Image1

Makalah Gerakan Pembaharuan Islam di Mesir | Gerakan Modernisasi Islam Muhammad Abduh

MODERNISASI ISLAM DI MESIR
PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH

A.    PENDAHULUAN
Islam merupakan setelah satu kekuatan utama dalam arenapolitik internasional saat ini. Diawali oleh revolusi islam di iran pada 1979, kemudian paradox demokrasi di Al jasair-1991 dan kemenangan partai kesejahteraan islam di Turki 1992. Islam menampakan potensinya untuk menjadi sebuah kekuatan politik. Di Mesir, Srilanka, Durma, Malaysia dan Indonesia. Islam politik tumbuh menjadi kekuatan yang perlu diperhitungkan.
Kebangkitan kesadaran politik dikalangan umat islam mempunyai akar sejarah yang panjang, terutama sejak gerakan kebangkitan islam awal abad kedua puluh. Tekanan kolnialisme dan arus westernisasi telah menyalakan api kesadaran sejumlah tokoh pemimpin di negeri Islam akan perlunya menyuarkan nilai-nilai islam menentang ideology barat. 

      B.     Kondisi Mesir Pra Abduh
Ekpedisi mapoleon Bonaparte dari Perancis pada tahun 1798 ke Mesir dengan persejahteraan modernnya, mengalahkan persejahteraan tradisional kaum Mamalik yang berada disana. Peristiwa jatuhnya Mesir ketangan Napoleon Bonaparte menyadarkan umat islam waktu itu akan kelemahannya dan keunggulan barat. Padahal masa-masa sebelumnya, islam merupakan suatu kekuasaan politik yang tiada bandngannya. Dan Eropa sebagaimana diketahui baru bangkit pada masa renaissance abad keempat belas.
Pertenghan khilafahan islam di Bagdad jatuh ketangan Hulagugu cucu Jengiskhan, khilafah yang melambangkan hancurnya kejayaan umat islam. Seiring datangnya masa kegelapan di dunia, meski kekuasaan islam atas dunia tetap berlangsung dengan pusat pemerintahan dipindah ke mesir sampai akhirnya dipindah ke turki sebagai pusat kekhilafahan islam terakhir. Mesir sedikit punya andil besar terhadap perkembangan islam maupun maupun juga punya andil terhadap kehancuran islam dimasa lampau
Pada permulaan abad keenam belas, Eropa  memasuki  jaman baru yakni jaman modernnya, jaman kemajuan eropa Bonaparte ekonomi, ilmu pengetahuan dan tehnologi (Harun Nasution Muhammad Abdul Dan Teologi Rasiona 1 Mustajilah). Bangasa eropa mulai dengan politik luar negrinya untuk menguasai dunia melalui penjajahan, perdagangan dan kegiatan misionarisnya. Sedangkan disisi lain islam mulai terpuruk,  ke jumudan melanda semua aspek, baik agama maupun urusan dunia  seperti ilmu pengetahuan dan tehnologi. Kekuatan militer dan politik umat islam mulai menurun.
Waktu Napoleon Bonaparte menaklukan mesir, maka dengan serta merta kebudayaan ilmu pengetahuan dan tehnologi ikut  masuk ke mesir dan dari sinilah awal persentuhan bangsa mesir. Dengan unsure-unsur peradban  barat yang belum Dikenal di timur ia kemudian mendirikan lembaga ilmiah dan laboratorium dikairo, kontak dengan orang mesir terutama dengan ulamanya, menyadarkan akan ketertinggalan bangasa mesir terhadap kemajuan yang diperoleh eropa. Kemudian muncul gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad d ali, yang baerkuasa di mesir. Ia menginginkan orang mesir untuk belajar ke erope terutama ke paris, kemudianl didirikanlah sekolah militer, tehnik kedokteran, pertambangan, pertanian dll.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad ali di mesir tersebut tidak membawa kesukaran, dan banyak sarjana barat yang akhirnya mengembangkan pemikiran dan politik. (pemikiran montesqueu,valtaire dan rausseau) disamping memperkenalkan ilmu dan kebudayaan barat (ibid, hal, 11). Akan tetapi Muhammad ali dan para pegawainya dinilai bertindak keras, sehingga banyak yang menentangnya, termasuk juga kakek  Muhammad abdul yang dikenal sebagai pembaharu mesir.
Reaksi bangsa mesir terhadap pengausa dan barat melahirkan gerakan reformasi (pembaharu) agama, satu sisi yang lesir berusaha menentang penguasanya yang berasal dari turki dan dianggap sebagai penjajahan dengan mengadakan aliansi dengan barat. Namun setelah itu mereka berbalik melawan barat karena islam anti kolonialismi (Prof. Dr Marcel A Boisord Humanisme Dalam Islam, hal.312).
Dorongan bangasa untuk menuntut hak menunjukan sentimen dan emosi yang meluap karena mereka dipimpin oleh elit yang berpengaruh dengan cara berpikir barat, namun akhirnya ternyata mampu muncul dalam bentuk penguasa yang areksioner dan kelemahan pemuda yang kagum akan sukses material barat, inilah pembaharuan secara tidak sadar yang dilakukan dengan meniru barat, dan secara langsung atau tidak langsung barat telah menghancurkaan kebudayaan tradisional 1 yang ada, karena kemalasan berpikir kaum muslimin yang mencoba meminjam struktur dan idiologi barat tanpa reaksi kritis (Ibid, Hal. 313)
Gerakan reformasi dalam islam ada dua aliran yang menonjol yaitu aliran apologetik bersifat konservatif danbertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai islam menentang pengaruh kebudayaanmaterialis asing. Kedua yaitu aliran yang menerima prinsif secular dalam masyarakat modern dimana agama tetapi terhormat tetapi tidak lagi menjadi dasar pemikiran politik.
Kaum modernis islam timbul lewat dasar yang sama dengan kaum repormis yaitu mengajak kepada kemurhian dan menghidupkan  kembali agama, akan tetapi dalam tingkat hati nurani individual dan ideologi sifaatnya tidak jelas karena mempersatukan unsur-unsur yang terserak-serak dari kebudayaan berat atau doktrin mamrist, aygn dikumpulkan oleh alit intelektual hasil pendidikan asaing dan biasanya terputus dari kebudayaan islam tradisional. Mungkiin  juga mereak yang menganjurkan moderisme lebih bertujuan untuk westarnisasi (pemberatan) srtuktur sosial, dari pada untuk meengubah lembaga, doktrin moderinisme itu berpendirian pragmatis dan omsiris , maka sesungguhnya ia menjadi objek bukan subjek dari perunbahan yang terjadi di luar islam, ia bertang gung jawab terhadap ketidak seimbangan yang terjadi dimasyarakat islam sekarang (Ibid, hal, 315)

C.    Abduh dan Modernisasi Mesir
MUHAMMAD abduh dilahirakan pada masa dimana pemikiran berpitalis barat serta stansar-standar kehidupan mulai di populerakan bersama dengan adanya para delegasi studi  ke eropa, pada preode ini serangan kaum orientalis dan misionaris terhadap islam serta nabi Muhammad semakin membungbung, setelah memperoleh gelar sarjana dari al azhar, ia berguru kepada jamalludin al afghani, baik dirumah, kafe ataupun saat berkunjung dan dikunjungi, keduanya dimiliki kemampuan dan cocok.
Ketika revolusi Arab terbesar, Abduh memimpipn penerbitan, pada posisi puncak inilah Abduh mengkritik masalah-masalah sosial, tradisi keagamaan yang akhirnya menghantarkan ia di hotel prodeo serta di bekukan bersama aktivis revolusi, sampai akhirnya ia pergi bersama gurunya Jamalluddin ALL Afghani ke paris dan menerbitkan majalah AL Urwatu AL Wustha kemudian di bentukan sampai akhirnya ia kembali ke Deirut dan  mengajar tafsir di sana, sebelum ia ke Mesir (Dr. Abdul Majid Abdussalam AL Muhtasib, Visi dan paradigma Tafsir AL Qur’an Kontemporer,hal.106).
Ketika di Kairo dan menjadi hakim di swasta di sana ia belajar bahasa perancis, menggunakan tafsir AL Qur’an untuk  memperbaiki aqidah, baik melalui masjid  maupun lewat bidang tafsir dima jalh AL Manar,ia bersifat defensif a,ologetik terhadap islam misalnya dengan membantah pandangan parah Anton an Hanoteau yang mengagungkan ras Eropa dan merendahkan islam (Ibid, hal.107). Abduh banyak terpengaruh dengan pandangan Afghani, akan tetapi sekembalinya dari paris mempopulerkan seruan revolusi politik , ia bersikap modernt terhadap pandangan-pandangannya semula (Ibid, hal. 107).
Abduh lebih berkonsentrasi pada masalah tafsir, meskipun tidak menulis, akan tetapi para muridnya yang mempunyai ikatan batin membukukannya terutama Muhammad Roshid Ridho  melalui penafsirannya terhadap AL Qur’an kita banyak mengetahui ide-idenya yang melontarkan sikap kompromis antara islam dengan sivilisasi barat. Abduh menjadikan tafsiran AL Qur’an sebagai pijakan reformasinya, membangun masyarakat dan memperbarui agama, tetapi tendensi ini telah terpengaruh oleh konjensesi kapitalisme (Ibid,hal.113).

D.    Landasan Pemikiran Muhammad Abduh
Pandangan dan pemikiran Jamalluddin AL Afghani sangat berpengaruh pada Muhammad Abduh. Jamlluddin AL Afghani merupakan pelopor yang kuat keperibadiannya dan selalu berubah maka sulit sekali untuk dipelajari (ibid, hal.317). Ia tdak cukup terang dan tepat dalam menerangkan ide-idenya, hal ini diduga karena AL Afghani adalah pembawa panji-panji Free Masonny, sehingga aktivitasnya terasa kabur,banyak bukti yang memperkuatnya (Dr.Abdul Majid Abdussalam, hal.199). dari sini pula maka kehidupan Muhammad Abduh di klasifikasikan menjadi dua, yaitu aktivitas yang dilakukan dibawah bimbingan AL Afghani dan kedua aktivitas sekembalinya ke mesir untuk melanglang buana ke Eropa. Untuk aktivitas yang pertama akhirnya memberikan asumsi bahwa Muhammad Abduh adalah bagian dari free masonny juga seperti yang telah di tulis oleh muridnya, dan ketergabungan dia sangat mempengaruhi cara berfikirnya. Pandangan dan ide-idenya hampir tidak bisa di lepaskan dari fakta ini, apabila kita ingin mengkaji lebih lanjut (Ibid, hal.123) .
Muhammad Abduh ketika memahami AL Qur’an mengagungkan otoritas akal, termasuk dalam menilai baik dan buruk, karena terpengaruh dengan Mu’tazilah (Ibid, hal.145).  Ia juga memandang penyelesaian persoalan yang terjadi di Mesir tidak bisa dengan certa merta, ia lebih memilih perubahan melalui pendidikan, ia tidak menyukai politik seperti AL Afghani, melalui pendidikan ini pula ia mengetengahkan tafsir yang sarat dengan ide-ide perubahan dan pembaruan. Pusat perhatiannya adalah pendidikan dan pengajaran, meskipun secara tidak langsung ia terlibat politik.

E.     Perlawanan Abduh Terhadap Taklid Buta 
Sebagai seorang yang terpengaruh Mu’tazilah ia memang sangat mengagungkan peran akal. Abduh adalah orang pertama yang menunjukan keterbelakangan masyarakat Mesir dan fakta bahwa masyarakat Mesir telah kehilangan kapasitas untuk memperbarui dirinya. Kemudian masyarakat muslim juga di anggap hukuman yang telah di janjikan oleh AL Qur’an dan juga karena kebodohan dan kesalahan dalam memahami iman dan karena kekeliruan kebijaksanaan pemimpin islam (Ali Rahman, Para perintis zaman baru islam, hal.42).
Abduh melihat perlunya pintu ijtihad di buka kembali adalah untuk sarana efektif menyesuaikan kasus yang silih berganti dengan pendidikan islam. AL qur’an di katakan bisa mengikuti laju perubahan, namun keinginan Abduh ini.bukan di latar belakangi oleh kondisi masyarakat islam atau rekayasa islam tetapi malah merupakan rekayasa kapitalis karena waktu  itu  kapitalis telah di terapkan di Mesir, dan Mesir telah jatuh ke tangan agresor Inggris tahun 1882 II, sehingga ada yang mensinyalir keinginan Abduh untuk membuka pintu ijtihad itu bukan karena untuk kemaslahatan  umat muslim, tetapi semata agar dia dapat mengkompromikan secara leluasa antara islam dengan sivilisasi barat atau sekedar untuk menyesuaikan antara kasus-kasus yang silih berganti dengan pendidikan islam. Hal ini merupakan upaya untuk menghapus kesan ketidak ramahan islam terhadap apa saja yang berbau barat (Dr. Abdus Salam, hal.16).


DAFTAR PUSAKA
-          J.RA.M LAPIDUS, Sejarah sosial Umat Islam, Rajawali Pers.
-          Prof. Dr. Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Islam, bulan, bintang, jakarta, 1979.
-          Ali Rahmena, Para Perintis Jaman Baru Islam, M.San,Bandung, 1996
-          Pprof. Dr. Harun Nasution, pembaruan dalam islam, sejarah Pendidikan dan Gerakan, Bulan Bintang, 1982.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Gerakan Pembaharuan Islam di Mesir | Gerakan Modernisasi Islam Muhammad Abduh"

Post a Comment