TEORI
BELAJAR KOGNITIF AUSABEL
Salah
satu ilmu yang sangat urgen untuk dipelajari oleh mahasiswa adalah ilmu
psikologi. Karena ilmu tersebut akan membantu mahasiswa dalam mengenal dirinya
dan orang lain. Dalam Ilmu psikologi banyak terdapat teori-teori yang
berhubungan dengan tingkah laku sescorang, salah .satunya adalah teori kognitif
yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi
belajar. (Muhibin Syah; 1999).
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata “Cognitiôn” yang padanannya “Knowing”
berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition ialah : perolehan,
penataàn, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah cognitive menjadi populer sebagai’ salah satu
domain (wilayah/ranah) psikologis manusia, pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan.
Sebenarnya
teori kognitif ini muncul sebagai akibat dari ras ketidakpuasan dari pendapat
ahli psiiologi aliran hehaviorisnie yang menyatakan bahwasannya perilaku
mariusia itu muncul sebagai akibat dari adanya suatu rängsangan tanpa ada peran
aktif dan adanya suatu rangsangan tanpa ada peran aktif dari otak. Karena
menurut mereka tingkah laku seseorang itu selalu didasarkan pada kognisi, yaitu
: suätu perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi dimana
tingkah laku itu terjadi.
Di
dalam makalah ini pembahasannya lebih difokuskan pada “Teori belajar
psikologi kognitif”, yang mana salah satu tokoh pengembangnya adalah “David
Asubel”. Dia berpendapat : “Jika pengetahuan
disusun dan disajikan dengan baik siswa akan dapat belajar dengan efektif
melalui buku tes dan metode-metode ceramah.
Untuk
meralisasikan pendapatnya, maka ía memilih metode “Expository Teaching”
yang mana dalam teori ini guru bertugas menerangkan semua informasi dan murid
harus mempelajari semua bahan atau informasi itu. Ia mengemukakan jika expbsitory
teaching itu dapat diorganisir dan disajikan secara baik, akan dapat
menghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula. Jadi metode ini dapat
diusahakan menjadi bermakna atau menjadi hafalan (rote learning).
Hal
yang perlu diperhatikan guru ialah strategi mengajarnya. Sebagai contoh pelajaran
berhitung bisa menjadi rote learning bila murid hanya disuruh menghafal
formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya bisa
bermakna bila murid diajar sehingga tahu arti dan fungsi dari formula-formula
tersebut.
Dalam
hal ini bukan berarti Ausubel menolak metode discovery learning, yang
mana metode ini menuntut murid lebih aktif untuk mengorganisir bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Akan tetapi Ausubel berpendapat hahwa discovery
lebih cocok bila diterapkan pada murid dalam tingkat perkembangan kognitif
kongkrit. Tetapi bila murid telah mencapai tingkat kognitif formal dapat
dipakai metode reception.
Ausubel
memberikan penjelasan bagaimana bisa terjadi belajar secara hafalan dan belajar
yang bermakna.
· Terjadi
rota learning bila anak-anak tidak dapat menghubungkan informasi yang
diterima dengan struktur kognitiinya. Akibatnya anak akan lekas lupa. Kecakapan
untuk menghubungkan informasi baru dengan pengertian-pengertian yang telah diiniliki
adalah penting. Struktur kognitif merupakan dasar untuk dapat menghubungkan dan
menguatkan informasi-informasi baru secara teratur.
· Jika
murid mencoba mencari kejelasan bahwa pelajaran harus belajar yang bermakna,
strategi mengajar yang baik akan mencegah teiadinya rote learning, yaitu
dengan cara meminta murid untuk dapat’mengatakan ide-ide baru menurut cara atau
kata-kata mereka sendiri, dan memaksanya untuk menentukan inti daripada
pengetahuan atau informasi baru itu.
Beberapa
prosedur untuk belajar secara bermakna:
1. Menggunakan
advance organizers, yaitu : bahan disajikan dalam tingkat observasi yang lebih
tinggi. Guru menyajikan bahan dalam sub-sub konsep yang dapat membantu siswa
dalam menggolongkan bahan baru itu. Kondisi belajar menjadi bermakna bila
pelajar mempunyai ide yang relevan dalam struktur kognitifnya dengan bahan baru
itu. Lupa bisa teijadi karena ada interferensi dengan hal-hal yang telah
dipelajari atau dengan bahan yang baru dipeajai itu. Prosedur tersebut juga
dapat dijalankan dengan membagi academic subjectiv dalam konsep-konsep sub
konsep yang disusun secara hierarkis.
2. Dengan
“Integrative recônciliation” yaitu : ide baru diidentifikasikan dengan
ide yang telah dipelajari sebelumnya. Tetapi prosedur ini ada kekurangannya, yaitu:
- Dosen atau Authors banyak nenggunakan istilah terhadap konsep yang sama, hasilnya akan menjadi rote learning,
- Murid yang tidak dapa.. melihat hubungan yang penting di dalam bahan itu ia akan gagal mengerti dan memahaini isi pelaaran
- Bisa rerjadi murid menghubungkan bahan baru dengan bahan lain yang sebetuinya tidak relevan.
1. Ahli
psikologi belum puas dengan penjelasan yang terdahulu tentang stimulus-response-reinforcement
yang dikemukakan oleh tokoh behaviorism.
Mereka mengatakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat dan
adanya suatu rangsangan tanpa ada peran aktif dari otak. Padahal menurut
sebagian ahli psikologi yang lain berpendapat bahwa tingkah laku manusiä selalu
didasarkan pada kognisi yang mana dengan adanya pendapat ini menjadi penyebab
munculnya teori kognitif.
2. Salah
satu tokoh penting pengembang teori kognitif adalah “David Ausubel” yang
berpendapat : jika pengetahuan disusun dan disajikan dengan baik siswa akan
dapat belajar dengan efektif melalui buku tes dan metode-metode ceramah. Beliau
merealisasikan pendapatnya dengan metode-metode “expository teaching”
yaitu : guru menerangkan senua informasi dan murid harus mempelajari semua
bahan/informasi itu.
Referensi
- Drs. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (‘Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), Rineka Cipta, 1990) Jakarta
- Drs. H. Abu Abmadi, Psikologi Umum, 1998, Rineka Cipta, Jakarta.
- Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, Logos, 1999, Jakarta.
- Dr. Kartini Kartono, Psikologi Umum, Mandar Maju, 1996, Bandung.
0 Response to "Makalah Teori Belajar Kognitif Menurut Ausubel"
Post a Comment