Image1

Problematika Pengajaran Bahasa Arab Dengan Buku Fasih Di Sd Muhammadiyah Condongcatur

SKRIPSI
PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA ARAB DENGAN BUKU FASIH DI SD MUHAMMADIYAH CONDONGCATUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahpahaman, penulis memberikan penjelasan tersendiri mengenai judul skripsi “PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA ARAB DENGAN BUKU FASIH DI SD MUHAMMADIYAH CONDONGCATUR“, maka penulis perlu memberikan beberapa penegasan istilah yang terdapat dalam judul tersebut, antara lain:

1. Problematika
Problem: masalah; persoalan.
Problematik: hal yang menimbulkan masalah; hal yang belum dapat dipecahkan; permasalahan. [1]
Problematika adalah berbagai problem. [2]
2. Pengajaran
Pengajaran adalah operasionalisasi dari kurikulum atau GBPP. [3]
Pengajaran adalah suatu usaha dalam penyajian bahan pelajaran yang bersifat intensif oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan sistematis menuju perubahan tingkah laku anak didik agar dapat memahami dan mengembangkan bahan pelajaran. [4]
Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain, komponen–komponen yang dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar–mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi. [5]
3. Bahasa Arab
Bahasa Arab dengan sendirinya telah menjadi bahasa resmi negara Islam. Bahasa Arab selain bahasa Al–Qur’an, adalah bahasa yang dipergunakan dalam ibadah umat Islam. Sehingga setiap muslim berkepentingan mempelajarinya. [6]
4. Buku Fasih
Buku Fasih adalah buku pelajaran bahasa Arab untuk memahami Al-Qur’an. Di samping itu buku Fasih yang terdiri dari 6 jilid ini juga menjadi pegangan dalam proses belajar mengajar muhadatsah (percakapan) bahasa Arab. Dalam hal ini Fasih memegang prinsip pengajaran: “praktek sebelum teori“, sehingga siswa tidak merasa sulit dalam menangkap pelajaran. [7] Apalagi jika tersedia materi–materi nyanyian yang didukung dengan kamus dan kaset.
Buku Fasih ini secara khusus disiapkan menjadi buku pegangan bagi santri pasca-TPA (TQA). [8] Sesuai dengan namanya, Fasih diharapkan mampu mengantarkan para santri pasca TKAL–TPAL khususnya, dan umat Islam pada umumnya untuk memahami bahasa Arab Al–Qur’an. [9]
Buku ini diajarkan di SD Muhammadiyah Condongcatur dan disampaikan secara menarik, ceria, santai, sesuai nama bukunya “Buku Fasih“ maka kita bisa langsung memahami bahwa metode pengajarannya diajarkan dengan ucapan yang Fasih oleh gurunya. Diajarkan pada kelas 5 dan 6 selama 1 jam seminggu.
5. SD Muhammadiyah Condongcatur Yogyakarta
SD Muhammadiyah Condongcatur adalah sebuah lembaga pendidikan yang terletak di jalan Ringroad Utara Gorongan Condongcatur Depok Sleman yang mengandung misi agama Islam yang merupakan kelas jauh atau filial dari SD Muhammadiyah Sapen Kodya Yogyakarta dan resmi menjadi otonom sejak tahun 1998 di bawah pengawasan dan binaan langsung dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Depok Sleman. [10]
Secara utuh, maksud judul skripsi ini adalah suatu penelitian lapangan yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala atau problem dalam pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur Yogyakarta.
B. Latar Belakang Masalah
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang berbeda. Seorang guru bahasa Arab harus menguasai setidak–tidaknya tiga hal yaitu;
  1. Pengetahuan tentang bahasa Arab
  2. Kemahiran berbahasa Arab, dan
  3. Keterampilan mengajarkan bahasa Arab. [11]
Terkadang ada guru yang mahir berbahasa Arab, juga memiliki banyak pengetahuan tentang bahasa Arab, tetapi belum memiliki keterampilan mengajarkannya dengan baik. Ada yang mahir dalam keterampilan mengajarkan bahasa Arab dan memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab, akan tetapi tidak fasih dalam pengucapannya.
Selain itu agar bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan mudah dan dapat dicerna sehingga menjadi milik siswa, maka perlu kiranya bahan itu disusun dan dibuat urutan sebaik–baiknya. Apabila penyusunan materi pelajaran itu tepat, maka dapat diharapkan pengetahuan anak menjadi lengkap dan bulat. [12]
Mengingat proses pembelajaran yang dilalui oleh siswa memerlukan waktu yang relatif lama, maka pengajarannya juga memerlukan sistem tertentu agar mudah dipahami anak-anak usia dini sekitar 9 sampai dengan 12 tahun, pada usia tersebut biasanya anak-anak masih suka bermain.
Maka, seorang pengajar bahasa Arab yang baik seyogyanya mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa itu,apa yang hendak diajarkan untuk mencapai tujuan itu, bagaimana membawakannya di depan kelas sehingga tujuan itu bisa tercapai pada waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum: dan mengetahui pula kapan masing-masing tahapan diajarkan. Dengan perkataan lain tujuan pengajaran bahasa Arab akan menentukan materi yang harus diajarkan, dan menentukan pula sistem dan metode yang hendak dipergunakan. [13]
Maka buku Fasih yang terdiri dari Fasih 1 sampai Fasih 6 ini adalah salah satu buku pengajaran bahasa Arab yang dikarang oleh Mohamad Ridlo Hisyam pada tahun 1995 (diterbitkan di Yogyakarta), serta merupakan salah satu terobosan untuk mempermudah anak-anak usia dini belajar bahasa Arab sehingga mampu bercakap-cakap dalam bahasa Arab dan menyukainya, juga untuk mendalami Al-Qur’an dan membacanya secara fasih.
Untuk mencapai tujuan itulah maka banyak faktor yang sangat mendukung tercapainya pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih ini, antara lain :
  1. Media atau alat pengajaran yang sangat mendukung proses belajar mengajar.
  2. Guru yang fasih berbahasa Arab dan dapat menyampaikan materi pelajaran dengan menarik.
  3. Sistem dan metode yang sesuai dengan tujuan pengajaran bahasa Arab.
  4. Waktu yang memadai serta situasi dan kondisi yang mendukung pengajaran bahasa Arab.
Bagi non–Arab, apabila yang bahasanya bertuliskan Latin, masalah penulisan (al-khat al-‘Arabiy wa al–ashw^at) atau “Arabic script and the sounds which do not exist in other language“ merupakan suatu musykilah tersendiri. [14]
Yang menarik perhatian kita ialah, mengapa anak itu mudah menerima “kata-kata baru“ bila mendengarkan dari orang sekelilingnya?, yaitu karena pada dasarnya anak kecil itu belum mempunyai konsep bahasa, tetapi yang ada padanya baru berbentuk “potensi“, dan potensi itu akan mempunyai potensi, jika orang sekelilingnya mau menggunakannya. Potensi itulah yang disebut dengan “fitrah“.
Jadi, siapa yang ingin mempelajari bahasa asing (bahasa Arab) berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan pada saat mempelajari bahasa ibu (bahasa nasional) proses itu berjalan tanpa sadar. Pada saat ini pula siswa akan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa asing yang sedang dipelajari.
C. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah suatu penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur ?
  2. Problem atau masalah apa saja yang dialami oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur.
b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi problem atau masalah yang dialami oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur.
2. Kegunaan Penelitian
a. Agar buku Fasih ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi lembaga–lembaga pendidikan Sekolah Dasar lainnya di dalam pengajaran bahasa Arab.
b. Untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap mereka yang terlibat dalam pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih ini, agar dapat mengetahui problem solving dalam pembelajarannya.
c. Untuk menambah khasanah keilmuan, khususnya dalam pengajaran bahasa Arab agar dapat menjadi pertimbangan pemikiran dalam meningkatkan proses pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih ini.
E. Kerangka Teori
Secara garis besarnya problematika pengajaran bahasa Arab bagi siswa di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu : pertama, problematika linguistik seperti mengenai tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, dan tulisan; dan kedua, problematika non linguistik, yaitu yang menyangkut segi sosio kultural atau sosio budaya, dan psikologis. [15]
1. Linguistic (ilmu bahasa)
Berbagai problema yang dialami oleh siswa Indonesia yaitu adanya perbedaan-perbedaan yang menimbulkan kesulitan dalam belajar bahasa Arab. Perbedaan itu antara lain mengenai:
a. Sistem tata bunyi (phonologi)
b. Tata bahasa (nahwu dan sharaf)
c. Perbedaan kata (mufradat/vocabulary)
d. Uslub (susunan kata)
e. Tulisan (imla’)
Pada sistem tata bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid Al–Qur’an, yaitu dengan mempelajari “makharij al huruf“. Pada tingkatan ini hendaknya guru bahasa Arab bersabar untuk melatih siswanya agar berkali-kali mengucapkan huruf-huruf Arab. Karena pada umumnya letak kesulitannya ada pada tahap awal ini. Selain itu ada beberapa huruf Arab yang bunyi (suara)nya jarang dijumpai pada huruf lain atau dalam bahasa ibu ataupun bahasa nasional, misalnya :
ثلث, مثيل, نقل : Ø«/ - tsa’
حكم, حور, حين Ø­ - ha’/
ذ ق, ذ ئب, ذ نب : ذ - dzal/
Jika seseorang bertujuan ingin memperlancar pembicaraan ( muhadatsah), maka harus sering latihan dalam hal-hal ini secara berimbang, yaitu:
a. Hearing : simaa’iyah
b. Speaking : muhaadatsah
c. Writing : kitabah
d. Reading : qiraa’ah
Adapun problema lainnya yaitu dari segi tulisan bahasa Arab ( graphics), yang berkaitan dengan imla’ dan khath . Kalau bahasa Indonesia hurufnya ditulis dari kiri ke kanan, maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri. Hal ini juga memerlukan waktu latihan yang cukup menyita waktu bagi siswa pemula. [16]
Pemilihan kata yang sesuai dalam kalimat (uslub) juga merupakan hal penting untuk menyesuaikan pemakaian kata dalam kalimat.
2. NonLinguistic
Faktor non–linguistic terbagi menjadi dua yaitu: ekologi sosial dan psikologis. Phenomena sosial (termasuk bahasa) adalah mempengaruhi terhadap pembinaan pengajaran bahasa Arab. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, maka pemahaman bahasa Arab penting sebagai bahasa agama. Maka kontak bahasa dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain:
a. Kontak Bahasa
Sekelompok manusia akan terbiasa menggunakan suatu bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus menerus untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ada dalam hati. Kontak sosial itu diantaranya :
1) Rumah
2) Masyarakat
3) Tempat kerja
4) Sekolah
5) Pertemuan dan kelompok sosial
6) Kelompok masjid
7) Kelompok bermain
8) Media (radio, TV, kaset, buku pelajaran)
Dalam skripsi ini kami hanya akan membahas problematika non linguistik yaitu kontak bahasa di rumah, sekolah, media (radio, kaset, TV, buku pelajaran).
1) Rumah
Pada umumnya bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi di dalam rumah tangganya (kaum Muslimin) tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa sehari–hari, maka hal ini merupakan kendala dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari bahasa Arab.
2) Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan awal siswa untuk dapat menerima bahasa Arab dengan lengkap. Oleh karena itu, hendaknya dapat direncanakan kurikulum yang “penyampaiannya dengan bahasa Arab“. Menurut sepengetahuan kami, guru sangat mempengaruhi proses penyampaian materi buku Fasih dengan bahasa Arab agar siswa dapat memahami secara jelas kata-kata yang diucapkan gurunya.
3) Media (radio, kaset, TV, buku pelajaran)
Radio adalah alat komunikasi yang tidak asing lagi. Dengan radio kita dapat meningkatkan pendengaran, pemahaman dalam kecepatan menangkap maksud. [17] Begitu juga dengan kaset, kita dapat mendengar dan menyimak percakapan dengan bahasa Arab.
Televisi merupakan media komunikasi yang lebih canggih lagi, karena kita dapat melihat penampilan, mimik, pemahaman dan sebagainya, namun masih disayangkan siaran bahasa Arab melalui TV masih terbatas.
Buku pelajaran adalah sumber materi pelajaran yang utama dalam pengajaran bahasa Arab. Oleh karena itu, kesesuaian antara materi buku tersebut dengan potensi dan kemampuan siswa sangat mempengaruhi proses belajar mengajar bahasa Arab.
Dari permasalahan yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang problematika pengajaran dengan buku Fasih ini, karena tidak ada yang bisa berjalan dengan sempurna tanpa mengalami problem-problem sebelum mencapai keberhasilan dalam suatu tujuan.
1. Dasar-dasar Teoritis Pengajaran Bahasa
Pengembangan metode pengajaran dibangun diatas landasan teori-teori ilmu jiwa (psikologi), dan ilmu bahasa (linguistik). Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu. Linguistik memberikan informasi tentang seluk beluk bahasa. Informasi dari keduanya, diramu menjadi suatu cara atau metode yang memudahkan proses belajar-mengajar, untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat teori–teori dalam kedua bidang ilmu tersebut dalam hubungannya dengan belajar dan mengajar bahasa.
a. Teori-teori Ilmu Jiwa (‘ ilm al-nafs/psychology)
Para ahli psikologi pembelajaran sepakat bahwa dalam proses belajar-mengajar terdapat unsur-unsur (1) internal, yaitu bakat, minat, kemauan, dan pengalaman terdahulu dalam diri pembelajar; dan (2) eksternal, yaitu lingkungan, guru, book teks, dan sebagainya.
Ada dua mazhab psikologi, yakni mazhab behaviorisme (al-sulu : kiyan) [18] dan mazhab kognitive (al-ma’rifiya). [19] Mazhab pertama memberikan perhatian lebih besar kepada faktor-faktor eksternal, sedangkan mazhab kedua lebih memfokuskan perhatiannya kepada faktor internal. [20]
b. Teori-teori Ilmu Bahasa (‘Ilm al-Lughah /Linguistic)
Perbedaan dalam cara atau metode mengajarkan bahasa dipengaruhi pula oleh perbedaan pandangan terhadap hakekat bahasa dan perbedaan dalam cara menganalisis dan mendeskripsikan bahasa. Ada dua aliran paling penting saat ini dalam ilmu bahasa, yang pertama yaitu aliran struktural [21] yang memiliki beberapa prinsip pengajaran bahasa antara lain:
1) Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan maka latihan menghafalkan dan menirukan berulang–ulang harus diintensifkan.
2) Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus memulai pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara.
3) Hasil analisis kontrastif (perbandingan antara bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari).
4) Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa yaitu: pengucapan yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar, dan sebagainya.
5) Teori-teori linguistik struktural ini seiring dengan teori-teori psikologi behaviorisme menjadi landasan bagi metode audiolingual dalam pengajaran bahasa. [22]
Berdasarkan teori diatas penulis menyimpulkan bahwa pada pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih ini juga bisa dikategorikan menggunakan teori-teori linguistik aliran struktural yang diiringi dengan mazhab behaviorisme, karena teori-teorinya sesuai dengan cara pengajaran buku Fasih ini.
Yang kedua yaitu aliran generatif –transformasi. [23]
Adapun kerangka teoritiknya, penulis menggunakan salah satu teori belajar [24] yang dikemukakan oleh Tokoh Gagne, sebagai tolok ukur dalam penulisan skripsi ini, yaitu teori belajar asosiasi verbal ( verbal assosiative learning), yakni proses mengasosiasi atau menghubungkan antara obyek–obyek dengan namanya. Misalnya pada anak kecil yang melihat bola lalu berusaha menyebut perkataan “bola“. Kegiatan mental untuk memberikan nama merupakan contoh belajar asosiasi verbal. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada anak pertama kali melihat bola, dia mengobservasi bola tersebut. Bersamaan itu berkata “ini bola“ dan anak tadi lalu mengasosiasikan bendanya (bola) dengan nama (verbal) ialah “bola“. Proses belajar ini biasa disebut belajar asosiasi berpasangan. Jika kita mempelajari bahasa asing, maka asosiasi berpasangan itu nampak jelas, yakni “kata asing“… “arti dalam bahasa Indonesia“. Bila disajikan dalam diagram simbol sebagai berikut: [25]
S ® R
Obyek mengobservasikan
Anak melihat
S ® R
Bola “bola”
Anak berkata
(mengerti)=”bola”
2. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Arab
Ada beberapa prinsip–prinsip pengajaran bahasa Arab antara lain:
a. Prinsip ujaran sebelum tulisan
b. Prinsip kalimat–kalimat dasar
c. Prinsip pola sebagai kebiasaan
d. Prinsip sistem bunyi untuk digunakan
e. Prinsip-prinsip kontrol vokabulari
f. Prinsip tulisan sebagai pencatat ujaran
g. Prinsip pola–pola bertahap
h. Prinsip praktek
i. Prinsip imbalan segera.
Pada bab ini penulis hanya akan menjelaskan satu prinsip pengajaran bahasa Arab saja, yaitu:
Prinsip ujaran sebelum tulisan
Pengajaran bahasa hendaknya dimulai dengan melatih pendengaran, percakapan, bacaan dan tulisan. Prinsip ini adalah dasar metode audio-lingual. [26] Dalam metode ini bahasa ibu bisa dipakai hanya untuk menerangkan hal-hal yang sukar saja.
Ilmu bahasa mengatakan bahwa bahasa itu lebih sempurna dinyatakan dalam bentuk percakapan atau ucapan. Tulisan tidak bisa mewakili intonasi, irama, jungture (juncture). Sehubungan dengan ini William Moulton dari Universitas Princeton membimbing guru dan merapikan hasil riset linguistik sebagai persiapan materi pelajaran dan teknik dalam kelas, semboyan beliau ialah:
Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan
Suatu bahasa adalah seperangkat kebiasaan
Ajarkanlah bahasa, bukan sesuatu mengenai bahasa
Bahasa ialah apa yang dikatakan oleh penutur asli, bukan apa yang dipikirkan oleh seseorang sesuatu yang harus diketahui
Bahasa-bahasa itu berbeda-beda. [27]
Kesimpulan : Ujaran tidak bisa diciptakan oleh murid melainkan harus ditiru, supaya mendapatkan ucapan asli dan respon yang baik.
F. Metode Penelitian
Adapun metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
  1. Metode Penentuan Subyek
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian dan sekaligus sebagai sumber data adalah:
a. Kepala sekolah SD Muhammadiyah Condongcatur beserta karyawan yang dianggap perlu, khususnya bagian administrasi.
b. Guru bahasa Arab yang bersangkutan
c. Siswa-siswi SD Muhammadiyah Condongcatur, khususnya kelas 5 yang berjumlah 40 orang.
  1. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu:
a. Metode Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. [28] Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Observasi diperlukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya. [29]
Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki kemudian mencatat hal yang penting.
Penulis menggunakan metode observasi sebagai partisipan, yaitu mengadakan observasi terhadap proses belajar mengajar bahasa Arab di kelas 5 A SD Muhammadiyah Condongcatur secara langsung tanpa berperan sebagai guru di SD tersebut, tapi tetap terlibat di dalamnya, juga mengamati problema yang ada serta berusaha mencarikan solusinya.
b. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. [30] Selain itu, wawancara juga berarti tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. [31]
Penulis hanya mencatat pokok–pokok penting yang akan dibicarakan sesuai dengan tujuan wawancara, yaitu agar responden dapat menjawab pertanyaan–pertanyaan secara bebas menurut isi hati atau pikirannya, secara spontan dapat mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Wawancara ini disebut juga wawancara tak berstruktur (bebas).
Metode interview ini menggunakan teknik “personal interview“ (teknik interview perseorangan), yaitu kepada guru bahasa Arab kelas 5, sedangkan informasi yang diperoleh dari para pelajar melalui teknik “ group interview“, mewawancarai sejumlah pelajar secara bersamaan, untuk memperoleh data tentang pelaksanaan proses belajar mengajar dan problematikanya serta menentukan solusi yang akan dilakukan untuk mengatasinya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen. [32]
Data yang diambil oleh penulis berupa dokumentasi arsip-arsip yang merupakan data sekunder yang sewaktu-waktu dapat diubah sesuai situasi dan kondisi yang terjadi sekarang. Jadi, data itu penulis teliti dahulu, apakah salah cetak ataukah sudah tidak berlaku lagi.
Data yang akan dikumpulkan tersebut antara lain: jumlah siswa dan guru, materi pelajaran, susunan organisasi sekolah, sejarah berdirinya SD Muhammadiyah Condongcatur, serta alat atau media pembelajaran.
d. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya penulis mengklarifikasikan dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu teknik ini dimulai dengan mendefinisikan konsep-konsep yang sangat umum, yang karena kemajuan-kemajuan penelitian mengubah definisi mereka. Penelitian kualitatif dianggap melakukan pengamatan melalui lensa-lensa yang lebar, mencari pola-pola antar hubungan di antara konsep-konsep yang sebelumnya tidak ditentukan dalam tradisi kualitatif.
Adapun pendekatan yang digunakan meliputi deduksi dan induksi dalam pengertian yang luas, yaitu bergerak dari ide-ide kepada data, sekaligus dari data kepada ide-ide.
G. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini penelitian tentang buku Fasih ini telah dilakukan beberapa kali, di antaranya penelitian lapangan oleh Mustabsiroh dalam skripsinya yang berjudul “Pengajaran Bahasa Arab untuk Anak-anak dengan Buku Fasih di TQA AMM Kotagede“ (lulusan tahun 1997). Beliau membahas mengenai pelaksanaan pengajarannya.
Studi lainnya yang dilakukan oleh Jakfar dalam skripsinya yang berjudul “Studi Tentang Pengajaran Bahasa Arab dengan sistem Fasih karya Mohamad Ridlo Hisyam” (lulusan tahun 1998). Beliau mengungkapkan tentang latar belakang lahirnya pengajaran bahasa Arab dengan sistem Fasih serta perkembangannya, juga mengungkapkan tentang konsep pengajarannya.
Studi tentang pengajaran bahasa Arab menggunakan buku Fasih ini memang telah beberapa kali dilakukan, namun sejauh pengamatan penulis, kesemuanya belum ada yang secara spesifik meneliti tentang problematika pengajarannya, di samping itu, selama ini penelitiannya bukan di SD Muhammadiyah Condongcatur.
Selain itu, penulis juga melakukan inventarisasi terhadap buku Fasih yang menjadi bahan pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Buku Fasih ini terdiri dari Fasih 1 sampai Fasih 6, namun yang penulis teliti hanya Fasih I, selain itu juga ada kamus Fasih 1, buku petunjuk pengajaran buku Fasih sebagai pegangan siswa dan guru Fasih.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran pembahasan yang sistematis, serta mudah dipahami, maka penulisan skripsi disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bagian Pertama

Terdiri dari: halaman judul, halaman nota dinas, halaman motto, halaman persembahan, halaman pengesahan, halaman pedoman transliterasi, halaman kata pengantar, daftar isi.

Bagian Kedua

Isi Skripsi yang terdiri dari:
Bab I. Berisi tentang pendahuluan yang merupakan gambaran umum tentang keseluruhan skripsi ini, dimulai dari: penegasan istilah, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, sistematika pembahasan.
Bab II. Berisi tentang Gambaran umum meliputi: sejarah singkat berdirinya SD Muhammadiyah Condongcatur Yogyakarta, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan, dan siswa, sarana dan prasarana (fasilitas pengajaran), pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih, meliputi: petunjuk pengajaran buku Fasih, struktur pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih.
Bab III. Pembahasan terfokus pada pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur Yogyakarta, meliputi : a. Proses pengajaran dan evaluasi pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur. b. Problematika pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih, meliputi : faktor guru, faktor siswa, faktor materi, faktor media pengajaran, faktor waktu, faktor lain-lain , serta solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah.
Bab IV. Berisi kesimpulan, saran-saran, kata penutup.
Bagian Akhir skripsi ini memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup, lampiran-lampiran.
Dari uraian sistematika pembahasan di atas dapat penulis jelaskan bahwa untuk mengungkapkan problematika pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih tersebut, maka langkah awalnya yaitu dengan menentukan rencana penelitian yang dikemas dalam Bab I sebagai pendahuluan, setelah itu menguraikan bagaimana gambaran umum SD Muhammadiyah Condongcatur dan buku Fasih itu sendiri sehingga kita bisa mengetahui bagaimana idealnya pengajaran buku Fasih tersebut yang terdapat pada Bab II. Lalu pada Bab III Penulis memaparkan proses pengajaran bahasa Arab dengan buku Fasih di SD Muhammadiyah Condongcatur menurut hasil beberapa kali observasi, sehingga penulis dapat mencatat problematika yang dihadapi serta mencari solusinya. Pada Bab IV yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Catatan : Skripsi Lengkap silahkan berkomentar kirim alamat email

[1] ) Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 701.
[2] ) Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Absolut, 2003), hal.421.
[3] ) Nana Sudjana, Dasar–dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hal. 10.
[4] ) M. Ridlo Hisyam, Mustabsiroh, Petunjuk Pengajaran Buku Fasih (Kota Gede: Penerbit Fasih, 1997), hal. 2.
[5] ) M. Ngalim Purwanto, Prinsip–prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984), hal. 5.
[6] ) A. Akrom Malibary L. A. S, dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada PTAI IAIN (Jakarta: DePag R.I, 1976), hal. 37.
[7] ) M. Ridlo Hisyam, Mustabsiroh, Op. Cit., hal. 1.
[8] ) M. Ridlo Hisyam, Buku Fasih jilid 1 (Yogyakarta: Aditya Media, 1995), hal. Sampul Belakang.
[9] ) Ibid . hal ii
[10] ) Buku Profil SD Muhammadiyah Condongcatur, hal. 8.
[11] ) Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Penerbit Misykat, 2004), hal. 1.
[12] ) Ridlo Hisyam, Mustabsiroh, Op. Cit., hal. 6.
[13] ) A. Akrom Malibary, Op. Cit., hal. 88–89.
[14] ) Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 136–137.
[15] ) A. Akrom Malibary, Op. Cit., hal. 79.
[16] ) Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab (Surabaya: Al–Ikhlas, 1992), hal. 36–46.
[17] ) Ibid. 88.
[18] ) Mazhab behaviorisme dipelopori oleh Pavlov (1849–1939) yang termasyhur dengan teorinya yang menghubungkan stimulus primer (makanan) dan stimulus sekunder (nyala lampu dan bunyi lonceng) dengan respon (keluarnya air liur) anjing yang dijadikan sebagai hewan percobaannya. Berdasarkan penelitian Pavlov, air liur anjing mengalir pada saat lampu menyala meskipun tanpa ada makanan.
[19] ) Mazhab kognitif berpandangan bahwa ketika seseorang menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan pengalamannya terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai. Tokohnya adalah Noam Chomsky dan James Deez, berpandangan bahwa setiap manusia memiliki kesiapan fitriah (alamiah) untuk belajar bahasa.
[20] ) Ahmad Fuad Effendy, Op. Cit., hal. 9.
[21] ) Aliran structural ini dipelopori oleh Linguis dari Swiss Ferdinand de Saussure (1857–1913) tapi dikembangkan lebih lanjut oleh Leonard Bloomfield.
[22] ) Ahmad Fuad Effendi.,Op. Cit, hal. 14.
[23] ) Tokoh aliran generatif–transformasi adalah Linguis Amerika Noam Chomsky pada tahun 1957, aliran ini membedakan dua struktur bahasa, yaitu “struktur luar“ dan “ struktur dalam“ .Bentuk ujaran yang diucapkan atau ditulis oleh penutur adalah struktur luar yang merupakan manifestasi dari struktur dalam. Mengenai beberapa prinsip pengajaran bahasa dalam aliran ini bisa dilihat pada buku Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang, Penerbit Misykat, 2004, hal. 15–16.
[24] ) Lihat buku Ki RBS. Fudyartanto , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Jogjakarta: Global Pustaka Utama, 2002), hal. 164.
[25] ) Ibid . hal 165–166.
[26] ) Metode audio-lingual ialah suatu metode yang mengutamakan latihan pendengaran dan ucapan, kemudian baru latihan bacaan dan tulisan.
[27] ) Juwairiyah Dahlan, Op. Cit., hal. 122-123.
[28] ) Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 54.
[29] ) S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 106.
[30] ) Ibid . hal. 113.
[31] ) Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Op. Cit. hal 57.
[32] ) Ibid. hal 73.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Problematika Pengajaran Bahasa Arab Dengan Buku Fasih Di Sd Muhammadiyah Condongcatur"

Post a Comment