Image1

Bagaimana Sikap dan Perilaku Kita Jika ada Keluarga atau Tetangga Positif Covid-19

Gokasima.com | Halo Sobat Kasima Apa Kabar? Semoga semuanya sehat selalu yah! Lama tidak posting apa pun di blog ini, karena ternyata ngeblog juga ada jenuhnya. Tulisan ini juga hanya sebuah reaksi dari kejanggalan-kejanggalan mengenai Virus Covid-19 yang kebetulan menimpa kampung saya. Ternyata apa yang beredar di media baik itu WA, FB, TV tentang Covid-19 tidak sesuai dengan kenyataan. Oleh karena itu postingan kali ini tidak ada hubungannya dengan dunia percetakan. hanya sharing  pengalaman mengenai sikap kita menghadapi Pandemi Virus Covid-19 yang penuh dengan dramatisasi.

Suasana mencekam saat beredar kabar bahwa salah satu tetangga saya Positif Covid-19 berdasarkan hasil rapid tes antigen di salah satu klinik terdekat. Warga menjadi tidak tenang, merasa takut bertemu dengan keluarga Pasien tersebut. Bahkan ada seorang tetangga yang sikapnya over protected, dia sengaja menghindar saat ketemu dengan istri pasien,  berpapasan saat tidak pakai masker langsung ditutupi dengan kain. Jujur saya merasa kasihan juga, mereka dijauhi dan dikucilkan. Bahkan ada tetangga bilang harus diusir dan diasingkan. Astagfirullohal adhiim.


Ternyata banyak pemahaman masyarakat yang ekstrim akibat media bahwa seolah-olah Penyakit Covid-19 itu penyakit Aib yang harus dijauhi. Mereka takut tertular karena di media begitu dahsyatnya digembor-gemborkan penularannya sangat extrim. Selain itu juga media selalu memberitakan proses pemakaman pasien covid yang mengerikan.

Sedih dan kasihan dengan tetangga saya yang kena Covid, akhirnya sedikit demi sedikit saya memberikan penjelasan kepada masyarakat, berdasarkan kenyataan dan hasil konsultasi dengan pihak puskesmas sebagai berikut :
 
1. Penyakit Covid-19 bukanlah penyakit Aib dan juga bukan penyakit berat. Artinya penyakit Covid adalah penyakit ringan seperti \Influenza yang bisa sembuh sendiri. Kesimpulan ini saya ambil dari hasil konsultasi dengan pihak Puskesmas mengenai Penanganan Tetangga saya yang Positif Covid, jawabannya cukup Isolasi Mandiri di rumah selama 14 hari setelah itu dinyatakan sehat bebas covid tanpa harus SWAB Ulang dan boleh bepergian seperti biasa.

2. Penyakit Covid tidak perlu obat khusus cukup dengan minum Vitamin dan beristirahat selama 14 hari. Jadi aneh kalau ada yang menyatakan bahwa penyakit covid belum ada obatnya, tapi buktinya prosentase yang sembuh itu sangat tinggi. 

3. Sistem Penularan Covid tidak seperti Video yang Viral bisa menular dari media yang dipegang oleh pasien Covid. Bahkan saya sendiri meragukan penularannya. Hal ini merupakan kesimpulan dari hasil tes SWAB Istri yang suaminya posifif Covid hasilnya Negatif. Padahal secara logika Istrinya pasti sebelum tes SWAB (sebelum tahu suaminya positif) pasti sudah terjadi kontak langsung, sesudah SWAB Pun mungkin saja berdekatan karena satu rumah dan memberikan kebutuhan sehari-hari suaminya seperti makan, minum dan lain-lain.

Selain itu juga keluarganya pun yang dipastikan sudah kontak langsung, seperti yang gendong dia saat mau ke dokter, anak-anaknya yang selalu dekat, tak ada satupun yang sakit, anak kecil yang lansia juga tidak ada yang sakit.. alhamdulillah.

Jadi sebenarnya jangan terlalu ditakuti masalah penularannya.. dari kenyataan di atas kan aneh kalau penularannya berbahaya, dipastikan ada yang sakit di antara keluarganya.

4. Covid tidak berbahaya kepada anak-anak dan lansia. Buktinya Lansia keluarga positif covid yang kontak langsung.. tidak ada yang sakit, begitu juga cucu-cucunya yang masih kecil pada sehat semua.

5. Covid tidak menyebabkan kematian, kalau toh banyak pemberitaan banyaknya kematian, itu bukan semata-mata virus Covid. Melainkan takdir Allah melalui penyakit bawaan seperti Jantung, Paru-paru, Asma dan penyakit berat lainnya. Penyakit berat semacam itu tanpa virus Covid pun sudah banyak yang meninggal. Hitungan kematian seindonesia masih normal karena tanpa Covid pun setiap hari pasti ada yang meninggal. 

6. Tidak perlu tes SWAB bagi yang kontak langsung seperti keluarga terdekat dan lainnya yang tidak ada keluhan apa pun (sehat). Kesimpulan ini saya ambil karena kenyataannya istrinya sekalipun hasilnya negatif, terus penanganannya pun sangat mudah hanya Isolasi Mandiri 14 hari dan minum vitamin. Menurut saya kalau di SWAB hanya menambah catatan pendataan Covid saja dan kalau hasilnya positif dan tersebar lagi di masyarakat, kasihan masyarakat akan semakin tidak tenang.

Dari kesimpulan-kesimpulan saya di atas maka sikap dan perilaku kita ketika ada keluarga atau tetangga kita positif covid adalah sebagai berikut :

1. Bersikap biasa atau sewajarnya tidak perlu takut, tidak perlu dijauhi atau dikucilkan
2. Memberikan semangat dan dukungan
3. 

Berikut kronologis pengalaman saya di saat tetangga positif covid-19

Jum'at Tanggal 14 Februari 2021 Setelah sholat Magrib terdengar ada suara "Assalamu'alaikum.. Assalamu'alaikum,,, Waalaikum salam... jawabku sambil membukakan pintu. Ternyata tetanggaku, ada apa teh? Ini.. mau minta tolong di antar ke dokter suaminya sakit. Tanpa pikir panjang saya langsung ambil kunci mobil dan membawanya berangkat ke suatu klinik terdekat. Dalam perjalanan saya pun bertanya apa saja yang dirasakan? katanya panas tidak turun-turun padahal sudah diperiksa ke mantri. Dalam hati saya.. jangan-jangan penyakit yang lagi trending menjadi sorotan dunia semenjak Maret 2020. Saya sempat bercerita bahwa klinik tersebut melakukan rapid test sebelum di periksa, jadi begitu pasien datang langsung diminta rapid tes dan harus membayar Rp. 250.000, kalau hasilnya negatif baru diperiksa, tetapi kalau hasilnya positif pasien langsung disuruh pulang dan isolasi di rumah.
   
Sampailah kami di Klinik.. pasien didampingi keluarganya masuk sedangkan saya menunggu di mobil dan keluar sebentar menemui teman yang kebetulan sedang menunggu orang tuanya di rawat di klinik tersebut. Selang beberapa menit kemudian pasien dan keluarganya sudah keluar. Saya pun langsung bergegas menghidupkan mobil. Masuklah mereka ke dalam mobil, di perjalanan pulang saya menanyakan hasilnya.. pasien hanya jawab disuruh Isolasi... Astagfirullohhal adhim mungkin benar ....dalam hatiku.. wah wah rasa takut pun muncul karena katanya virus tersebut menular cepat dan menakutkan... namun aku berlindung kepada Alloh...semoga dijauhkan.

Setibanya di rumah.. mereka masuk ke rumahnya dan saya pun masuk ke rumah sambil merenungi apa yang terjadi. Beberapa menit kemudian terdengar nada panggilan HP dan dilihat panggilan dari teman yang tadi ketemu di klinik nunggu orangtuanya dirawat. Saya pun mengangkat HP dan ternyata dia menginformasikan tentang hasil rapid tes tetangga saya tadi.. katanya "Positif" dia menyarankan saya untuk hati-hati tidak kontak langsung.

Info hasil rapid test tersebut ternyata menyebar ke mana-mana, pihak desa pun menyampaikannya bahwa di kampung saya sudah ada yang positif . Suasana di kampung menjadi mencekam, keluarga pasien dijauhi dan jadi buah bibir yang menakutkan. Covid-19 seolah-olah telah merusak silaturahim warga kami. Saya sendiri pun dicurigai karena mengantarnya ke klinik dalam 1 mobil.

Pihak desa hanya memberikan arahan untuk melaksanakan protokol kesehatan 3M memakai masker, mencuci tangan dan jaga jarak. Tak ada penanganan khusus.. ya hanya itu saja dan hanya laporan ke Puskesmas. Selanjutnya pihak Puskesmas menelphon pasien dan minta datang ke Puskesmas untuk di SWAB PCR. SWAB PCR adalah tes Covid-19 yang lebih akurat dibanding rapid tes untuk meyakinkan apakah benar-benar Positif atau negatif. Karena realitasnya tidak sedikit yang rapid testnya reaktif atau positif tapi hasil SWAB PCR nya negatif.

Saya pun mendapatkan informasi bahwa pasien tersebut sudah datang ke Puskesmas untuk diSWAB, kemudian saya konfirmasi ke pihak Puskesmas yang kebetulan kenalan saya, menanyakan hasil SWAB tetangga.. namun katanya belum keluar harus menunggu 1 Minggu. Lama juga yah padahal perlu penanganan yang cepat kalau memang mau memutus mata rantai penularan.

Seminggu sudah menunggu sambil berdo'a semoga tetangga saya hasilnya negatif, rasanya sangat lama menanti kepastian Covid atau tidak. Sampai-sampai keluarganya ingin tes langsung ke Klinik atau RS yang hasil SWAB nya langsung keluar.. Namun saya menyarankan untuk menunggu hasil SWAB di Puskesmas.. dan ternyata besoknya harinya kalau tidak salah hari Rabu saya menanyakan lagi sama kenalan lagi dan ternyata hasilnya sudah keluar dengan hasil yang merinding yaitu Positif, saya pun sempat panik.. jangan-jangan saya tertular.. 

Kemudian saya berkonsultasi dengan pihak Puskesmas bertanya untuk penanganan pasien positif covid selanjutnya bagaimana? Jawabannya yah cukup Isolasi (berdiam diri di rumah) selama 14 hari setelah itu dinyatakan sehat tanpa harus  

Pihak Puskesmas pun menyarankan untuk tes swab keluarganya yang kontak langsung dengan pasien.. Saya pun sempat berpikir untuk di swab... dan saya putuskan untuk itu agar mendapatkan kepastian dengan harapan hasilnya negatif. Dari pihak pasien menanyakan bagaimana apakah semua keluarga di swab? saya sarankan berurutan saja, yang terdekat dulu yaitu istrinya. kalau hasilnya negatif berarti lainnya juga negatif. Dia pun mengikuti saran saya, dan jadwal SWAB nya bersamaan dengan saya yaitu hari Selasa Jam 10.00 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bagaimana Sikap dan Perilaku Kita Jika ada Keluarga atau Tetangga Positif Covid-19"

Post a Comment