Image1

Penciptaan Makhluk Hidup Menurut Harun Yahya

Konsep Penciptaan Makhluk Hidup menurut Perspektif Harun Yahya
A. Latar Belakang Masalah
Kajian sains modern tentang alam semesta dan asal-usul kehidupan seringkali menghasilkan pada kesimpulan-kesimpulan yang mengarah pada eksistensi Tuhan. Pandangan sains yang mengarah pada bidang teologi tersebut telah menunjukkan adanya korelasi antara agama dan sains. Perbincangan yang mengkorelasikan antara agama dan sains, telah menarik perhatian banyak kalangan, baik ilmuwan maupun agamawan. Agama dan sains merupakan dua hal yang memainkan peran penting dalam sejarah umat manusia.
Add caption
Penemuan teori sains dapat memicu perdebatan konseptual. Kritikan terhadap suatu konsep sains, seringkali muncul dari berbagai kalangan masyarakat. Sebagai contoh adalah kejadian yang menimpa Galileo Galilei, seorang sarjana fisika dan astronomi yang pada tahun 1616 dihukum oleh pengadilan gereja di Roma di bawah Paus  Paulus V. Ia dituduh menyebarkan ajaran dari Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bahwa semua benda langit termasuk planet bumi bergerak mengelilingi matahari dalam orbit berbentuk lingkaran atau yang dikenal dengan teori heliosentris.
Pada tahun 1543 dalam bukunya De Revolutionibus Orbium Coelestium, Copernicus berpendapat bahwa teori geosentris Ptolemeus terlalu mengada-ada dan rumit. Pandangan Copernicus tersebut bertolak belakang  dengan pandangan orang dan otoritas gereja pada masa itu.[1]  Ajaran heliosentrisme itu dikutuk dan dilarang oleh Gereja karena dianggap bertentangan dengan pemahaman Kitab Suci yang menganut sistem geosentrisme (bumi sebagai pusat tata surya). Hal ini jelas bertentangan dengan penemuan ilmu bumi dan astronomi sebagaimana dijelaskan oleh Copernicus dan Galileo Galilei.[2]
Saat ini yang masih menjadi kontroversi antara kalangan ilmuwan dengan agamawan adalah kajian tentang asal-usul kehidupan. Gagasan tentang asal-usul kehidupan yang menjadi perdebatan adalah teori penciptaan terpisah (separated creation theory) dan teori evolusi (evolution theory).
Teori penciptaan terpisah (separated creation theory) atau yang lebih dikenal dengan kreasionisme menyatakan bahwa makhluk hidup diciptakan sendiri-sendiri dan jumlah spesies asal adalah sebanyak spesies yang ada sekarang. Gagasan penciptaan terpisah ini berasal dari pendapat masyarakat pada umumnya dan penafsiran harfiah Injil (Kitab Kejadian), yang mengatakan bahwa manusia diciptakan sebagai manusia, begitu pula makhluk hidup yang lain. Penafsiran seperti itu muncul dari Kitab Suci agama monoteisme yang lain. Secara literal, disebutkan bahwa “Jika Tuhan berkehendak, maka Jadilah”.[3] Penafsiran harfiah Kitab Kejadian tentang penciptaan tersebut bertolak belakang dengan konsep evolusi yang menjelaskan bahwa kehidupan tidaklah statis (mengalami perubahan atau perkembangan secara gradual). Konsep evolusi makhluk hidup dapat diartikan bahwa seluruh makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari satu moyang tanggal.
Selama ini asal-usul makhluk hidup masih menjadi permasalahan di kalangan ilmuwan, agamawan maupun masyarakat pada umumnya. Sebagaimana telah disebutkan di depan, bahwa yang masih menjadi permasalahan bagi mereka adalah antara teori evolusi dan penciptaan terpisah. Keduanya masih sering menghadapi kritik dari berbagai kalangan. Kritik-kritik tersebut patut dikaji secara obyektif dan serius oleh para pakar masa kini, khususnya para ahli biologi.[4]
Sebagian besar kalangan agamawan hingga kini masih menolak teori evolusi. Kekhawatiran mereka terhadap teori evolusi terutama disebabkan karena penafsiran teori evolusi cenderung meniadakan Tuhan. Teori evolusi  menyatakan bahwa makhluk hidup termasuk manusia, muncul melalui proses seleksi alam (natural selection) yang gradual, sehingga bagi sementara pihak, peran Tuhan sebagai pencipta akan terusik. Pernyataan teori evolusi tersebut tentang keberadaan makhluk hidup secara kebetulan (by chance) dan tidak memiliki tujuan (non purposive) membuat signifikansi Tuhan bagi kehidupan meluntur. Makhluk hidup tidak akan lagi butuh penyelamatan dari Tuhan karena itu agama tidak lagi dibutuhkan.[5]
Perdebatan antara kreasionisme dengan teori evolusi telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu dan masih berlangsung sampai sekarang. Kritik kreasionis atas teori evolusi muncul kembali pada awal abad ke-21. Salah satu kreasionis tersebut adalah Harun Yahya. Harun Yahya adalah penulis yang menentang teori evolusi. Pandangannya  tentang kreasionisme dan sanggahannya atas teori evolusi, dianggap beberapa pihak mewakili pandangan umat Islam. Dengan bahasa yang cenderung keras Harun Yahya menyerang habis-habisan teori evolusi Darwin dan menganggap bahwa teori tersebut sepenuhnya bertentangan dengan pandangan agama tentang penciptaan alam dan asal-usul kehidupan.[6] Menurutnya teori evolusi telah runtuh karena telah banyak fakta yang menggugurkan teori evolusi dan mendukung fakta penciptaan.
Harun Yahya menganggap bahwa teori evolusi merupakan sebuah gagasan kuno, yang menjelaskan tentang kehidupan sebagai hasil peristiwa tak disengaja dan tanpa tujuan hanyalah sebuah mitos abad ke-19 (masa Darwin). Pada masa itu tingkat pemahaman ilmu pengetahuan tentang alam dan kehidupannya masih terbelakang sehingga para evolusionis beranggapan bahwa kehidupan sangatlah sederhana.[7]
Pandangan Harun Yahya memerlukan kajian yang lebih obyektif baik dari perspektif agama maupun sains. Kajian terhadap Harun Yahya penting dilakukan karena dalam pandangannya, gagasan kreasionisme Islam terkesan kuat untuk meruntuhkan teori evolusi. Selain itu, berdasarkan tinjauan literatur yang ada, tema kajian atas karya Harun Yahya tentang gagasan penciptaan dan sanggahannya atas teori evolusi, belum pernah dikaji secara khusus dalam karya ilmiah ataupun dalam bentuk buku. Sebagai kajian yang tergolong awal, skripsi ini merupakan kajian spesifik yang penting untuk dijadikan sebagai studi keilmuan, karena erat kaitannya dengan sinergi antara sains dan agama (Islam).
Dalam konteks hubungan sains dan Islam, kajian ini merupakan tema kajian yang tepat dalam upaya melihat relevansi sains dan Islam. Kreasionisme Harun Yahya diperkirakan akan berimplikasi pada berbagai bidang ilmu. Harun Yahya menyatakan bahwa pandangan kreasionismenya merupakan konsepsi Islam tentang penciptaan. Pandangannya tentu sangat menarik untuk dikaji dari beberapa aspek pemikiran serta implikasinya pada beberapa bidang ilmu, terutama kependidikan biologi, serta dalam konteks keterpaduan antara sains dan agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, adalah:
1.  Bagaimana konsep penciptaan makhluk hidup menurut perspektif Harun Yahya ?
2. Bagaimana implikasi pemikiran Harun Yahya dalam bidang kependidikan biologi serta hubungannya dengan sains dan agama ?
C.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
Untuk mengungkapkan pandangan seorang pemikir muslim Harun Yahya tentang penciptaan terpisah (separated creation theory) dan sanggahannya terhadap konsep evolusi makhluk hidup.
Untuk mengkaji implikasi pemikiran Harun Yahya tentang gagasan penciptaan makhluk hidup dan kritik-kritiknya tentang teori evolusi dalam bidang kependidikan biologi serta hubungannya dengan sains dan agama.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Secara teoritik, kajian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan bidang biologi dan keislaman dalam menggali pemikiran-pemikiran baru menuju kemajuan IPTEK dan sinergi agama (Islam) dengan sains modern.
  2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para praktisi pendidikan biologi pada khususnya, pendidikan ilmu agama, dan bidang ilmu lainnya, dalam menyampaikan informasi tentang penciptaan makhluk hidup.
  3. Secara umum, studi ini diharapkan dapat menjadi kajian lebih lanjut bagi para pembaca tentang penciptaan makhluk hidup serta menjadi sumbangan pemikiran di dalam upaya menyadari keagungan alam raya dan isinya sebagai ciptaan Allah SWT.
 E. Tinjauan Pustaka
Telah diketahui bahwa kehadiran Harun Yahya dengan karya-karyanya tentang konsep penciptaan makhluk hidup dan penolakannya atas teori evolusi telah mengundang perhatian berbagai kalangan.
Pada dasarnya karya-karya Harun Yahya dengan tema di atas sudah mendapat tanggapan beberapa pihak, terutama para pemerhati sains dan agama. Adapun beberapa kajian tentang pemikiran Harun Yahya dan masih memerlukan kajian lebih lanjut adalah:
Pada salah satu kerangka bahasan artikel yang berjudul Waktu dan Evolusi,[8] yaitu pada bagian "kritik terhadap teori evolusi", Etty Indriati  cenderung memposisikan Harun Yahya sebagai sosok yang lebih mempopulerkan kontradiksi Islam dengan evolusi. Hal tersebut hanya sebagai bentuk propaganda terhadap cuplikan karya ilmiah para ilmuwan terutama dalam bidang biologi evolusi, tanpa didukung bukti dan penelitiannya sendiri. Dalam tulisan yang singkat tersebut tidak diterangkan tentang konsep penciptaan menurut Harun Yahya secara detail maupun sisi komparatifnya terhadap konsep evolusi.
Resensi buku dengan judul Memandang Alam dengan 'Mata Ilahi’,[9] yang ditulis oleh Irfan Junaidi, dari salah satu buku Harun Yahya yang berjudul Penciptaan Alam Raya,[10] menyimpulkan bahwa pandangan Harun Yahya mengenai penciptaan alam raya merupakan pola pemikiran yang bertolak belakang dengan faham materialisme. Kajian tersebut kurang mendalam dan kurang kritis serta hanya membela gagasan Harun Yahya terutama tentang konsep penciptaan alam raya dan makhluk hidupnya yang transendental.
Artikel dengan judul Harun Yahya: Berdakwah Melawan Temuan Ilmiah,[11] adalah kajian atas beberapa pandangan Harun Yahya yang ditulis oleh Arahman Ma’mun. Artikel ini berbicara tentang gagasan-gagasan Harun Yahya yang menyimpulkan tentang implikasi langsung teori evolusi sebagai sumber inspirasi bagi pembenaran setiap tindakan-tindakan seperti rasisme, komunisme, imperialime dan sebagainya. Tindakan yang menyimpang tersebut telah diklaim sebagai tindakan yang bersandarkan dan berdasarkan konsep ilmiah Darwinisme. Harun Yahya dalam wawancaranya dengan Panjimas, tidak ragu lagi untuk menyatakan bahwa teori evolusi merupakan filsafat ateis. Dalam artikel ini juga disebutkan bahwa menurut T. Jacob, Harun Yahya berlatar belakang pendidikan non-sains dan bukan ahli evolusi. Oleh karena itu, label ateis terhadap ilmu yang diberikan Harun Yahya tidak sepenuhnya benar. Tidak ada korelasi antara ateisme atau areligiusitas dan ilmu. Selain pendapat dari T. Jacob, juga diungkapkan pendapat Haidar Bagir, bahwa sebenarnya ada sisi positif dalam karya Harun Yahya kaitannya dengan dakwah Islam. Hal yang dikhawatirkan adalah jika karya Harun Yahya diterima begitu saja tanpa kritik sains yang mendalam, sementara sains sendiri mengalami perkembangan.
Artikel Andya Primanda dengan judul Mempertimbangkan Teori Harun Yahya,[12] mengkaji tentang konsep penciptaan (creation theory) dan desain cerdas (intelligent design theory). Menurut dia, teori penciptaan terpisah (kreasionisme) maupun evolusi sebagai obyek kajian sains merupakan konsep yang relativistik karena keduanya pada dasarnya masih perlu diuji secara terus menerus. Apabila gagasan kreasionisme yang diajukan oleh Harun Yahya memenuhi persyaratan ilmiah, yaitu jika persyaratan kajian ilmiah seperti observasi, hipotesis dan dapat diuji secara berulang-ulang, maka gagasannya akan dapat diterima sebagai sebuah teori sains. Kritik Primanda ini mendapat sambutan langsung dari Harun Yahya, di antaranya menyayangkan jika masih ada muslim yang percaya teori evolusi.
[1] A. Gunawan, Tata Surya dan Alam Semesta, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 17-18.  
[2] Franz Dahler dkk., Asal dan Tujuan Manusia (Teori Evolusi yang Menggemparkan Dunia), (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 29.
[3] Editorial, Tuhan, Agama dan Sains, Relief Journal of Religious Issues: Agama dan Sains, Vol. I: 01, 2003, hlm. 5.
[4] Osman Bakar, Evolusi Ruhani: Kritik Perenialis Atas Teori Darwin, terj: Eva Y Nukman, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 7.
[5] Hermansyah Hsb., “Mencari Ruangan Untuk Tuhan: Dialog Agama dengan Teori Evolusi”, Relief Journal of Religious Issues: Agama dan Sains, Vol. I: 01, 2003, hlm. 56.
[6] T. Jacob, “Evolusi adalah Cara Tuhan bekerja”, Relief Journal of Religious Issues: Agama dan Sains, Vol. I: 01, 2003, hlm. 45.
[7] Harun Yahya, Menyibak Tabir Evolusi, terj: Efendi dkk, (Jakarta, Global Cipta Publishing, 2002), hlm. 10.
[8] Artikel dipresentasikan dalam Workshop Ilmu dan Agama, Center  for Religious and Cross-Cultural Studies, Gadjah Mada University Post Graduate Program, Yogyakarta, 25-27 Juni 2003.
[9] Resensi buku,  “Memandang Alam dengan Mata Ilahi”, Surat Kabar Harian Republika, edisi Ahad, 28 Desember 2003, hlm. 5.  
[10] Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, terj: Ari Nilandari, (Bandung: Dzikra, 2003).
[11]Arahman Ma’mun, Harun Yahya: Berdakwah Melawan Temuan  Ilmiah, http://www.panjimas.com/mei/induk.htm., akses 23 Januari 2004.
[12] Andya Primanda, Mempertimbangkan Teori Harun Yahya, http://redrival.com/evolusi/teori-hy.pdf, akses 5 Maret 2004. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penciptaan Makhluk Hidup Menurut Harun Yahya"

Post a Comment