Image1

Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

Konsep Dasar Portofolio dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Arab Komunikatif untuk Siswa Tingkat Menengah

Konsep Dasar Portofolio dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Arab Komunikatif untuk Siswa Tingkat Menengah" adalah mencari keselarasan antara konsep portofolio karya Dasim Budimansyah diadaptasi dari model "We the People…Project Citizen" yang merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA) dengan pembelajaran bahasa Arab yang menunjukkan kemampuan dalam menggunakan bahasa Arab untuk interaksi sosial dan komunikatif.adalah mencari keselarasan antara konsep portofolio karya Dasim Budimansyah diadaptasi dari model "We the People…Project Citizen" yang merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA) dengan pembelajaran bahasa Arab yang menunjukkan kemampuan dalam menggunakan bahasa Arab untuk interaksi sosial dan komunikatif.

BAB I
PENDAHULUAN

Sistem pendidikan di dunia secara umum yang ada selama ini dapat diumpamakan sebagai banking concept of education, artinya peserta didik diberi ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil yang berlipat ganda. Peserta didik hanya dijadikan sebagai objek investasi dan sumber deposito yang sangat potensial. Adapun depositornya adalah para pendidik yang mewakili kemasyarakatan mapan dan berkuasa, sedangkan depositonya berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada peserta didik.
Paulo Freire menganggap semua ini sebagai antagonisme pendidikan dengan mengurutkan sebagai berikut :
1.Guru mengajar, peserta didik belajar.
2.Guru tahu segalanya, peserta didik tidak tahu apa-apa.
3.Guru berpikir, peserta didik dipikirkan.
4.Guru bicara, peserta didik mendengarkan.
5.Guru mengatur, peserta didik diatur.
6.Guru memilih dan memaksakan pilihannya, peserta didik menuruti.
7.Guru bertindak, peserta didik membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya.
8.Guru memilih apa yang diajarkan, peserta didik menyesuaikan diri.
9.Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalismenya dan mempertentangkannya dengan kebebasan peserta didik-peserta didik.
10.Guru adalah subjek proses belajar, peserta didik objeknya. 
Di samping itu, era globalisasi menyebabkan manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut perubahan sistem pendidikan, di antaranya perubahan kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang beragam.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada pendidik dan kurang terfokus pada peserta didik dan juga adanya hubungan yang tidak linear antara pendidikan dengan lapangan kerja atau ”one to one relationship", karena apa yang terjadi dalam lapangan kerja sulit diikuti oleh dunia pendidikan, sehingga terjadi kesenjangan.
Pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mencanangkan "Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan" pada tanggal 2 Mei 2002 kemudian mengeluarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Pasal 4 ayat 6 dalam Undang-Undang ini menyebutkan bahwa "Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan".  Hal ini relevan dengan prinsip pendidikan dari Unesco (1990), yaitu : Pertama, pendidikan harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be); Kedua, belajar seumur hidup (life long learning). 
Pengajaran bahasa Arab di tanah air yang terdapat di lembaga pendidikan formal (madrasah dan sekolah umum), meminjam istilah Wajiz Anwar, L.Ph. (1971) adalah "bentuk yang tidak menentu". Ketidakmenentuan ini bisa dilihat dari beberapa segi. Pertama dari segi tujuan, terdapat kerancuan antara mempelajari bahasa Arab sebagai tujuan (menguasai kemahiran berbahasa) atau wahana bahasa Arab. Kedua dari segi jenis bahasa yang dipelajari, terdapat ketidakmenentuan apakah bahasa klasik, bahasa Arab modern, atau bahasa Arab sehari-hari. Ketiga dari segi metode, terdapat kegamangan apakah mempertahankan yang lama atau menggunakan yang baru. 
Pada hakekatnya mengajarkan suatu bahasa apapun pada orang lain (bangsa lain) merupakan persoalan yang perlu mendapatkan pemikiran dan pemecahan serta perhatian sepenuhnya, termasuk pula dalam hal ini bahasa Arab, mengingat pesatnya perkembangan ilmu linguistik maka terasa sekali ketinggalannya, metode dan sistem pembelajaran bahasa Arab, buku yang dipakai tampak menimbulkan kesulitan-kesulitan karena tidak situasional, dari sinilah berawal angker dan sulit mempelajari bahasa Arab, berlanjut sampai ke jenjang lebih tinggi.  Dan hambatan dari segi psikologis, seperti rasa malu, kurang berani, dan sebagainya yang mendukung terhambatnya perkembangan bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa kedua, bahasa cenderung lebih dipahami sebagai alat komunikasi (bukan proses pemerolehan bahasa), sehingga dalam proses belajar-mengajar yang lebih dibutuhkan adalah pendekatan komunikatif. Dalam pembelajaran ini aktivitas belajar diseleksi, artinya sejauhmana aktivitas tersebut mampu melibatkan peserta didik dalam penggunaan bahasa yang bermakna dan otentik (bukan sekedar latihan pola-pola bahasa yang bersifat mekanik).
Littlewood (1981) dan Johson (1982) menyebut hal ini sebagai prinsip-prinsip pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif yang dijabarkan sebagai berikut :
1.Prinsip Komunikasi; aktivitas-aktivitas yang melibatkan komunikasi nyata mendorong belajar.
2.Prinsip Tugas; aktivitas-aktivitas dimana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas bermakna mendorong belajar.
3.Prinsip Kebermaknaan; bahasa bermakna bagi pelajar mendorong proses belajar. 
Maka berangkat dari permasalahan di atas, penulis mencoba untuk mengkaji tentang kesesuaian realitas cara belajar-mengajar khususnya dalam proses pembelajaran bahasa Arab komunikatif dengan konsep pembelajaran portofolio. Karena kiranya konsep pembelajaran portofolio bisa direlevansikan dengan pembelajaran bahasa Arab komunikatif, sehingga dapat diciptakan suasana belajar bahasa Arab yang alamiah dan menyenangkan yang dapat memotivasi belajar peserta didik.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk perubahan pola pikir di atas, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Model pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kabijakan umum (public policy), memberikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antarpeserta didik, antarsekolah, dan antaranggota masyarakat.
Next File lengkap Silahkan kirim alamat email di kolom komentar

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA)"

Post a Comment