Download Proposal Bantuan Ternak Sapi Perah.doc
Proposal Ternak Sapi Perah | Proposal Bantuan Ternak Sapi Perah | Proposal Kelompok Tani Ternak Sapi Perah.doc
Strategi penambahan populasi sapi merupakan pilihan strategi yang
harus dilakukan. Dampak-dampak positif yang ditimbulkan dari penambahan
populasi sapi tidak menyangkut ketersediaan daging dan susu domestik dalam
upaya mewujudkan swasembada susu segar, tetapi juga menyangkut ketersediaan
energi dan pupuk alternatif untuk kebutuhan pertanian. Berdasarkan kajian Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan Bantuan Pemerintah Jerma,
telah mengkaji penggunaan sistem reaktor pengolah limbah cair dan padat. Dari
100 ekor sapi dihasilkan 450-100 meter kubik biogas perhari atau setara dengan
657-735 kWh/hari. Nilai energi biogas per meter kubik setara dengan 0,61 liter
minyak tanah atau 3.75 kg kayu bakar. Daya listrik yang dapat dibangkitkan
mencapai 4,7 kWh. Secara kualitatif pembakaran biogas sangat sempurna
sangat sempurna tidak menimbulkan jelat,
asap dan gas pencemar lainnya.
Beberapa negara seperti India dan Cina telah menggunakan energi
biogas sejak tahun 1905. Cina telah memanfaatkan biogas untuk memenuhi
kebutuhan energi sebagian masyarakatnya, seperti untuk memasak, lampu
penerangan, pembangkit listrik dan bahan bakar kendaraan bermotor, terutama
bus. Sekitar tahun 1978 di Cina telah ada 150 kota yang mendapat aliran listrik
dari biogas dengan kapasitas total 1600 kilowatt. Pemanfaatan sumber-sumber
energi yang terbarukan seperti penggunaan energi biogas dalam sekala yang
signifikan telah digunakan beberapa negara. Dinegara Cina energi biogas telah
memberikan kontribusi yang signifikan didalam efesiensi penggunaan energi yang
bersumber dari minyak bumi. Sebagai negara agraris Indonesia mempunyai potensi
yang sangat besar didalam pengembangan energi biogas.
Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia dapat dibagi
menjadi dua periode yaitu :
1. Periode pemerintahan Hindia Belanda
(Akkhir abad ke 19-1940)
2. Periode pemerintahan Indonesia
(1950-Sekarang)
Sebenarnya diantara periode tersebut terdapat periode Pemerintah
Balatentara Jepang dan Repolusi Kemerdekaan Inonesia. Pada kedua periode ini
tidak ada perkembangan, bahkan sebaliknya, terjadi kerusakan atau kehancuran di
sektor peternakan. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, petternak sapi perah
umumnya berbentuk perusahaan susu yang memelihara sapi perah dan menghasilkan
susu yang kemudian dijual kepada konsumen. Para konsumen susu tersebut umumnya
orang-orang Eropa atau orang asing lainnya. Pada zaman tersebut, orang-orang
Indonesia (pribumi) tidak menyukai susu, dan kalaupun mau kondisi ekonomi tidak
memungkinkan mereka untuk membelinya. Perusahaan-perusahaan yang ada padda
waktu itu dimiliki oleh orang-orang Eropa, China, Arab, dan India. Masyarakat
Indonesia tidak melakukan pemerahan untuk menghasilkan susu tetapi hanya
memelihara sapi perah.
Setelah Indonesia merdeka,
selain trdapat perusahaan-perusahaan susu milik orang-orang Indonesia
(pribumi), juga sudah ada ppeternakan rakyat. Biasanya masyarakat memiliki 2-3
ekor sapi untuk menghasilkan susu sebagai usaha sampingan (Sudono dkk.,2004). Oleh karena itu sampai saat
sekarang kebanyakan usaha peternakan sapi perah rakyat di Indonesia, sangat
spesiifik. Bersifat padat karya, dengan modal dan lahan yang terbatas, prakktis
usaha sapi perah rakyat masih sangat menggantungkan diri pada sistem pertanian
di pedesaan (rural agrosystem).
Telah sama-sama diketahui bahwa
sapi perah yang dipelihara diberbagai daerah di Indonesia hampir
kedeluruhan merupakan sapi impor atau keturunannya, potensi genetik sapi perah
betina impor memiliki produksi rata-rata diatas 15 liter/ekor/hari atau 4100
liter/ekor/laktasidan seharusnya kemampuan berproduksi susu turunannya tidak
terlalu jatuh jauh dari tetuanya.
Bagi yang mau mengajukan bantuan ternak sapi perah silahkan proposal lengkapnya download di sini
loading...
0 Response to "Download Proposal Bantuan Ternak Sapi Perah.doc"
Post a Comment