm 154).
MENURUT Thomas Edison jenius ditentukan oieh satu persen bakat dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulam bahwa untuk menjadi orang pintar kita harus bekerja keras agar dapat mengoptimalkan potensi Quantum Quotient. Itu artinya dengan memahami IQ sebagai pusat intelegensi, kita akan lebih memahami eksistensi potensi tersebut dan dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran yang bertujuan mendapatkan hasil yang optimal. Seperti halnya penyeimbangan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang berfungsi dalam logika, analisis dan otak kanan membantu proses dalam membaca cepat, menghafal cepat dan berpikir kreatif. Begitu juga pemanfaatan otak bawah sadar yang jauh lebih besar enam kali dan otak sadar sehingga akan memberikan hasil yang efektif,
Dengan demikian pemahaman akan multi intelegensi kita (IQ, EQ dan SQ) akan lebih membantu dalam pencapaian kesuksesan baik itu berupa kejeniusan atau pun keberhasilan lainnya tanpa kita merasa dibebani oleh keinginan tersebut karena sudah tahu dengan pasti bagaimana cara pencapaiannya. Kita akan dengan mudah menemukan jalan yang sesuai dengan potensi kita.
Dengan kata lain kita dapat menjadi pintar tanpa beban. Padahal sekarang ini banyak sekali orang yang merasa terbebani dengan pendidikan yang cenderung hanya mengarah pada ranah kognitifnya (IQ), sementara ranah EQ dan SQ terkadang terabaikan.
BUKU ini sangat bagus untuk membantu pencapaian cita-cita kita, dengan memahami potensi diri yang kemudian diaktualisasikan dalam proses, meskipun semua ini butuh waktu tetapi yang penting mempunyai keberanian untuk memulai QQ.
Selain disajikan secara sistematis buku ini juga disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh hal layak umum. Dan tentunya kehadiran buku ini cukup penting dan bermanfaat, terutama bagi dunia pendidikan yang senantiasa berkaitan dengan proses pembelajaran dengan tujuan dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang optimal.

(Ujang Kusnadi, Seknetanis BEMJ-PBA
Fak. Tarbiyah lAIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta)
Jogjakarta, 12 Februari 2002
Alamat: Wisma Bintang Harapan Sapen GK I 454 Jogjakarta 55221

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Review Buku Quantum Quotient | Menjadi Pintar Tanpa Beban"

Post a Comment