Implemetasi Nilai-nilai Santri Bagi Guru dalam Pendidikan Karakter
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI SANTRI BAGI
GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
(Refleksi Peringatan Hari Santri
Nasional 2018)
Oleh : Ujang Kusnadi, S. Pd.I*
Suasana
pemandangan yang berbeda terlihat di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan sejak tanggal 17 Oktober 2018, hampir seluruh siswa dan bapak guru
mengenakan sarung dan peci. Begitu juga para siswi dan Ibu Guru mengenakan busana
muslimah. Pemandangan ini merupakan hal
yang sangat berbeda bagi sekolah yang bukan berbasis pesantren. Karena busana
sarung dan peci sangat identik dengan pendidikan yang berbasis pesantren. Pengenaan
busana ini dilaksanakan dalam rangka menyambut peringatan hari santri tanggal
22 oktober 2018.
Istilah
“santri” identik dengan pesantren, karena pesantren merupakan tempat
berkumpulnya para santri”. Meskipun istilah
santri berkaitan dengan pendidikan agama Islam, namun kata “santri” bukanlah
berasal dari bahasa Arab. Tidak tahu mengapa yang mendirikan pesantren itu
adalah orang-orang-orang ahli bahasa Arab, tetapi istilah “santri” dan “pesantren” muncul bukan berasal
dari bahasa Arab. Sehingga berbagai penafsiran pun muncul untuk menjelaskan
asal-usul istilah “santri”. Ada yang berpendapat berasal dari bahasa sansekerta
“sastri” yang berarti melek huruf.
Ada yang berpendapat dari bahasa India “shastri” yang berarti ahli kitab dan
masih banyak pendapat para ahli lainnya.
Terlepas
dari perbedaan definisi santri di atas, tulisan ini lebih fokus pada pemaparan nilai-nilai santri
itu sendiri yang relevan dengan definisi “santri” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah 1) Orang yang mendalami agama Islam, 2) Orang yang beribadah sungguh-sungguh (orang
shaleh). Istilah “santri dalam tulisan ini adalah sebagai sebuah bentuk
karakter yang menggambarkan karakter pendidikan yang baik dan ideal.
Pengenaan
simbol santri di setiap lembaga lintas pondok pesantren seyogyanya tidak hanya untuk
mengakui dan menghargai eksistensi santri melainkan jauh dari itu tertanamnya
jiwa-jiwa santri di setiap lembaga lintas pondok pesantren. Karena Jiwa-jiwa
santri itu adalah nilai karakter yang bisa diterapkan oleh setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari. Begitu juga kita yang diamanahi tugas sebagai pendidik
untuk mendidik anak-anak bangsa harus mampu memiliki jiwa-jiwa santri, karena
tidak mungkin melahirkan anak-anak bangsa yang memiliki jiwa santri kalau
gurunya sendiri tidak menjiwainya.
Secara
umum karaktter santri yang dapat diimplementasikan oleh pendidik dalam proses
pendidikan adalah : semangat dalam
belajar, tawadhu, dan berakhlakul karimah. Adapun dalam prakteknya guru yang
berjiwa santri itu adalah sebagai berikut :
1. Menjadi
Guru Pembelajar
Guru bukanlah orang yang tahu
segalanya, guru juga manusia yang tidak lepas dari segala kekurangan, karena
itu jadilah guru yang berjiwa santri. Guru yang berjiwa santri akan memberikan
tauladan kepada murid-muridnya dengan menjadi guru pembelajar yang senantiasa
berusaha keras mengupdate dan meningkatkan pengetahuannya sebagaimana santri yang
selalu berusaha keras dalam belajar pengetahuan agamanya. Apalagi guru zaman
now harus lebih dulu mampu mengakses pengetahuan melalui teknologi sebelum
murid-muridnya
2. Menjadi
Guru yang rendah hati
Guru yang rendah hati bukanlah yang merendahkan
dirinya di depan murid-murid. Maksud guru yang rendah hati di sini adalah guru
yang selalu menghargai murid-muridnya. Dalam pendidikan, hal ini kita kenal dengan istilah pedagogik.yang
mencakup pemahaman guru terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimilikinya. Guru juga mestinya
mengerti bahwa guru bukanlah sebuah kebenaran tunggal di kelas. Guru tidak
boleh merasa bahwa apa yang disampaikannya adalah mutlak apalagi harus
dipaksakan kepada peserta didik. Sekalipun yang disampaikan sesuai menurut
teori di buku. Guru juga bisa keliru, apalagi peserta didik.
Jika
yang diajarkan hanya sesuai dengan buku, maka apa bedanya dengan copy kemudian
paste? Anak-anak sekarang juga tinggal browsing saja di internet. Itu berarti,
pendidik yang dibutuhkan hari ini harus lebih dari itu.
Jika
kita hanya mengandalkan kemampuan yang sama seperti dulu kita diberi
pendidikan, untuk memberi proses belajar kepada para peserta didik, maka bisa
ditebak, peserta didik kita tidak berkembang secara maksimal sesuai dengan
zamannya. Kita bisa jadi egois dengan menyamakan yang terjadi di masa lalu
sehingga harus juga kita jadikan patokan mendidik anak-anak di masa ini. Kalau
begitu, bukankah kita sudah membatasi kemerdekaan setiap peserta didik untuk
belajar, untuk berkembang menjadi lebih dari diri kita sebagai peserta didik di
masa lalu. Sedangkan kita tahu bahwa seharusnya kita mendidik anak kita sesuai
dengan zamannya.
Oleh
karena itu pendidik atau guru hari ini, nampaknya perlu berendah hati. Merasa
bahwa peserta didik adalah kawan utama dalam proses pembelajaran. Kawan yang
akan membantu tercapainya tujuan belajar. Dengan rendah hati, kita sebagai guru
bukan hanya memberikan pengetahuan, melainkan lebih tinggi dari itu, yaitu
kebijaksanaan. Hal itulah yang tidak terdapat di google dalam situs apapun.
3. Menjadi
Guru yang Berakhlakul Karimah
Keteladanan Pendidik merupakan senjata utama
yang berpengaruh pada kepribadian peserta didik. Pendidik yang senantiasa memberi contoh yang
baik seperti kedisiplinan dari mulai hal kedisiplinan kehadiran di sekolah.
Untuk mendisiplinkan siswa agar datang dan pulang tepat waktu, guru harus
menjadi tauladan dengan datang sebelum peserta didik tiba, dan pulang setelah
peserta didik tidak ada”. Selain itu dalam hal berpakaian, tutur kata dan
sebagainya harus menjadi tauladan bagi peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai
pendidik harus menjadi orang terdepan dalam menerapkan jiwa-jiwa santri dalam
kehidupan baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Jadilah pendidik yang “Ingarso
Sung Tulodo” yaitu di depan memberi tauladan. Wallahu A’lam
Selamat Hari Santri, “Jadilah Guru yang Berjiwa
Santri”
* Guru di MTs. Puteran Kec. Pagerageung
Alumni Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
0 Response to "Implemetasi Nilai-nilai Santri Bagi Guru dalam Pendidikan Karakter"
Post a Comment