Image1

Makalah Psikologi Agama : Pengertian | Perkembangan dan Ruang Lingkup Psikologi Agama

PENGERTIAN, PERKEMBANGAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI AGAMA
SERTA KORELASINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

Agama sebagai pedoman hidup manusia hendaknya ditaati dengan baik. Ketaatan terhadap agama secara sadar dapat menjadikan manusia berprilaku baik dan terpuji baik itu dalam berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan juga alam semesta.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang psikologi agama mulai dari pengertian, perkembangan, lingkup kajian, kegunaan sampai keterkaitaanya dengan pendidikan Islam
1.      Pengertian Psikologi Agama
Psikkologi agama merupakan suatu rangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata yang masing-masing kata tersebut memiliki makna tersendiri yaitu kata psikologi dan kata agama.
Psikologi dalam bahasa Indonesia berarti ilmu jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Dari pengertian tersebut bisa dijelaskan bahwa ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu keadaan dalam diri manusia yang sifatnya abstrak yang bisa diketahui gejalanya (tingkah laku yang ditampakan).



Secara umum psikologi mencoba mempelajari dan menganalisa gejala-gejala kejiwaan manusia melalui tingkah laku, meskipun jiwa itu bersifat abstrak dan tidak bisa diketahui secara pasti, namun hal itu bisa diketahui melalui gambaran tingkah laku yang ditampilkan.
Keadaan jiwa memang tidak selalu sejalan dengan tingkah laku yang tampak, terkadang mungkin malah bertentangan. Misalanya seseorang dari tingkah laku terlihat seperti benci tetapi sebenarnya jiwanya suka hal seperti itu mungkin saja terjadi. Namun itu bukan sifat normal manusia.
Pada umumnya manusia akan memperlihatkan tingkah laku yang mengambarkan keadaan jiwanya. Jadi keadaan yang bertentangan tersebut hanya merupakan pengecualian saja yang jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada keadaan normal.
 Kata yang kedua adalah agama. Agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan keadaan jiwa manusia. Agama ssebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara rinci dan tepat. Mungkin karena hal itulah para ahli masih berbeda pendapat tentang definisi agama.
Para ahli ada yang berpendapat bahwa agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu”a” yang berarti  tidak dan kata “gama” yang berarti kacau. Jadi agama merupakan pedoman dan peraturan-peraturan tentang kehidupan manusia yang dengan pedoman dan peraturan-peraturan tersebut hidup menjadi lebih lebih terarah (tidak kacau).
Namun agama bukan  hanya sekedar pedoman dan peraturan-peraturan saja karena agama melengkapi atau mencakup peraturan-peraturan duniawi dan ukhrowi. Ajaran agama meliputi tiga hal utama yaitu :
1.      Hubungan manusia dengan tuhan
2.      Hubungan manusia dengan manusia
3.      Hubungan manusia dengan alam
Dengan demikian, menurut prof. Dr. Zakiyah Darodjat, Psikologi Agama adalah ilmu yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya.
Di samping itu psikologi  agama juga juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama seseorang serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
2.      Perkembangan Psikologi Agama
 Ditinjau secara historis dapat dikemukaan bahwa ilmu yang tertua adalah ilmu filsafat. Ilmu-ilmu yang lain tergabung dalam filsafat dan filsafat merupakan satu-satunya ilmu pada waktu itu. Karena itu ilmu–ilmu yang tergabung dalam filsafat akan dipengaruhi oleh sifat-sifat dari filsafat. Demikian pula halnya dengan psikologi.
Tetapi lama-kelamaan disadari bahwa filsafat sebagai satu-satunya illmu kurang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Disadari bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan  tidak cukup lagi hanya dijelaskan dengan filsafat. Maka kemudian ilmu pengetahuan alam misalnya memisahkan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri. Hal ini di sebabkan karena ilmu pengetahuan alam membutuhkan hal-hal yang bersifat obyektif, positip yang tidak hanya bisa dicapai dengan menggunakan filsafat. Demikianlah maka ilmu-ilmu lain juga memisahkan diri dari filsafat termasuk juga psikologi.
Psikologi sebagai ilmu terapan selalu berkembang sejalan dengan kegunaanya. Psikologi yang diakui sebagai disiplin ilmu yang mandiri sejak tahun 1879 ini ternyata telah banyak memberikan kontribusi penting dalam memecahkan berbagai problem dan menguak misteri hidup manusia serta mengupayakan peningkatan sumber daya manusia. Barangkali karena hal inilah kemudian psikologi semakin berkembang. Berbagai cabang sesuai dengan kepentingan bidang masing-masing memisahkan diri dari induknya dan kemudian menjadi disiplin ilmu yang otonnom.
Dalam kurun waktu setelah se-abad psikologi diakui sebagai disiplin  ilmu yang otonom, para ahli pun melihat bahwa psikologi pun memililki keterkaitan dengan masalah-masalah yang menyangkut kehhidupan bagi manusia yang paling dalam yaitu agama.
Para ahli kemudian mulai menekuni studi kasus tentang hubungan antara kesadaran agama dan tingkah laku agama. Menurut beberapa temuan dari hasil studi yang dilakukan, mereka melihat bahwa kasus seperti itu  dapat dipelajari melalui pendekatan psikologi.
Kemudian sejak awal abad ke-19 kajian-kajian yang khusus menangani masalah agama melalui pendekatan psikologi melalui karya mereka telah membuka lapangan baru dalam psikologi yang bersangkutan melalui karya agama sebagaimana latar belakang perkembangan cabang-cabang lainnya dalam psikolog. Maka psikologi agama kemudian mulai mendapat perhatian khusus hingga menjadi disiplin ilmu yang otonom dengan nama psikologi agama.


3.      Lingkup Kajian Psikologi Agama
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat lapangan penelitian psikologi agama adalah mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (agama yang dianut). Oleh karena itu ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi :
1.      Berbagai macam emosi yang terjadi di luar kesadaran yang menyertai kehidupan beragama orang biasa. Seperti perasaan tenteram dan bahagia ketika seseorang merasa dekat dengan Tuhannya dengan melakukan ritual ibadah atau juga perasaan takut ketika berbuat dosa dan lain sebagainya.
2.      Mengkaji bagaimana pengalaman dan perasaan seseorang secara individual terhadap tuhannya. Misalnya perasaan tenang, pasrah dan sebagainya.
3.      Mempelajari dan menganalisa pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati pada tiap-tiap orang.
4.      Mengkaji kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka yang turut berpengaruh terhadap sikap  dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.      Mempelajari dan meneliti bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci dan kelegaan batinnya.
Semuanya itu menurut Zakiah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama (religious counsciousnes) dan pengalaman agama (religious experience). Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama.
Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada kenyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliyah). Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul yang memperlihatkan diri dalam prilaku dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok kenyakinan suatu agama (termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal dan tidaknya kenyakinan agama, dan juga tidak mempelajari unsur-unsur kenyakinan yang bersifat   abstrak (gaib) seperti tentang Tuhan, Surga dan neraka dan lainya yang tidak mungkin teruji secara empiris).
Lingkup kajian psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama seseorang serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut. Petumbuhan dan perkembangan jiwa agama bukan hanya dipengaruhi oleh faktor perkembangan usia saja, tetapi juga bisa terpengaruh dari lingkungan masyarakat dan masih ada faktor lain yang turut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa agama.
Seorang anak usia sepuluh tahun misalnya mungkin saja jiwa agamanya telah berkembang melebihi orang dewasa yang berumur tiga puluhan. Suatu keyakinan terhadap agamapun bisa sebaliknya. Hal ini bisa disebabakan berbagai macam faktor. Faktor-faktor  inilah yang akan juga dipelajari dalam psikologi agama. Tegasnya persoalaan pokok psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama.

4.      Kegunaan Studi Psikologi Agama
Psikologi agama merupakan salah stu ilmu terapan. Studi psikologi agama bisa diaplikasikan ke dalam berbagai bidang untuk pemecahan masalahnya. Selama ini psikologi agama telah banyak memberikan sumbangan dalam pemecahan persoalan kehidupan manusia kaitannya dengan agama yang di anutnya .
Hasil kajian psikologi agama tersebut ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan kehidupan seperti padabidang kesehatan, psikkoterapi, ekonomi, politik dan tentu saja bisa dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Dan masih banyak bidang-bidang lain yang memanfaatkan psikologi agama .
Penerapan psikologi agama di bidang kesehatan bisa dimanfaatkan bagi proses penyembuhan pasien. Dengan pendekatan psikologi agama misalnya bisa mendorong pasien. pasien mempunyai semangat untuk sembuh.
Di bidang politik psikologi agama juga bisa dimanfaatkan seperti kasus sekarang ini. Banyak politikus dalam menarik simpati masyarakat muslim, mereka menggunakan simbol-simbol atau dalil-dalil dari agama Islam.
 Contoh-contoh lain baik dalam lingkup kecil (kelompok masyarakat ) maupun lingkup besar (Negara) yang memanfaatkan psikologi agama masih banyak lagi. Sedangkan dalam bidagn pendidikan, studi psikologi agama sangat berperan dalam pembinaan moral dan mental keagamaan peserta didik.

5.      Keterkaitan Antara Psikologi Agama Dengan Pendidikan Islam
Pendidikan dalam bahasa Arab disebut tarbiyah yang berasal dari kata rabba yang berarti memelihara, mengasuh dan mendidik. Syariat Islam tidak akan bisa dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dengan cara dididik melalui proses berakhlak yang baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.
Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal peruatan, baik segi keperluan diri sendiri maupun orang lain.
Pada segi lainnya pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan pendidikan amal, yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat.
Cirri pendidikan Islam adalah perubahan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, metode, sarana dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan keperibadian muslim
Dari keterangan di atas terlihat bahwa pendidikam Islam di sini diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan mereka yang yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang di miliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakekat kejadiannya. Jadi dalam pengertian ini pendidikan Islam tidak dibatasi oleh institusi (kelembagaan) ataupun pada lapangan pendidikan Islam dirtikan dalam ruang lingkup yang luas.
Menurut pendapat Prof. Dr. Zakiah Daradjat tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu membentuk keperibadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil (manusia sempurna) dengan pola takwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara normal karena takwanya hanya kepada Allah SWT.
Ini berarti pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya. Serta senang mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan sesama manusia, dapat mengambil manfaat dari alam untuk kepentingan dunia dan akhirat. Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal sehingga susah di capai.
Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasa, pencapaian tujuan itu bukanlah satu hal yang mustahil.
Dari keterangan di atas tentang psikkologi agama dan pendidikan Islam maka akan terlihat jelas bahwa antara keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Psikkologi agama yang merupakan cabang psikologi mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Sedangkan pendidikan Islam bertujuan membentuk keperibadian muslim. Jadi sasaran keduanya adalah menyangkut aspek tingkah laku atau moral.
Dengan menggunakan pendekatan psikologi agama dalam pendidikan Islam akan memudahkan prosses pendidikan tersebut. Seorang guru atau orang tua yang meggunakan pendekatan psikologi agama akan memudahkan proses penyerapan pendidikan Islam terhadap anak didik. Karena sebelumnnya orang tua atau guru tersebut telah mengetahui tentang perkembangan jiwa agama anak dan hal-hal yang mempengaruhhi keyakinan terhadap agama dalam kaitannya dengan perkembangan usia anak.
Pendekatan psikologi agama dalam pendidikan Islam ternyata telah dilakukan pada periode awal perkembangan Islam  itu sendiri.  Fungsi dan peran  kedua orang tua sebagai teladan yang terdekat kepada anak telah diakui dalam pendidikan Islam. Bahkan keyakinan agama anak dinilai tergantung dari keteladanan orang tua.
Upaya membingbing pengenalan terhadap Tuhan dan agama serta pembinaan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama hendaknya dilakukan dengan penuh kasih sayang dan dengan memperhatikan perkembangan jiwa dan usia anak. Tidak dengan perintah, melainkan melalui keteladanan.
Dari penjelasan di atas bisa di simpulkan bahwa dengan pendekatan psikologi agama, diharapkan tujuan dari pendidikan Islam bisa terwujud.

PENUTUP
Psikologi agama sebagai salah satu ilmu pengetahuan diharapkan terus berkembang. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan manusia psikologi agama ternyata sangat membantu kehidupan manusia terutama membantu dalam bidang pendidikan.
Pendidikan Islam seharusnya menggunakan pendekatan psikologi agama untuk membantu pencapaian tujuannya
Di Indonesia sepertinya penelitian mengenai psikologi agama kurang di perhatiakan. Padahal objek yang belum diteliti masih banyak seperti sekarang ini, Indonesia mayoritas penduduknya Islam dan banyak yang selalu melakukan ritual-ritual dalam Islam. Tetapi aktivitas atas ritual agamanya tidak atau kurang berpengaruh pada perbaikan tingkah lakunya. Misalnya para politikus itu kebanyakan tokoh-tokoh Islam yang tentu menjalankan ritual-ritual agamanya. Namun ironisnya, perilaku mereka sangat mengecewakan. Mereka saling menuduh, menjatuhkan dan praktek-praktek politik kotor lainnya. Apakah ini menunjukan pendidikan Islam kurang tertanam. Seharusnya ini menjadi perhatian kajian para psikologi agama.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Jalaludin, Dr. psikolog agama, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996.
2.      Ahmadi,Abu, psikologi umum, Rineka Cipta, Jakarta,1992.
3.      Umbiyati, Nur, Dra. Hj, ilmu pendidikan Islam 2 , Pustaka Setia, Bandung 1997.
4.      Nasir, A. Sahlun dan Anshari, Hafi, M.H, pokok-pokok pendidikan agama Islam di perguruan tinggi, Al-Ikhlas, Surabaya 1982.
5.      Daradjat, Zakiah, Prof. Dr. ilmu pendidikan Islam , Bumi Aksara, Jakarta, Jalaludin 1992.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Psikologi Agama : Pengertian | Perkembangan dan Ruang Lingkup Psikologi Agama"

Post a Comment