Faktor Kemunduran Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah| Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai oleh dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung hura-hura. Setiap Khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya . Kecenderungan bermewah-mewah ditambah dengan kelemahan khalifah dan faktor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin. Hal ini memberi peluang kepada tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh khalifah AlMu’tashim untuk mengambil kendali pemerintahan dan mereka berhasil.
PENDAHULUAN
Tumbangnya Daulah
Amawiyah pada tahun 132 H (750 M). menjadi tanda berdirinya Daulah Abbasiyah.
Daulah Amawiyah yang telah berdiri pada tahun 41 H, dengan pendirinya Muawiyah
Abu Abi Sufyan telah runtuh dengan sebab-sebab yang kompleks. Sebab yang memicu runtuhnya dinasti Amawiyah
yakni corak kepemimpinan yang condong ke-Arab mumi sehingga lahir keruntuhan
dari berbagai pihak, di samping masalah intem rezim ini.
Pasca runtuhnya
Daulat Bani Amawiyah melahirkan dinasti baru yakni Dinasti Abbasiyah. Jika
sebelumnya karakter kepemimpinan (kekhalifahan) sangat kental dengan
Arab mumi maka dalam dinasti baru ini lebih bersifat toleran. Bangsa Persia
diberi wewenang dalam urusan pemerintahan sehingga terjalin solidaritas yang
tinggi. Kebijakan dari dinasti baru ini telah menjadi perbedaan yantg jelas
dengan dinasti sebelumnya, tapi meski terdapat toleransi yang tinggi, pada
bidang kebudayaan masih kental dengan nuansa Arab.
Dalam perjalanan
kekuasaan ini terdapat langkah-langkah (kebijakan-kebijakan) politik antara
lain:
1.
Kekhalifahan
tetap dari keturunan arab mumi sementara jabatan-jabatan lain dipegang oleh
golongan Mawalli (budak ) keturunan Persia.
2.
Baghdad
sebagai ibu kota nègara terbuka untuk umum sehingga menjadi kota intemasional
3.
Perhatian
yang penuh pada ilmu pengetahuan yang membuahkan kejayaan Dinasti ini.
4.
Pengaturan
terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) dan pemikiran bebas mendukung kemajuan
peradaban yang dibangun oleh rezim ini
5.
Para
pejabat keturunan Mawalli Persia diberi hak penuh untuk mengabdi pada Dinasti
Abbasiyah sehingga beberapa sumbangan berharga ikut mendukung kejayaan rezim.
Dinasti
Abbasiyah mencapai puncak keiayaan pada kholifah A1-Makmun (memerintah 813-933
M) dan kholifah Harun Al-Rosyid, namun sebagai mana hukum alam sunnatullah
bahwa setiap sesuatu yang ada di dunia ini tidaklah kekal. Demikianjuga dinasti
Abbasiyah yang setelah mengalami puncak kejayaannya justru pada periode
berikutnya berangsur-angsur surut. Dinasti ini hancur secara mutlak oleh tángan
Hulagu Khan. bangsa Tartar pada tahun 656 H (1268 M).
Pasang surut
Pemerintahan Daulah Abbasiyah membawa warna tersendiri bagi tiap-tiap khalifah sehingga
dalam hal ini terdapat empat periode yang menentukan yakni Abbasiyah. Pertama
yaitu mulai dari awal berdirinya sampai akhir kekhalifahan A1-Wasiq (847 M), Abbasiyah
kedua yakni tahun 847-946 M, Abbasiyah, ketigga pada tahun 946-1055 M dan Abbasiyah
keempat 1055-1268 M. Periode pertama
membawa rezim ini pada puncak kejayaan sebab beberapa faktor sangat
diperhatikan seperti Kebebasan dan HAM, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan.
Perekonomian dan Perpolitikan. Kalau di masa itu dunia Islam dalam abad
pencerahan (renaisance) tetapi bagi dunia Barat justru sebaliknya. Memang
terdapat karakter khas bagi abad ini, bahwa di satu sisi sebagai simbol abad
par-exeilent tapi di sisi lain melambangkan kesuraman.
Kemenangan
peradaban umat Islam di zaman Dinasti Abbasiyah bukanlah sesutau yang abadi,
hal ini sangat jelas diketahui bahwa setelah periode pertama (ditandai dengan
kemangkatan khalifah A1-Wasiq), Kekuatan Islam semakin menurun. Terdapat
beberapa fktor yang menjadi sebab kemunduran ini sampai berakhir dengan
kehancuran. Dinasti Abbasiyah, meski pemicu permasalahan sangat kompleks,
tetapi dalam garis besamya dibagi menjadi dua, yaitu : masalah Internal dan
Ekstemal. Untuk lebih lanjutnya makalah ini akan memberikan deskripsi yang
jelas dalam pembahasan di bawah ini.
BAB
II
MASA
DISINTEGRASI
Perkembangan peradaban
dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai oleh dinasti Abbasiyah pada
periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung hura-hura. Setiap Khalifah cenderung ingin lebih mewah dari
pendahulunya . Kecenderungan bermewah-mewah ditambah dengan kelemahan khalifah
dan faktor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi
miskin. Halini memberi peluang kepada tentara profesional asal Turki yang
semula diangkat oleh khalifah AlMu’tashim untuk mengambil kendali pemerintahan
dan mereka berhasil.
Konflik itulah
yang mengawali kehancuran rezim Abbasiyah dari dalam atau disebut faktor internal.
Selain itu kemungkinan para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat tunduk padanya dan penguasa
rezim Abbasiyah lebih - menitik beratkan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaan dari pada politik maupun ekspansi. Akibat dari kebijakan yang lebih
menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dan persoalan politik,
beberapa propinsi mulai memisahkan diri dari rezim Abbasiyah. Bahkan mereka
mulai menggerogoti kekuasaan dan juga berusaha untuk menguasai kekhali fahan
itu sendiri.
Menurut Watt,
sebenanya keruntuhan rezim Daulah Abbasiyah mulai terlihat sejak awal abad ke-9. Fenomena
ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiiliki
kekuatan militer di propinsi-propinsi
tertentu yang membuat mereka independen. Kekuatan militer Abbasyah waktu itu mulai
mengalami kemunduran, sebagai gantinya, Para penguasa Abbasiyah mempekeriakan
orang-orang profesional dalam bidang kemiliteran dengan sistem selaniutnya temyata
menjadi ancaman besar bagi rezim ini. Disamping permasalahan di atas,
kemunculan fanatisme kebangsaan berupa gerakan Syu’ubiyah (kebangsaan /anti
arab) dan kemunculan madzhab keagamaan antara Syi’ah dan Sunni menjadi penyebab
kemunduran ini.
Disamping itu
faktor-faktor penting yang menjadi penyebab kemunduran Bani Abbasiyah pada
periode ini bisa dipahami melalui beberapa hal berikut mi:
1.
Luasnya
wilayah kekuasaan rezim Abbasiyah, sementara komunikasi antara pusat dan daerah
sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu tingkat saling percaya di antara penguasa
sangat rendah (krisis kepercayaan).
2.
Dengan
profesionalisasi angakatan bersenjata, ketergantungan khalifah sangat tinggi.
3.
Keuangan
negara semakin memburuk karena biaya yang dikeluarkan tentara bayaran sangat
besar (krisis ekonomi) pada saat kekuatan militer menurun. khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sebab-Sebab Kemunduran Rezim A bbasiyah;
1.
Perebutan Kekuasaan di Pusat
Perebutan
kekuasaan telah terjadi pada awal Bani Abbasiyah, akan tetapi pada masa pemerintahan
berikutnya (periode ke-2 dan seterusnya) tidak ada upaya merebut jabatan
khilafah dari tangan bani Abbas, yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaannya
dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang bani Abbasiyah. Hal ini teriadi
karena khalifah sudah dianggap sebagai
jabatan keagamaan yang “sakral’yang tidak bisa diganggu gugat.
Sedangkan
kekuasaan dapat didirikan dipusat maupun di daerah yang jauh dari pusat
pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Dan tentara Turki
berhasil merebut kekuasaan tersebut.
Setelah
kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua dan ketiga (334
H1945 M - 447 H11055 M) daulat Abbasiyah berada di tangan kekuasaan Bani
Buwaihi. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani Buwaihi merupakan salah
satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan
mereka. Faktor internal lainnnya adalah pertentangan dalam tubuh militer antara
golongan yang berasal dari dalam dengan keturunan Turki.
Sejalan dengan
makin melemahnya kekuatan politik bani Buwaihi makin banyak pula gangguan di luar
yang membawa kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Faktor-faktor ekstemal tersebut di antaranya
adalah semakin gencamya serangan-serangan Bizantium ke dunia Islam, dan semakin
banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat di
Bagdad.
Berakhimya
kekuasaan dinasti Saljuk atas Bagdad atau khalifah bani Abbasiyah merupakan
awal dari periode kelima. Pada periode ini khalifah Abbasiyah tidak lagi berada
di bawah suatu kekuasaan dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam
yang berdiri. Ada di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah
dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah sudah merdeka dan berkuasa kembali
tetapi hanya di wilayah Bagdad dan sekitamya. Pada masa inilah tentara Mongol
dan Tartar menyerang Bagdad. Bagdad dapat direbut dan dihancurkan tanpa
perlawanan yang berarti. Kehancuran Bagdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah
awal babak baru dalam sejarah Islam yang disebut dengan masa Pertengahan.
2. Kemerosotan Ekonomi.
Kemunduran Daulah Abbasiyah di bidang
politik membawa dampak juga dalam bidang perekonomian dan sangat dirasakan pada
khilafah periode kemunduran. Hal ini disebabkan para khalifah dan pejabat
berkehidupan semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam dan mereka
melakukan korupsi yang menyebabkan ketidakseimbangan perekonomian. Di samping
itu pendapatan pun semakin berkurang karena:
a.
Semakin
menyempitnya wilayah kekuasaan.
b.
Banyak
terjadi kerusuhan yang berdampak pada perekonomian rakyat.
c.
Banyaknya
dinasti kerdil yang memerdekakan din sehingga tidak lagi membayar upeti.
3. Konflik Keagamaan.
Konflik
keagamaan akan selalu ada di sepanjang masa karena setiap manusia mempunyai
pendapat dan keyakinan tersendiri. Untuk mempertahankan pendapatnya ada yang
bersikap dewasa dan mau menerima pendapat orang lain, tapi ada juga yang menyebabkan
perpecahan dan perselisihan di antara mereka. Seperti yang diungkapkan oleh
Sayyid Amir Ali Perbedaan pendapat
mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannva dalam suatu
kehidupan yang tidak berakhir selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar
dari permusuhan yang lebih sengit dan perbedaan yang masih dalam lingkungan
pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas manusia telah menyebabkan kekacauan
yang rumit dalam Islam.
Pendapat bahwa
rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah menjadi sebab binasanya
jiwa-jiwa berharga. Hal itu juga terjadi pada khilafah Abbasiyah. Hanya fanatisme
keagamaan yang memulai dalam bentuk yang sangat sederhana seperti polemik
tentang ajaran sampai pada konflik bersenjata yang menumpahkan darah kedua
belah pihak.
Konflik yang
dilatar belakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim dan Zindiq
atau Ahlussunah dengan Syi’ah saja tetapi juga antar aliran dalam Islam yang
kadang juga melibatkan penguasa.
4. Perang Salib.
Berawal dari
gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa tahun 464 H
(1071 M). tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15000 prajurit , dalam
peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000
tentara yang dihimpun dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis
dan Armenia. Akibatnya ada benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen
terhadap umat Islam yang kemudian mencetuskan perang salib.
Akan tetapi
banyak versi tentang perang salib itu sendiri di antaranya dari Islam, Kristen
dan Yahudi. Kronologi Perang Salib menurut Dr. Said Abdul Fatah Asyur adalah gerakan
spektakuler dari daratan Eropa barat dengan misi imperialisme mumi yang
ditujukan ke beberapa negeri di belahan dunia bagian timur pada abad
pertengahan. Gerakan dengan bentuknya yang khas ini pada akhimya berhasil pula
mempengaruhi dan memporak-porandakan segala aspek kehidupan bangsa baik dari
segi sosial, ekonomi, intelektual, budaya maupun religius.
BAB
III
KESIMPULAN
Pemerintahan Daulah Abbasiyah terakhir merupakan masa runtuhnya kerajaan Bani tersebut, dalam
artian tidak akan ada lagi Abbasiyah selanjutnya. Kenyataan menunjukan Kerajaan
Bani Abbasiyah mempunyai pamor kekuasaan dari pemerintahan yang amat besar dan
luas,bahkan dilihat dari Tokoh-tokoh pemimpinnya, mereka adalah pemimpin yang
dapat dikatakan intelek..
Seiring dengan
berjalannya masa kekuasaan dan pergantian kholifah, kerajaan Daulah Abbasiyah
makin melemah hingga runtuhnya ini terjadi karena adanya beberapa konflik dan
kesalahan yang disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
ekstemal, di dalamnya meliputi persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi dan
konflik keagamaan yang didukung dengan kehidupan para kholifah dan pejabat yang
semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam dan banyak pejabat yang
melakukan korupsi.
Suatu kesalahan
yang amat fatal dengan luasnya pamor kekuasaan tersebut dianggap sebagai
hedonisme. Di samping masalah lain yakni berupa ketidakadilan sikap pemêrintah.
Ketidak adilan ini melahirkan kebencian yang berbuntut pada gerakan fanatisme
kesukuan.
Disamping
kelengahan pemimpin-pemimpin Islam yang menjadikan kekuasaan-kekuasaan tidak
tangguh juga ditimbulkan dari luar yang
lain, ini terjadi dalam peristiwa perang yang bejalan selama dua abad, yang
juga dilator belakangi oleh unsur agama antara kristen dan Islam (Perang
Salib).
Dengan kematian
Al-mutasim lenyaplah Daulat Bani Abbasiyah dari bumi ini, berkubur dalam kota
Bagdad yang telah hangus di bawah runtuhan gedung-gedung dan Istana. Serangan
bangsa Tartar di bawah pimpinan Hulagu telah meruntuhkan kejayaan Abbasiyah.
Dalam masa lima
abad lamanya yakni sejak dari Assyafah memerintah sampai hari mangkatnya
Al-mu’tasim telah ada tiga puluh tujuh orang kholifah Bani Abbas yang menduduki
singgasana kholifah Abbasiyah. Adapula lima belas kholifah Abbasiyah yang
berkedudukan di Mesir. Tetapi mereka menjadi kholifah hanya dalam nama saja
diakui jadi kholifah oleh Raja-raja Mamluk dimesir, tetapi tidak berkuasa.
Dari beberapa
kasus yang terjadi, masalah ketidakadilan yang bersumber dari kebijakan yang
dinilai sepihak menjadi inti permasalahan. Ketidak adilan ini datang dari para
khalifah yang lemah dan mudah dipengaruhi oleh berbagai pihak. Ujung dari kebijakan
yang salah ini membawa keretakkan dan sekaligus kehancuran bagi dinasti Abbasiyah.
Masalah internal yang tidak terselesaikan berlarut-larut menjadi masalah internal
yang kompleks. Rakyat pun menjadi semakin tidak puas atau dalam kata lain terjaadi
krisis kepercayaan. Pemberontakan pun tenjadi dimana-mana.
BAB
IV
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin. Sebagai manusia biasa sudah
pasti kami mempunyai kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu. beberapa
saran atau kritikan yang sifatnya membangun akan kami terima dengan baik dan
penuh lapang dada. Justru kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
kami harapkan menjadi bahan diskusi yang baik.
Akhimya dengan
selalu berpegang pada prinsip, belajar dari kekurangan atau kesalahan, mudah-mudahan
mendapat ridlo Alloh swt sebagai tuhan yang kami yakini. Ja.zakumullah khairan
Katsira.
0 Response to "Faktor Kemunduran Daulah Abbasiyah"
Post a Comment