Image1

Pendekatan Aural-Oral Approuch dalam Pembelajaran Bahasa

Pendekatan “Aural-oral Approach” (Behaviorisme) | Masalah belajar, yang dapat di katakan sebagai tindak pelaksanan usaha pendidikan, merupakan masalah setiap orang, maka jelaslah kiranya perlu dan pentingnya menjelaskan dan merumuskan masalah belajar tersebut agar memudahkan bagi kita untuk menjalaninya dan mengaktualisasikannya dalam proses pembelajaran.
Dalam ruag lingkup belajar ini, telah banyak para pakar pendidikan yang berusaha mencari cara bagaimana belajar yang baik dan benar. Telah banyak teori-teori yang di kemukakan oleh para ahli pendidikan. Disamping itu, telah dikenal pula beberapa pendekatan yang ada, yangakan dibahas disini ialah pendidikan. Salah satu pendekatan yang ada, yang akan dibahas disini ialah  ”Aural-oral Approach” yang mana merupakan bagian dari aliran Behaviorisme.

Sebagaiman kita ketahui , alirna Behaviorisme ini di pelopoti oleh J.B. Watson. Sejak tahun 1912 Watson ini mulai terkenal karena penyelidikannya mengenai proses belajar pada hewan. Menurut Watson bahwa sebagai science psychologi   haruslah bersipat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang tak dapat diamati, malainkan haruslah tingkah  laku lebih tegasnya lagi tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat di observasi.
Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani   tertentu jadi dapat di amati secara objektif. Dalam “ Aural-oral  Approach” ini terdapat reaksi gerakan yaitu mengucapkan sesuatu atau berbicara dikarenakan adanya rangsangan dari luar. Aural-oral approach ini merupakn suatu pendekantan karena  mempunyai asumsi dasar bahwa bahasa ini adalah apa yang kita dengar dan kita ucapkan (lisan) sedangkan tulisan hanyalah representasi dari ujaran.
Sebagaimana yang dikenal dalam praktik pengajara, menurut metode ini  aspek menyimak dan bercakap-cakap harusalah disampaikan terlebih dahulu sebelum aspek-aspek  membaca dan menulis. Hal ini menunjukan bahwa sejak awal kegiatan belajar mengajar, tujaun yang hendak dicapai ialah menguasai bahasa secara aktif. Sedangkan gramatika tidak diajarkan secara langsung, tetapi melalui kalimat model. Konsekuensi dari pelaksanaan aural-oral approach ini ialah dengan menggunakan audio visual aids secara intensif, untuk repetisi dan drill.
Telah dikenal pula istilah lain dari aural-oral approach yaitu Audio Lingual Method. Sebenarnaya dapat dijabarkan dengan menggunakan metode “ min-men” (mimicry atau meniru-memorization atau mengahapal) dan metode pattern practice. Kedua metode ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu kemahiran mengguankan bahasa lisan secara spontan dan kemahiran memahami apa yanag di dengar dan di ucapkan.
Metode “min-men” sering pula dikenal sebagai Informant Drill Method  yaitu kegiatan belajar berupa demontrasi dan drill gramatika serta struktur kalimat sedang metode pattren practise berupa latihan ucapan dan latihan menggunakan kosakata dengan mengikuti atau meniru guru dan native informant. Dalam drill (latihan), native informant bertindak sebagai drill master. Ia mengucapkan beberapa kalimat dan para siswa menirukan beberapa kali sampai hafal.
Para siswa dalam aural-oral approach ini diharapkan dapat belajar berbahasa dengan cara menyimak (mendengar)dan meniru ( mengucapkan) sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh guru (Native speaker). Hasil yang aknan dicapai dengan metode ini tidak hanya menguasai bahasa lisan secara sepontan dan menyimak saja, tetapi  juga diharapkan dapat menguasai kemahiran yang lain seperti membaca dan menulis walaupun masih dalam dataran yang sederhana.
Pada hakikatnya, bahasa itu difokuskan pada aspek lisan. Karena melalui lisan bahasa itu dapat dicerna maknanya dan merupakan sarana penghubung antar pribadi yang satu dengan yang lain. Penerapan sasarannya dengan mengikuti asumsi asumsi berikut:
1.    Bahasa adalah pokok pembicaraan, maka perhatiannya dengan menekankan pada pembicaraan bukan bacaan dan tulisan.
2.        Prosedur (urutan) belajar bahasa yaitu mendengar-mengucapkan-membaca-menulis.
3.   Bahasa adalah kebiasaan dan kebiasaan itu dilakukan dengan latihan, jadi bahasa dilakukan dengan latihan.
Mengingat dalam “Aural-oral approach” ini aspek mendengar dan meniru menjadi pokus, maka tentunya akan melatih siswa dan orang yang mempelajarinya mempunyai kemahiran dalam menyimak apa yang diucapkan native speaker melalui beberapa latihan yang ia lakukan  sebelumnya, yang mana membiasakan siswa untuk belajar bahasa melalui pendengaran dan pengucapan.
Faktor utama dalam aural-oral approach ini dapat difokuskan dalam satu kata yaitu bahasa. Bahasa merupakan system yang berubah ubah pada pengucapn atau merupakan rangkaian suara ucapan yang digunakan dalam komunikasi antar personal. Dengan mengutif pendapat Wiliam Moulton (1961), bahasa dihubungkan dengan selogan berikut:
1.        Bahasa adalah pengucapan, bukan tulisan
2.        Sebuah bahasa adalah rangkaian kebiasaan
3.        Mengajar bahasa, buakan tentang bahasa
4.   Suatu bahasa adalah apa yang dilakukan native speaker, bukan apa yang seseorang pikirkan meraka seharusnaya mengatakan.
5.        Bahasa-bahas itu beda.
Slogan-slogan ini menyatakan secara tak langsung cirri-ciri mendasar bahasa yang akan diambil kesimpulan dan defenisi bahasa diatas dan mungkin dapat diringkas sebagai berikut:
           Bahasa adalah ucapan
           Bahasa adalah system dan kebiasaan
           Bahasa berubah-ubah
           Bahasa adalah deskriptif
           Bahasa adalah komunikatif
           Bahasa itu lengkap
           Bahasa itu unik
Selanjutnya dari ketujuh kesimpulan ini terdapat beberapa pembagian dan pembahasan lebih lanjut, tapi di karenakan keterbatasan pembahasan ,maka ketujuh point di atas cukup menjadi gambaran bahwa bahasa itu sangat bervariasi dan bermacam-macam pengertiannya.
Dalam lapangan psikologi dari aural-oral approach ini adalah  positive behavior. Selanjutnyaengenai perinsip-perinsip  dasar Aural-oral approach ini dapat di ringkas sebagai berikut :
a.    Ajarkan suatu bahasa dengan member tekanan pada ajaran bahasa tersebut , sedangkan penulisan di kenalkan kemudian karena mengganggu proses bahasa .oleh karena itu, biasanya pengajaran bahasa di ajarkan dengan menghafal dialog melalui peniruan dan pengulangan apa yang di ucapkan guru.
b.      Pengajaran suatu bahasa adalah prihal suatu pembentukan atau pengembangan kebiasaan melalui latihan-latihan yaitu perkembangan jenis  yang sama melalui native speaker dalam mengucapkan bahasa itu pada tingkat di bawah sadar atau otomatis .Tugas dasar adalah mengembangkan respon yan g tepat secara otomatis dan tanpa berpikir pada stimulus bahasa, baik secaral oral atau phisik .
c.    Ajarkan bahasa sebagaimana ujaran native  speakernya (pemilik bahasa itu) tanpa merujuk pada bahasa siswa   atau bahasa lain ataupun menggunakan terjemahan karena bahasa bahasa itu berbeda satyu sama lain dan mempunyai cirri khas  masing-masing Terjemahan akan membangun sesuatu system gabungan dari dua bahasa dalam pengusaan bahasa asing .Artinya system bahasa baru terpisah dari bahasa asli dan dapat di gunakan secara independen , tanpa merujuk pada bahasa yang asli .
d.      Pola praktek di sampaikan secara lisan dan induktif, para siswa di harapkan berpikir induktiv dari contoh-contoh dan pola latihan tentang kaidah gramatikal, yang dapat dilakukan dengan analogi melalui penelitian persamaan antar pola lama dan bentuk linguistik yang baru.
e.      Alat bantu pengajaran seperti gambar,film, tape-recorder dan lab. Bahasa sering digunakan dalam memberikan pola praktek untuk mendapatkan ungkapan siswa dalam belajar bahasa tanpa menggunakan bahasa asli siswa.jadi stimulus dapat di berikan dengan menitip beratkan pada benda-benda atau gambar pengganti penyajiannya secara verbal. Tugas guru bukan membicarakan bahasa seperti grammer, translation, tetapi member stimulus untuk mendapat  respon bahasa siswa dan memberikan reinforcement. Menurut Aural-oral Approach ini bahasa adalah perilaku yang terkondisi dengan kebiasaan ,sedang kebiasaan-kebiasaan itu di kembangkan melalui praktik dan pengulangan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pendekatan Aural-Oral Approuch dalam Pembelajaran Bahasa"

Post a Comment