Metodologi Pemikiran Paulo Freire Tentang Hakikat Pendidikan
METODOLOGI
PEMIKIRAN FREIRE *
Oleh : Isni
Laila
Proses
pendidikan baik formal maupun non formal pada dasamya memiliki peran penting
melegitimasi dan melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada, juga
sebaliknya merupakan proses perubahan sosial yang lebih adil. Peran pendidikan
terhadap sistem dan struktur sosial tersebut sangat terganturg pada paradigma
pendidikan yang mendasarinya, dan paradigma tersebut akan berimplikasi terhadap
metode dan praktek pendidikan.
Tokoh Pendidikan Paulo Freire
Sekilas tentang
paradigma pendidikan.
1.
Paradigma
konservatif
Bagi para konservatif
ketidaksederajatan masyarakat merupakan suatu hukum keharusan alami, suatu hal
yang mustahil bisa dihindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah atau
bahkan takdir Tuhan. Perubahan sosial bukanlah suatu yang harus diperjuangkan
karena perubahan hanya akan membuat manusia sengsara. Bagi kaum konservatif,
mereka yang menderita, yang miskin, yang buta huruf, kaum tertindas dan mereka
yang dipenjara menjadi dernikian karena salah mereka sendiri.
2.
Paradigma
liberal
Kaum liberal dan konservatif
sama-sama berpendirian bahwa pendidikan adalah politik dan excellence
haruslah merupakan target utama pendidikan. Kaum liberal menganggap bahwa
masalah pendidikan dan masyarakat adalah dua masalah yang berbeda, mereka tidak
melihat kaitan pendidikan dalam struktur kelas dan dominasi politik budaya
secara diskriminasi gender dimasyarakat luas. Pengaruh liberal ini kelihatan
pada pendidikan yang mengutamakan prestasi melalui proses persaingan antar
murid, pengaruh ini juga dapat dilihat dalam berbagai pendekatan andragogy
seperti training-training.
3.
Paradigina
kritis
Pendidikan bagi mereka merupakan
arena perjuangan politik, paradigma kritris menghendaki perubahan struktur
secara fundamental dalam politik ekonomi masyarakat dimana pendidikan berada dalam
perspektif kritis, urusan pendidikan adalah melakukan refleksi kritis terhadap
“the dominant ideology” ke arah transformasi sosial. Tugas utama
pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis terhadap sistem dan struktur
ketidakadilan, serta melakukan dekonstruksi dan advokasi menuju sistem sosial
yang lebih adil.
Implikasi Paradigma
Pendidikan dalam Pendidikan
Dalam
hal ini sering digunakan analisis Freire dalam membagi ideologi pendidikan menjadi
tiga kerangka yang didasarkan pada kesadaran ideologi masyarakat. Tema pokok
gagasan Freire pada dasarnya mengacu pada suatu landasan bahwa pendidikan
adalah proses “memanusiakan mañusia kembali”. Freire menjelaskan proses
dehumanisasi tersebut dengan menganalisis tentang kesadaran atau pandangan
hidup masyarakat terhadap dirinya sendiri. Kesadaran tersebut dibagi menjadi
tiga yaitu;
a. Kesadaran
magis; suatu kesadaran masyarakat yang tidak mampu mengetahui kaitan antara
satu faktor dengan faktor lainnya misalnya dalam pendidikan murid secara
dogmatik menerima kebenaran dari guru tanpa ada mekanisme untuk memahami makna
ideologi dan setiap konsepsi asas kehidupan masyarakat.
b. Kesadaran
naif ; lebih melihat “aspek manusia” menjadi akar penyebab masalah masyarakat
pendidikan pada konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur bahkan
sistem dan struktur yang ada adalah sudah baik dan benar.. Tugas pendidikan
adalah bagaimana murid bisa beradaptasi dengan sistem yang sudah benar tesebut.
c. Kesadaran
kritis; lebih melihat pada aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah,
paradigma ini dalam pendidikan melatih murid untuk mampu mengidentifikasi
ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada kernudian mampu melakukan
analisis bagaimana sistem dan struktur itu bekerja serta bagaimana
mentransformasikannya. Tugas pendidikan adalah menciptakan ruang dan
keselamatan agar peserta didik terlibat dalam suatu proses penciptaan struktur
yang secara fundamental baru dan lebih baik.
Paradigma
- kritis berimplikasi terhadap metodologi dan pendekatan pendidikan serta
proses belajar mengajar yang diterapkan. Pendidikan kritis sangat memerlukan
perspektif kelas dalam kegiatan analisis dalam proses pendidikan, karena
analisis kelas memberi perangkat dalam rangka memahami sistem ketidakadilan
sosial. Analisis kelas membantu mernahami bahwa laki-laki dan perempuan menjadi
korban dan mengalami dehumanisasi dengan demikian yang menjadi agenda utama
pendidikan kritis tidak sekedar menjawab kebutuhan praktis untuk merubah
kondisi golongan miskin, melainkan juga menjawab kebutuhan strategis golongan
miskin, yakni memperjuangkan perubahan posisi golongan miskin termasuk konter
hegemoni, dan konter wacana terhadap ideologi sosial yang telah mengakar dalam
keyakinan.
Pengaruh
lain yang mewarnai pada aliran pendidikan kritis diantaranya;
- Konsep
hegernoni yang diwariskan Antonio Gramsci, yakni hegemoni terjadi apabila
golongan masyarakat yang tertindas, tereksploitasi secara suka rela mengabdi
pada penindasan.
- Pemikiran
Foucault yang berpengaruh terhadap perkembangan ‘Post Modern Sociology”
yakni suatu analisis terbadap masyarakat modem dengan menggunakan konsep dan
perspektif post modern. Pandangan Foucault berpengaruh besar pada pendidikan
kritis sehingga melahirkan apa yang dikenal dengan pendidikan sebagai konter
terhadap diskursus dominan yang memberi inspirasi pada budaya gerakan
perlawanan.
-
Pendidikan
kritis merupakan kelanjutan dari gerakan pembebasan maka dalam perspektif
pendidikan kritis pembebasan pada dasarnya dua hal yang tidak bisa dipisahkan
dan boleh dikatakan bahwa pada dasarnya hakekat seni adalah pembebasan, Erich Frornm
pemikir kritik sosial, meletakkan dasar teori pembebasan dan perspektif
psikologi kritik. Bagi Erich Fromm, ekspresi spontanitas emosional menjadi
“RUH” dari pembebasan.
-
Frantz
Faron salah seorang pemikir “Psikologi Bagi Kaum Tertindas” dari Afrika
pada era pasca kolonialisme juga menyumbangkan dasar bagi argumen kaitan antara
pendidikan dan pembebasan. Dalam satu karyanya ; the wretched of the earth
(1916).
-
Akhirnya
pendidikan kritis juga berhutang pada Paulo Freire sebagai peletak dasar
filosofisnya. Freire tokoh pendidikan kritis yang meletakkan dasar pendidikan
bagi kaum tertindas” memberikan makna pembebasan lebih ditekankan pada
kebangkitan kesadaran kritis masyarakat bahwa hakekat pembebasan adalah suatu
proses bangkitnya “kesadaran kritis” rakyat terhadap sistem dan struktur sosial
yang rnenindas. Analisis Freire berangkat dari kajiannya terhadap bagaimana
proses dominasi budaya dan politik terhadap rakyat telah melahirkan ideologi
rakyat tertindas sebagai akibat dari hegemoni. Maka dalam mengembangkan
pemikiran ideologi pendidikannya Freire memulai dengan mengkaji watak dan
budaya dari tiga kerangka kesadaran ideologi masyarakat tertinidas di atas.
Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya filsafat pendidikan Freire
bermula dari kritiknya terhadap praktek pendidikan didunia dewasa ini, yakni
yang disebut sebagai “banking concept of education” murid dalam proses
pendidikan model bank yang dipraktekkan di sekolah-sekolah lebih menjadi obyek
pendidikan, mereka pasif dan hanya mendengar, mengikuti, meniru, mencontoh para
guru, maka sebagai antithesis Freire selanjutnya mengembangkan suatu pendidikan
yang tidak saja mentransformasikan hubungan guru dan murid lebih membebaskan,
serta meletakkan dasar konsep pendidikan yang memposisikan murid sebagai subjek
pendidikan dengan tidak saja memperkenalkan berbagai metodologi dan praktek
hubungan pendidikan yang bersifat membebaskan, namun juga membangkitkan
kesadaran kritis warga belajar terhadap ketidakadilan sistemik. Di Indonesia proses
dan metodologi kesadaran kritis (critical consciousness) pendidikan
sering disebut dengan proses “konstentisasi”.
0 Response to "Metodologi Pemikiran Paulo Freire Tentang Hakikat Pendidikan"
Post a Comment