BALADA GURU HONORER
Oleh Ujang
Kusnadi, S. Pd.I*
“: Gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, harus tetap melekat Pada Guru,
karena tidak akan ada Tanda Jasa yang setimpal dengan perjuangan dan
pengorbanan Guru. Keikhlasan adalah kunci utama keberkahan dalam menikmati Suka
dan Duka menjadi guru, berjuanglah sampai titik darah penghabisan sebagaimana
para pahlawan yang telah mengorbankan Jiwanya untuk kemerdekaan ini”.
Ini adalah
kisah nyata satu keluarga yang semuanya ditaqdirkan menjadi Guru. Dr. Dedi
Supriadi bercerita dalam bukunya yang berjudul Mengangkat Citra dan Martabat
Guru “Aku Guru Keluargaku Guru, Aku anak Guru, Ayahku Guru, Ibuku Guru, Pamanku
Guru, Bibiku Guru, Istriku juga Guru, anak-anak pun dididik oleh guru, aku
mendidik calon guru dan guru bagi calon guru……… (1999 : v). Sungguh luar
biasa keluarga ini telah memilih Guru menjadi pilihan hidup mereka, karena
jabatan Guru adalah jabatan yang sungguh Mulia.
Mungkin tidak akan lahir para pejabat, para pemimpin, para ilmuwan, para
dokter dan lain-lain, kalau tidak ada Guru. Melalui Forum Guru ini saya juga seorang
guru menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada rekan-rekan Guru yang
telah memilih Guru sebagai pilihan hidup meskipun kadang terasa pahit. Suka dan
Duka tak lepas dari kehidupan guru.. Suka, karena ini adalah pilihan hidup,
duka karena guru juga manusia biasa.
Guru sebagai
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang harus tetap dipertahankan sampai kapan pun karena
tidak akan ada tanda Jasa yang setimpal dengan Jasa Guru. Apalagi di negeri kita
ini, dikotomi PNS dan Non PNS (Honorer) merupakan
kesenjangan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah negeri ini. Meskipun
berbagai upaya dilakukan atas nama “Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan Kesejahteraan
Guru Honorer” dengan berbagai program seperti Sertifikasi, Inpassing dan
lain-lain. Namun realitasnya jurang pemisah itu tetap menganga. Beban dan
tanggungjawab yang sama perlakuan berbeda, adilkah? PNS gajinya tiap bulan
mengalir tidak ada cerita tertunda, tapi honorer ini adalah nyanyian lama “Cair
Tri Wulan, Cair/Semester, bahkan bertahun-tahun tidak cair-cair seperti halnya
Inpassing di kementrian Agama. Belum lagi untuk setiap proses pencairan Honorer
dibebani dengan berbagai macam persyaratan yang cukup menyita waktu mengajar. Inpassing
sebagai penyetaraan dengan gaji PNS juga tidak akan setara-setara, karena PNS
juga menikmati TPG Sertifikasi yang jumlahnya 100% gaji, Setarakah?
Tulisan ini
tidak bermaksud mengadukan takdir kepada pemerintah atau siapapun, tetapi ini
adalah realitas. Hanya sebagai guru honorer berharap perlakukanlah kami secara
manusiawi. Guru Honorer juga manusia, kalau toh Pemerintah belum mampu memberikan kesetaraan, permudahlah
dari segala persyaratan dan aturan. Karena tidak sedikit aturan yang diberlakukan
tidak manusiawi, seperti jika Guru Sakit, Cuti melahirkan dan lain-lain,
tunjangangnya tidak bisa cair untuk beberapa bulan. Manusiawikah jika Guru
dilarang sakit, guru perempuan dilarang melahirkan, dan menyusui anaknya ?.
Meskipun demikian bagi Guru Honorer tetap
setia, karena selagi masih ada Jiwa Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, maka dengan
sepenuh hati tidak akan pernah meningggalkan perjuangan dan pengabdian ini
sampai titik darah penghabisan. Kuncinya hanya satu adalah Ikhlas, setiap hari
dalam mengemban tugas disarankan untuk meminum “Jamu Ikhlas” yang bahan
aktifnya karena Alloh 100%, Dapat menyembuhkan penyakit TIPUS (Tidak Punya Selera Mengajar), KUDIS
(Kurang Disiplin), KRAM (Kurang Terampil), GINJAL (Gaji Nihil Jarang Aktif dan
Lambat) dan lain-lain. Diminum: Setiap Mau Berangkat Ke Sekolah.******
0 Response to "BALADA GURU HONORER"
Post a Comment