KITA BELUM MERDEKA
Sebentar lagi
tanggal 17 Agustus 2017, yang disebut sebagai peringatan ke-72 Kemerdekaan RI.
Merdeka dari penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang yang diproklamirkan oleh
Soekarno Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Atas berkat rahmat Alloh SWT lah
Indonesia merdeka dari kaum Penjajah.
72 Tahun memang Negara
Ini berdaulat, Negara ini bebas dari desingan peluru dan meriam, taka ada lagi
mobil-mobil tank baja yang menggempur rakyat Indonesia. Taka ada lagi Tentara Belanda atau pun Jepang
menodongkan senjatanya. Kemana-mana kita merasa aman. Pendididkan semakin
tinggi, perekonomian semakin berkembang. Anak-anak riang gembira berangkat ke
sekolah. SD, SMP, SMK, Perguruan Tinggi ada di mana-mana. Sudah jarang terlihat
orang yang makan tiwul atau gaplek, Jalan mulus hilir mudik kendaraan mewah,
sudah tak nampak lagi kendaraan yang
mogok karena jalan berlumpur. Pergi ke kota tak ada yang jalan kaki. Taka ada
lagi lampu oncor ataupun lampu cempor
dan petromak, di malam hari. Lampu mercury memancarkan cahayanya di
malam hari. Lampu-lampu neon menghiasi setiap sudut rumah.
Namun di balik
semua itu …..ada makna yang belum
tergali dari Kemerdekaan, merdeka atau mereka….Mereka yang memaknai kemerdekaan
dengan kebebasan. Dulu orang Belanda atau Jepang kita usir, kini mereka ajak
menguasai Indonesia dengan dalih kerjasama. Dulu musuh kita Nampak jelas,
sekarang,, kita tidak mengenal siapa sesungguhnya musuh kita, siapa penjajah
kita?
Lantas apa arti
perayaan kemerdekaan yang tiap tahunnya diselenggarakan? Merayakan kemerdekaan
yang mana? Atau malah rakyat Indonesia menikmati, merayakan penjajahan yang
tengah berlangsung? Sungguh ironis!
Penjajahan gaya
lama (militer) dimaksudkan untuk mengambil alih dan menduduki tanah-tanah serta
membentuk pemerintahan kolonial di tanah jajahannya. Penjajahan gaya lama ini
secara umum sudah banyak ditinggalkan karena membangkitkan perlawanan dari
penduduk yang terjajah. Pada akhirnya, para penjajah berganti wajah
penjajahannya dengan wajah baru (neo-imperialisme).
Penjajahan gaya
baru ini tak mudah disadari oleh pihak terjajah. Hanya orang-orang yang
memiliki kesadaran politik sajalah yang bisa merasakan bahwa penjajahan tengah
berlangsung di negeri ini.
Penjajahan gaya
baru ini dilaksanakan dengan menancapkan pengaruh ekonomi, politik, pemikiran,
budaya, hukum dan keamanan atas tanah jajahannya. Tujuan dari macam-macam
jajahan ini semuanya sama saja, yaitu merampas kekayaan negara jajahan.
Indonesia adalah contoh yang nyata negeri yang terjajah. Betapa kekayaan
Indonesia dirampas oleh negara-negara penjajah tanpa rasa keberatan dari
penguasa negeri ini. Bahkan tanpa malu-malu, penguasa negeri ini menawarkan
diri agar negeri ini dijajah oleh negara lain dengan dalih investasi. Selain
itu, UU yang dibuat merupakan pesanan asing. Bahkan draft UU nya banyak
dibuatkan oleh asing, atau disponsori asing melalui program utang, bantuan
teknis dan lainnya. Sehingga dapat dipastikan UU yang lahir tidak ada yang
berpihak kepada rakyat. Undang-Undang yang dikeluarkan seluruhnya bercorak
neoliberal yang mengorbankan rakyat dan menguntungkan asing.
Selain itu,
kebijakan neoliberal lainnya banyak yang meminimalisir peran negara dalam
pengurusan urusan rakyat. Bahkan lebih ironis lagi, tanggung jawab negara
dialihkan ke pundak rakyat. Sebut saja layanan kesehatan, misalnya, rakyat
dipaksa membayar premi asuransi tiap bulannya melalui asuransi sosial kesehatan
(BPJS).
Kebijakan
neoliberal lainnya, subsidi BBM dicabut yang menyebabkan harga BBM terus naik.
Listrik terus melambung harganya karena tidak ada lagi subsidi yang diberikan
pemerintah untuk rakyat. Pendidikan mahal, pajak makin bertambah macamnya dan
meningkat besarannya, dan masih banyak lagi kebijakan neolib lainnya yang
menyengsarakan rakyat. Bukankah semua itu sudah cukup menjadi bukti bahwa
negeri ini belum merdeka?
Kemerdekaan yang
sesungguhnya adalah saat manusia bebas dari segala bentuk penjajahan,
eksploitasi dan penghambaan kepada sesama manusia. Maka, sudah bisa dipastikan
negeri ini belum lah lepas dari penjajahan, negeri ini sesungguhnya belum lah
merdeka.
Mewujudkan
kemerdekaan yang sejati adalah misi Islam. Islam datang untuk menghilangkan
segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kedzaliman dan penghambaan
terhadap manusia oleh manusia lainnya. Di antara bentuk penghambaan kepada
sesama manusia itu adalah pelaksanaan aturan hukum dan perundang-undangan yang
dibuat oleh manusia, mengalahkan aturan hukum yang berasal dari Allah Pencipta
manusia.
Inti ajaran Islam
adalah tauhid, yakni tiada penghambaan selain kepada Allah Sang Pencipta.
Ajaran tauhid ini akan membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia
menuju penghambaan kepada Pencipta semata. Islam akan memberantas segala hal
yang dapat mengikis tauhid ini.
Islam datang
untuk menyelamatkan umat manusia dari segala penderitaan yang dihasilkan oleh
demokrasi. Islam akan membebaskan manusia dari kesempitan akibat penerapan
aturan buatan manusia menuju kelapangan. Islam datang untuk membebaskan manusia
dari kedzaliman agama-agama dan sistem-sistem selain Islam menuju keadilan
Islam. Hal itu akan terwujud sempurna ketika aturan Islam diterapkan dalam
tatanan kehidupan.
Kemerdekaan yang
sejati akan mampu diraih negeri ini jika seluruh komponen berjuang demi
terwujudnya negara yang menerapkan sistem Islam secara sempurna. Kehidupan akan
tertata harmonis jika pengaturannya diserahkan kepada aturan yang datang dari
Zat yang paling berhak mengatur ciptaan-Nya.
Anakku yang
Pertama Muhammad Fayyadh Al-Humaidy;
sungguh engkau anak yang sangat luar biasa, diusia 8.5 tahun engkau sudah mau
Mesantren pada bulan 22 Juli 2017 ditengah-tengah teman-temanmu yang masih
ingin bermain. Engkau sudah mau berjuang, Ku titipkan harapan untuk kemerdekaan
bangsa ini pada mu. Rajinlah mengaji,
belajarlah untuk mandiri, belajarlah dan bertahanlah dalam menghadapi masalah.
Jangan kau lemah, apalagi lemah akidah.
Ya Alloh
kutitipkan anak-anakku pada-Mu, bimbinglah anak-anakku untuk menjadi orang yang
kuat, tegar dalam berbagai masalah. Karena Dia adalah Mujahid untuk kemerdekaan
bangsa ini.
Wallahu ‘alam.
0 Response to "KITA BELUM MERDEKA"
Post a Comment